Di sebuah ruangan yang bernuansa serba putih. Seorang pemuda yang terlihat frustasi sedang tengkurap di lantai dengan telinga yang terus ia tutupi.
"Yak! Cinny-ssi ! Kenapa kau malah tiduran di lantai, hah?! Ayo bangun-bangun!" sebuah tangan terus menarik tubuh orang yang dipanggilnya Cinny tersebut.
"Hei Seyeon! Jangan panggil aku dengan nama itu. Namaku Cinan bukan Cinny!" Cinan berbalik telentang.
"Habis sunbae lebih cocok dipanggil Cinny tau!" Seyeon terkikik tak kuasa menahan tawa.
"Panggil aku Cinan atau kau kukembalikan ke neraka!" ancamnya dengan mata tertutup. Seyeon berhenti tertawa, Ia mengepal tangannya gemas.
"Cinan-ssi?" kata Seyeon.
"Hm?" mata Cinan masih tertutup.
"Ada tugas ...." ucap SeyeonPemuda itu membuka matanya sempurna, seolah tak ada kantuk yang ia rasakan.
"Tugas apa maksudmu?" selidik Cinan yang telah duduk menatap Seyeon.
"Ikut aku ...." titah Seyeon dan segera berjalan ke luar.
***
"Sudah berapa lama?" tanya Cinan dengan secangkir kopi ditangannya. Sepertinya malam ini dia tidak akan bisa tidur.
"Sejak dibaca mantranya sudah 3 jam yang lalu ... tapi ritualnya memakan waktu 1 jam, jadi transfer baru dimulai pukul 12.00 dini hari dan memakan waktu 6 jam artinya ...."
"Akan selesai pukul 06.00 pagi, benar?" kata Cinan menyambung perkataan Seyeon.
"Iya ... tumben sunbae pintar." Seyeon terkekeh kecil.
"Kau saja nyontek ke komputer, aku malah tidak melihatnya sama sekali. Jelas sekali kalau aku memang pintar," Cinan kembali menyeruput kopinya.
Seyeon hanya tersenyum lalu kembali melihat ke arah komputer di depannya. Dahinya mengerut, ia menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas. Astaga! Batinnya.
"Sunbae-nim!" panggil Seyeon.
Cinan menoleh, "Apa? Kenapa?" tanyanya.
"Ini!" jari mungil Seyeon menunjuk ke layar komputer di depannya.
Cinan berdiri, menaruh kopinya dan menghampiri tempat Seyeon berada. Matanya membulat sempurna saat melihat fakta yang terpampang jelas di hadapannya.
"Beda negara?" tanya Cinan keheranan. Seyeon hanya mengangguk.
"Oh, pantas. Salah satunya adalah artis. Dia pasti melakukan ritual untuk bisa merasakan menjadi artis, Kpop lagi." sambungnya panjang.
"Nekat sekali ... kalau gagal bagaimana, sunbae?" ucap Seyeon masih tak percaya.
"Kalau dia gagal ... maka kau akan dikembalikan ke neraka! Hahaha!" celetuk Cinan dan segera pergi ke kamarnya.
"Apa?! Hei itu tidak adil tau! Aish! Merepotkan saja ... sunbae mau kemana?"
"Bersiap karena aku ingin pergi ke Korea. Kudengar disana banyak tempat indah."
Memangnya dia itu manusia? Bersiap katanya? Sekali CLING juga langsung ngilang kayak orang bayar utang! Batin Seyeon.
Kini ia harus menghampiri tubuh satunya yang berada negara lain, yaitu Indonesia.
***
"Ini karena kamu, kan? Iya kan?! Ngaku!"
"Aku? Aku kenapa? Kamu siapa?"
"Kamu itu Nayeon, kan? Sekarang kamu jawab! Pasti kamu yang udah bully Yoon Si sampe dia bunuh diri! Ini salah kamu!"
"Aku gak ngerti maksud kamu"
"Ini salah kamu!"
"Bukan! Nggak! Aku nggak salah!"
"Kamu pelakunya kamu tahu?!"
Plak!
"Aku bilang aku gak ngerti maksud kamu!"
"Yoo Ri-ah!! Hei dasar main kasar! Jangan mentang-mentang kamu itu ulzzang ya!"
"Dasar pembunuh! Pembunuh! Bunuh!"
Nggak... nggak... nggak...
"Aku bukan pembunuh!!!" teriak seorang gadis.
"Hah... hah... astaga... ternyata hanya mimpi...." gadis itu mengusap wajahnya kasar berulang kali.
"Jam berapa ini?" atensi miliknya menelusur ke seluruh sudut ruangan.
Aneh, kenapa banyak kasur bertingkat?
"Ini baru jam enam pagi, tidur lagi sana! Kau mimpi buruk lagi ya, eonni?" jawab seseorang yang berasal dari kasur diatasnya.
'Loh kok ada orang lain? Kok kasurnya bertingkat gini? Emang Ami lagi Sanlat ya? Kok gak inget?' batin gadis yang bernama Ami itu.
Ami cepat turun dari tempatnya. Berdiri hendak mencari tahu siapa yang ada diatasnya. Sayangnya, orang itu membelakanginya. Sadar kalau Ami sudah bangun, orang itu pun membalikkan tubuhnya.
"Kenapa malah bangun? Tidur lagi sana ... semalem kan tidurnya cuma bentar." ucapnya, "Tuh pake jam tangan, kenapa pake nanya jam?" sambungnya menunjuk arloji ditangan Ami.
Ami terkejut bukan main, ia membuka matanya lebar-lebar kemudian mengedipkannya beberapa kali.
"J, J, Jeongyeon TWICE?" Ami terbata-bata masih tak percaya.
"Lah, eonni kenapa?" Orang yang diduga Jeongyeon itu melambaikan tangan nya didepan wajah Ami.
Ami memejamkan matanya, ia tersenyum.
"Hahaa aku pasti masih mimpi!"
Brugh!
'Ami' pingsan di tempat.
"Eonni! Eonni! Manajer! Semua! Eonni Nayeon pingsan!" teriak Jeongyeon di pagi buta.
Dorm TWICE gaduh. Ami telah berada didalam diri Nayeon.
"Dia kenapa?"
"Gak tau!"Tanpa dia sadari dan tanpa sepengetahuan dirinya.
"Udah ayo bawa ke Rumah Sakit!"
"Dia pasti kelelahan!"Segalanya terjadi begitu saja, secepat pergantian dari 31 Desember ke 1 Januari.
"Jeongyeon dan Jihyo ikut aku, yang lain tetap disini."
Tapi menjalaninya seperti penantian 1 Januari menuju 31 Desember.
***
"Ngghh ...." Ami membuka matanya, nampak ruangan serba putih.
Ia bangun dengan cepat. Ia tak mengenal tempat ini. Putih, benar-benar putih. Tak ada apa apa disini. Hanya dirinya yang terbangun di lantai yang juga berwarna putih."Sudah bangun?" suara seseorang terdengar, tapi tak ada wujudnya.
To Be Continue

KAMU SEDANG MEMBACA
I[A]M Nayeon? || KNJ
Fanfiction"Hidup berjalan tidak selalu seperti yang kita inginkan. Tapi, tak ada pilihan lain selain mengikuti dunia yang tak pernah berhenti berjalan ini." - Paramitha Kirana Paramitha Kirana (Ami ) seorang BigHit stand, suka fanwar di berbagai grup. Walaupu...