Ami berjalan dengan hati-hati saat melangkahkan kaki di dalam ruangan putih milik Cinan. Matanya menelusur ke seluruh penjuru sambil sesekali menunduk. Ia tahu apa yang akan menimpa dirinya sekarang.
Benar saja, Cinan duduk menunduk di sofa dengan menyatukan kedua tangannya di depan dahi. Ami mencoba mengambil posisi duduk di samping pemuda itu.
"Sudah disini rupanya." ucap Cinan tiba-tiba membuat gadis itu terkejut untuk beberapa saat.
"Ah, itu ...."
"Kau sudah makan?" potong Cinan. Ami kembali merasa terkejut.
"Apa? Makan? Oh, u---"
"Oh, ya. Aku lupa. Kau 'kan sudah makan bareng pemuda itu." ucapnya ketus. Ami memutar bola matanya malas.
"Kau tau kan?" ucap Ami memulai. Cinan melirik ke arahnya.
"Aku paling tidak bisa dengan segala bahasa sindiranmu. Jadi tolong, berkatalah apa yang ingin kau katakan. Katakan segalanya secara jelas dan rinci agar tidak ada kesalahpahaman." suara Ami terdengar parau. Cinan tersenyum kecil.
"Kau sadar rupanya." Cinan berdiri dan menghampiri Ami sambil merenggangkan otot-otot tubuhnya.
"Begini ya, aku tak melarangmu mau jalan dengan siapapun itu. Tidak, aku tak melarangnya." Cinan berdiri dengan tangan terlipat di depan dada.
"He? Siapa yang mengira kau melarangnya? Aku hanya minta kau untuk berhenti pake bahasa alien." potong Ami.
"Yak! Kalo orang lagi ngomong tuh jangan dipotong!" sergah Cinan
"Orang?" seru Ami, "Kau kan bukan orang!" lanjutnya sambil tertawa terpingkal-pingkal.
Cinan hanya terus berekspresi datar sembari menonton Ami yang tertawa di atas sofanya hingga terjatuh ke lantai. Entahlah, Cinan suka melihat tawanya. Cinan pikir, Ami akan frustasi atau putus asa ketika ia mengatakan hal tentang pertukaran roh. Tapi nyatanya tidak, bahkan gadis ini mau menurut dan terus mengikuti petunjuk Cinan. Cinan tak tahu apa salah gadis ini sampai harus menanggung tanggung jawab ... ah iya, misinya.
"Sudah ketawanya ...?" sindir Cinan. Ami kembali duduk dengan normal dan berusahan tak tertawa lagi.
"Ehehe, maaf-maaf ..." Ami menyatukan telapak tangannya.
"Aku ingin bicara serius ... tolong dengarkan." pinta Cinan memelas.
"Oke-oke. Bicaralah, aku akan mendengarkan." jawab Ami masih dengan tertawa sembunyi.
"Ini tentang ...." katanya penuh penekanan. Cinan sukses mendapat atensi dari Ami. Tapi ia menggantung perkataannya.
"Akh, aku tidak yakin!" kesal Cinan. Ami mengernyitkan dahinya. Cinan berlalu pergi menjauh.
"Yakin soal apa? Hei, kau ingin bicara apa?" Ami berusaha menyamai langkah Cinan.
"Kembalilah."
Zruuuuuttt!
Nayeon membuka mata dan ia dalam keadaan tidur diatas kasur besar di dalam dorm Twice.
"Loh?! Kok malah balik kesini?!" teriak Nayeon.
"Eonni! Jangan teriak malam-malam. Berisik tau!" ucap Jeongyeon setengah sadar.
Nayeon menutup mulutnya spontan lalu mendongak, "Mianhae-yo ...."
Tak ada sahutan, Nayeon mengintip ke kasur atas. Jeongyeon sudah tidur lagi. Nayeon duduk di pinggir ranjang, gadis itu terbengong menatap boneka koala di sudut bingkai jendela.
"Bosen ... aku belum bisa tidur." gumamnya. Lensa coklatnya melirik kesana kemari sambil mengayun-ayunkan kakinya.
Nayeon melihat ke arah ponselnya yang tergeletak diatas nakas. Ah iya, ia belum membuka ponselnya sejak pulang dari Sturbucks. Nayeon segera mengambil benda datar tersebut dan menekan tombol daya.
![](https://img.wattpad.com/cover/180064698-288-k326182.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I[A]M Nayeon? || KNJ
Fiksi Penggemar"Hidup berjalan tidak selalu seperti yang kita inginkan. Tapi, tak ada pilihan lain selain mengikuti dunia yang tak pernah berhenti berjalan ini." - Paramitha Kirana Paramitha Kirana (Ami ) seorang BigHit stand, suka fanwar di berbagai grup. Walaupu...