..
Terhitung baru satu hari Seongwu menempati kos barunya, tempat yang cukup nyaman untuk ditinggali oleh mahasiswa-mahasiswa yang penat akan perkuliahan dengan jadwal ketat layaknya anak SMA.
Kosan baru Seongwu tergolong mewah dengan kelengkapan hotel berbintang lima di tiap kamarnya. Letak kamar kos mereka pun terpisah dengan rumah pemilik kos. Hal ini memberikan kenyaman dan kebebasan tersendiri bagi penghuninya. Jarak antara kamar kos dan rumah pemilik, tak begitu jauh hanya dibatasi sebuah taman kecil di antaranya.
Ong seongwu keturunan indo-korea ini sudah bersiap-siap melaksanakan kewajibannya sebagai mahasiswa kedokteran semester dua. Setelan kemeja bergaris dan celana kain sudah terpasang rapih di badannya yang terbilang kurus itu, dengan menenteng ransel hitamnya dia keluar kamar.
"Hm... telat lagi nih Minhyun." monolognya sambil duduk di kursi taman kecil di depan kamar kos.
Seongwu mengeluarkan handphone dari saku kemejanya untuk melakukan panggilan ke minhyun-sahabat karibnya yang juga teman satu kampus.
Sambil menunggu panggilannya terjawab, mata Seongwu bergeriliya di sekitar tempatnya duduk. Atensinya tiba-tiba tercuri oleh sesosok bocah bongsor dengan seragam putih abu-abu berjalan menyeret. Kaki si bocah bongsor seakan malas untuk diangkatnya tinggi-tinggi. Dia melewati Seongwu begitu saja.
Seongwu mengamatinya dengan intes, melihat sosok laki-laki bertubuh tinggi besar, berbahu lebar, berjalan sedikit membungkuk dengan ujung bibir memanyun lucu.
Ni anak ga sekolah apa ya?
"Oh.. Hallo!" kaget Seongwu setelah panggilan teleponnya tersambung, "eh bangke! Dimana lo?! Hmm... Cepetan!!" Seongwu memutus sepihak sambungan teleponnya.
"DANIEL GA MAU SEKOLAH!!" teriak seseorang dari teras rumah yang letaknya bersebrangan dengan kamar kos-kosan yang Seongwu tinggali. Tepatnya rumah pemilik kos.
"Daniel, kalau ga sekolah mau jadi apa nak?" ini pasti suara ibunya-tebak Seongwu dalam hati.
Diam-diam Seongwu menguping pembicaran anak beserta ibu pemilik kosnya. Hanya menajamkan indra pendengaran saja, tanpa bermaksud ikut campur atau berbuat lebih. Seongwu bukan pahlawan di siang bolong, atau Seongwu tidak sebaik itu untuk merelai urusan orang lain. Dia menajamkan telinga hanya untuk mencari tahu berita terkini, barang kali aja ini bisa jadi bahan obrolan yang asyik bersama teman-teman seGang-nya.
"Jadi anaknya papah sama mamah." jawaban bocah SMA yang bernama Daniel itu sempat membuat Seongwu tersenyum simpul.
"Issh... nih anak?! Kalau mau jadi anaknya papah sama mamah, harus bisa masuk kedokteran! Jadi dokter seperti papah sama mamah! PAHAM?!" sedangkan jawaban sang ibu sukses membuat bola mata Seongwu membulat heran. Mendadak Seongwu berucap syukur mengingat, dia masih beruntung lahir di keluarga yang tidak pernah menuntutnya untuk menjalani sebuah profesi tertentu.
"Tapi mah?" suara melemah dari sang anak, membuat ekspresi yang berbeda di wajah Seongwu, ada sedikit rasa iba menyentuh batinnya.
"Pokoknya kalau semester depan nilai kamu ga naik, kamu pindah! PINDAH!! Jangan tinggal sama papah mamah!" ancam sang ibu.
Tak lama suara sepatu berhak tinggi begitu kerasa terdengar di telinga Seongwu. Semakin lama semakin mendekat. Merasa ibu pemilik kosnya tengah berjalan keluar dan akan melewatnya, Seongwu berpura-pura memainkan handphonnya.
Pria cantik itu tak lupa menyapa ibu pemilik kos dengan melemparkan senyum indah.
"Selamat pagi, berangkat dinas tante?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BAB ANATOMI REPRODUKSI
Fanfic"kak, besok aku ada ulangan biologi, boleh minta tolong ajarin?" - KDN "boleh, bab apa memangnya?" - OSW "reproduksi, tapi sekalian praktek ya kak?" - KDN . OSW- Mahasiswa. 20th. smt 2. fak Kedokteran KDN - Siswa SMA. 17th Au, local, 18+