30

12.8K 996 181
                                    

"Ayo sini Yusuf," seruku saat melihat langkah kaki kecil yang tertatih menuju ke arahku.

Bayi kecil yang sudah beranjak 11 bulan itu terkekeh sembari berjalan dengan telapak kaki yang belum tetap. Perlahan namun pasti anak itu berhasil masuk ke dalam pelukanku, sehingga kuberi kecupan sebagai hadiah karena berhasil menggapaiku.

Kalian pasti bingung siapa anak ini? Iya, ini adalah anak...

"Yusuf sini sayang, makan dulu" ujar Kak Winwin.

Anak kedua dari Kak Winwin dan Kak Alesha. Keponakanku.

Sesegera mungkin kugendong Yusuf mendekati ayahnya, dengan cepat Yusuf berpindah ke gendongan ayahnya.

Aku tersenyum menatap Yusuf berceloteh penuh tawa, seakan-akan mengajak orang-orang di sekitarnya berbicara.

Sungguh memiliki anak adalah dambaan semua pasangan suami-istri, keturunan adalah pelengkap dalam keluarga. Begitupun juga aku yang sangat mendambakan keturunan ada di antara aku dan Nata.

Tapi itu kemarin, karena sekarang aku sangat sangat sangat bersyukur karena keturunan itu sudah ada di sini, di hadapanku.

"Ayo tangkap abatinya, nak" ucapan lembut Nata menuntun buah hati kami berjalan ke arahku.

Aku tersenyum, berjongkok sembari merentangkan tangan, siap menerima tubuh gempal berusia 10 bulan itu masuk ke dalam pelukanku.

"Ibrahim," panggilku memanggil nama si kecil.

Namanya Muhammad Ibrahim Elrumy. Awalnya nama anak kami adalah Muhammad Ibrahimovic, tapi karena ayah memaksa untuk memasukkan namanya, jadilah kami mengubah nama Ibrahim.

Alhamdulillah, lahir dengan selamat dan sehat, sebulan lebih muda dari kakak sepupunya yaitu Aldebaran Yusuf Elrumy.

Ibrahim semakin mendekat, mendekat, dan akhirnya masuk ke dalam pelukanku, membuat aku dan Nata bersorak senang. Ternyata Ibrahim pun tertawa karena berhasil melakukannya dengan baik, walaupun telapak kakinya masih belum menapak dengan baik.

Aku berdiri sembari menciumi pipi gembilnya yang mirip denganku, lalu matanya yang juga sipit sepertiku, setelah itu hidungnya yang mungil seperti Nata. Sangat menggemaskan sekali anakku ini.

"Anak umma pintar ya" puji Nata sembari membenarkan anakan rambut Ibrahim.

Aku mengusak hijab yang dikenakan Nata, "ummanya juga" pujiku yang dibalas tabokan malu di lengan.

Aku meringis, padahal tidak sakit sama sekali, hanya ingin menggodanya saja. "Abati dipukul umma, nak" aduku pada Ibrahim.

Jagoan kami pun langsung menepuk-nepuk lenganku, seakan mengerti apa yang aku ucapkan dan ingin membuatku tenang.

Aku jadi terkekeh melihatnya, sekali lagi kucium pipih putihnya.

"Barudak dahar heula atuh!" teriak ibu dengan logat sunda kasarnya. Tak masalah buat kami yang biasa mendengarnya, tapi sepertinya bunda agak asing dengan ucapan ibu.

Haha, bunda belum terbiasa. Padahal dia sendiri kalau ngomong betawi juga kasar.

Kami menoleh bersamaan lalu mendekati mereka yang sudah duduk melingkar di alasi tikar di bawah pohon mangga.

Sepertinya aku belum memberitahu kalau kami sedang piknik di taman rekreasi. Ya, liburan kali ini kita pilih untuk jalan-jalan, kebetulan Kak Winwin beserta keluarga sedang pulang ke rumah ayah. Jadi kita sepakat untuk mengisi waktu libur bersama.

Tak hanya ada keluargaku dan keluarga Kak Winwin, tapi juga ada ayah, ibu, bunda, dan Doyoung.

Kami pun duduk di antara ayah, ibu, dan bunda yang sudah menyiapkan semua makanan yang dibawa di tikar alas kami duduk.

beda + m.yg ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang