Kesebelas

8.2K 1.4K 42
                                    

Aku dan Yoongi mendatangi salah satu kios makanan yang sering kami datangi, namanya ketoprak pakde.

Jaraknya tak jauh dari kampus, jika berjalan kaki hanya tiga menit. Tapi karena kita setelah ini akan pergi jadi Yoongi membawa motornya.

Ketropaknya enak banget tak ada tanding, kami sering makan di sini, bahkan tempat ini pula yang mampu membawa kami ke dalam sebuah hubungan yang masih kami jalani sampai kini.

"Pakde, ketropaknya kaya biasa ya dua" kata Yoongi memesan setelah itu mendatangiku yang sudah memilih tempat duduk yang berpunggungan dengan sang penjual.

"Siap bos" jawab Pakde dengan terkekeh lalu membuatkan pesanan kami.

Kali ini kios pakde agak sepi, hanya ada dua wanita di pojok meja dan kami berdua.

"Nih ketropak spesial buat Neng Nata sama Mas Yoongi" kata Pakde meletakkan dua piring ketoprak di meja kami.

"Makasih Pakde" jawab kami tak lupa dengan senyuman.

Kami mengambil sendok dan tak lupa membaca doa.

Aku dengan mengadahkan tangan dan Yoongi dengan mengepalkan kedua tangan.

Berdoa untuk makan pun dengan gaya yang berbeda. 'Amin' dengan pelafalan yang berbeda juga menjadi akhir dari doa kita.

"Bunda nanyain kamu, katanya kamu kok gak main-main." ujarnya disela-sela makan.

Aku menoleh, "Insya Allah nanti aku main, aku juga kangen sama bunda"

Aku sudah beberapa kali bertamu ke rumahnya. Dan beruntunglah aku, karena ibunya menerima aku dengan sangat baik.

Ayahnya sudah tiada setelah tragedi kecelakaan pesawat tiga tahun silam.

Tak jarang ibunya meminta Yoongi membawaku main ke rumahnya untuk sekedar berbincang ataupun memasak bersama, walaupun lebih mirip aku merecokinya karena aku tidak pandai memasak.

Ah, satu lagi, bahkan ibunya selalu menyiapkan mukena dan sajadah jika aku main ke rumahnya. Apa ini pertanda aku sudah diterima oleh beliau?

"Nat,"

"Ya?"

"Kapan kamu membawaku bertemu orang tuamu?"

Deg

Seketika duniaku seperti berputar, pertanyaan Yoongi membuatku jatuh hingga sulit untuk bangun.

Aku masih belum berani membawa Yoongi ke hadapan ibu dan ayah, terutama pada ayah.

Maaf, bukannya menyombongkan diri, ayahku bekerja di kantor wilayah keagamaan dan juga pemuka agama di daerah kami. Beliau lebih paham ilmu agama.

Dan aku yakin bahwa ayah akan menentang hubunganku dengan Yoongi yang berbeda keyakinan ini.

"Hari ini aku mau ketemu bunda, boleh?" kataku mengalihkan pembicaraan.

Tiba-tiba bunyi trakkk dari piring Yoongi membuatku dan yang lainnya kaget. Tangannya memegang pergelangan tanganku erat, dengan tatapan tajam dia memandangku.

"Nat, aku tidak masalah kalau kamu masih ragu padaku, aku akan tetap meyakinkamu kalau aku serius denganmu" kata Yoongi yang membuat nafsu makanku seketika hilang.

Aku pun sama Yoong, aku serius denganmu tapi aku belum yakin dengan hubungan kita. Kita tidak akan bersatu jika keyakinan kita saja masih berbeda.

beda + m.yg ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang