25

6.1K 985 26
                                    

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Seketika orang di dalam rumah ricuh saat Nata membuka pintu dan aku mengikuti langkahnya masuk ke dalam rumah orang tuanya.

"Ya Allah anak ibu," ujar ibu memeluk Nata dengan penuh kehati-hatian, mungkin takut menekan perut Nata yang sudah memasuki bulan keenam.

Setelah itu ibu berlalu menuju ke arahku dan memelukku seperti anaknya sendiri. "Kasep masya Allah, apa kabar?"

"Alhamdulillah baik bu," jawabku sembari menyalimi tangannya selesai berpelukan. "Ibu sama ayah gimana keadaannya?"

"Alhamdulillah baik, cuma ya gitu..."

"Gitu apa?" timpal Nata.

"Ayahmu, Nat. Pergi-pergian terus, ibu jadi kesepian"

"Ya namanya juga orang sibuk, bu" imbuh ayah yang tiba-tiba berada diantara kami. Mertuaku itu langsung memeluk anak bungsunya dan mengelus perut Nata dengan lembut. "Gimana kabarmu, Nat?" tanya ayah.

"Alhamdulillah baik,"

"Alhamdulillah," balasnya dan kini menghampiriku, memelukku sama seperti ibu tadi memelukku. "Gimana kabarnya, Yoong?"

"Alhamdulillah yah, baik" jawabku membalas pelukannya, dan tak lupa menyalimi tangannya juga.

"Eh ayo masuk dulu atuh, tadi ibu teh bikin brownis. Katanya Nata pengen brownis"

Nata terkekeh, "ibu tahu saja"

Masuk yang dimaksud ibu adalah pergi ke dapur yang tersambung dengan ruang tengah, tempat biasa keluarga ini menghabiskan waktu bersama. Rumah ini jadi agak sepi setelah kedua anaknya mulai tinggal bersama keluarga barunya masing-masing.

Aku menarik kursi makan untuk Nata duduki, setelah itu aku membantu ibu yang sedang menyiapkan brownis.

"Katanya Doyoung mau ke sini, eh belum datang-datang orangnya" jelas ibu sembari meletakkan brownis di atas piring kaca.

"Sibuk kali bu," balas Nata.

Doyoung sudah menjadi guru honorer di salah satu SMA negeri. Dengar-dengar juga dia sedang melanjutkan studi S2-nya.

"Assalamualaikum!"

Baru saja kita bicarakan, lelaki itu sudah masuk ke dalam rumah bersama ayah yang tadi masih di depan.

"Waalaikumsalam" kompak kami menjawab.

"Wets, ada calon ibu" katanya mendekati Nata.

"Cie jadi om" balas Nata dengan kekehan.

Aku ikut terkekeh sembari sibuk memotong brownis yang sempat ibu tolak untuk dibantu. Selesai dipotong menjadi kotak-kotak, kuletakkan brownis itu di meja makan, lalu ikut duduk bersama Nata dan ayah.

"Berapa bulan? Cewek apa cowok? Terus udah nyiapin nama belum? Kalau belum gue kasih nama nih" kata Doyoung berentetan sembari memegang ragu perut buncit Nata.

"Anak-anak siapa yang kasih nama siapa" timpalku, "brownis yah" tawarku yang langsung diambil ayah.

"Hehe, kali aja kan kalau gue yang kasih nama, anaknya bisa seganteng gue" balas Doyoung.

Ikut kontribusi dalam pembuatannya saja tidak, masa mau mirip dia. Ada-ada aja sih, Doy.

Doyoung meletakkan paper bag putih di atas meja, "nih biar ponakan gue gak ileran,"

Nata langsung berbinar membuka paper bag berisi rendang. Sebelum ke sini, Nata memintaku untuk memberitahu Doyoung, kalau dia mau rendang buatan Doyoung.

Padahal Doyoung bukan dari padang, bahkan aku tidak terlalu yakin dengan skill memasak rendangnya. Tapi ya sudahlah, namanya juga ibu hamil.

Nata memakan rendang dengan lahap walaupun dicuil sedikit demi sedikit.

"Nat, kamu tuh udah USG belum? Anaknya geulis apa kasep?" tanya ibu. "Semoga kasep nya, nu geulis kan ibu mah sudah punya" katanya dengan kikikan.

Ibu dan ayah sudah memiliki cucu pertama dari Kak Winwin dan Mbak Alesha, sudah berumur empat bulan, alhamdulillah perempuan yang diberi nama Zulaikha Az-Zahra Elrumy. Cantik sekali persis seperti ibunya.

"Apa saja toh bu, yang penting sehat" kata ayah yang sudah menghabiskan setengah loyang brownis. Padahal ibu buat untuk Nata yang lagi ngidam. Hehe.

"Aduduh" gumam Nata sembari menegakkan tubuhnya yang menyender.

"Kenapa dah lu?" tanya Doyoung yang terlihat khawatir.

"Punggungku sakit" jawab Nata.

Aku langsung berdiri, menghampirinya untuk menuntunnya berjalan.

Kata dokter Nata harus banyak jalan, karena akhir-akhir ini Nata jadi mageran setelah hamil, kakinya sampai bengkak akibat makan tidur makan tidur selepas kerja.

"Shhhh" serunya lagi sembari mengelus perut.

"Sakit?"

"Gak tahu, mules" jawabnya sembari mengelus perut, langkahnya agak tertatih membuatku tak tega.

Kuusap tangannya yang menggantung di lenganku. Wajahnya terlihat menahan sesuatu, tapi dia tetap berusaha melangkah.

Kurasakan genggaman tangan Nata pada lenganku semakin erat, hingga erangannya mengeras, dan teriakan ibu membuat hatiku hampir runtuh.

"YA ALLAH NATA PENDARAHAN!"

beda + m.yg ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang