Chapter 3 "Kau Menatap, Lalu Tersenyum"

236 25 15
                                    

Hari - hari Masa Orientasi atau sering juga disebut MOS berjalan begitu cepat. Mungkin karena tidak berkesan, juga menurutku hal gimmick dan senioritas seperti itu tak pantas untuk mendapat ruang khusus di cerita ini. Maka dari itu yang harusnya MOS selama tiga hari berturut - turut aku hanya hadir di hari pertama saja. Itupun hanya untuk mendapat informasi kapan kegiatan belajar mengajar dan di kelas mana aku di tempatkan.

Oh iya sekedar info, dulu (2013) disekolahku masih menggunakan sistem pembagian shift. Jadi untuk kelas 10 dapat shift siang (masuk jam 12.30 - 16.00 wib), sedangkan kelas 11 dan 12 dapat shift pagi (masuk jam 07.00 - 12.00 wib). Mungkin karena masih kurangnya jumlah guru atau mungkin hal lain, kurang tau juga.

Hari pertama sekolah pun tiba. Aku sedikit lebih bahagia dibanding ketika Smp dulu, kenapa? Karena dari sekarang hingga setahun kedepan pagi ku tidak akan terganggu oleh bangun, juga bangunku takkan terganggu oleh pagi. Hahaha.

Adzan zuhur berkumandang, suara lantunan adzan khas dari pak Emet (sekarang beliau sudah almarhum) sangat menenangkan jiwa, menggugah hati. Pak Emet, semoga kau tenang disana. Aamin.

Selesai adzan aku bersiap untuk mandi, ambil wudhu, salat dan berangkat sekolah.

Sampai di gerbang, ternyata gerbang sudah di gembok. Ada bapak - bapak mendekat. Ternyata si bapak berkumis yang berteriak menyuruhku masuk ketika orang - orang sedang berkumpul dilapang dulu. dengan gelagat arogan ia bertanya.

"Ngapain kamu?!" tanya nya dengan nada tinggi.
Kuhiraukan pertanyaan itu, karena menurutku tak usah dijawab pun si bapak berkumis itu tau aku disana mau apa.
"Jam berapa ini?!" ia bertanya kembali dengan nada yang sama.
Kuhiraukan kembali pertanyaanya, karena aku lihat dia juga memakai jam tangan.

.........

Nampaknya dia kehabisan pertanyaan atau apapun aku tidak tahu, dia pun menengok kanan kiri, lalu membuka gembok gerbang yang sudah di kunci.

"Ya sudah, masuk!" tegasnya

Sepertinya si bapak kumis ini orang baik, tapi karena tuntutan kerjaan, dia berusaha keluar dari pribadi aslinya. Dan aku yakin, jika dirumah dia menjadi idola bagi anak anaknya dan bagi istrinya dia adalah suami terseksi karena kumis dan perut buncitnya.

Di sekolah, dia (si Bapak berkumis) berpropesi sebagai guru olahraga, maka tak heran kalau dia berperut buncit. Hahaha.
Kenapa banyak guru olahraga berperut buncit? Karena mereka kerjaannya hanya menyuruh, dan kita yang mempraktikan. Contoh: kita di suruh joging memutari lapangan selama 10 menit. Sementara sembari menunggu 10 menit itu, si guru olahraga melipir ke kantin makan gorengan dengan lahapnya.

Kita lupakan hipotesis ku soal guru olahraga tadi, kembali ke cerita.

Setelah disuruh masuk, aku masuk, bergegas menuju kelas. Sampai di depan kelas ternyata didalam sudah ada guru yang sedang menjelaskan sesuatu terdengar olehku. Pintu kelas masih dalam keadaan tertutup.

"Tok!! Tok!!" aku mengetuk pintu.

Kubuka pintunya.

"Assalamualaikum" salam ku.
"Waalaikum sallam" jawab bu guru.
"Boleh masuk bu?" sambil senyum senyum gajelas.
Dia menghiraukan permintaanku, sementara semua mata murid langsung tertuju padaku.
"Bu boleh masuk?" tanyaku lagi masih dengan senyumku yang gajelas itu.
Dia hiraukan kembali. Disitu saya merasa Tuhan sedang bersamaku ketika aku menghiraukan si bapak berkumis tadi di gerbang.

Tak lama aku berdiri di depan pintu dengan tatapan semua murid itu aku lihat si Adam, dia bicara kurang jelas karena pelan tapi aku tau maksudnya.

"Masuk aja! Masuk aja!" mungkin begitu.

Masuklah aku, dan duduk di kursi tempatku duduk disamping Adam. Kubuka tas, kubalikan badanku kebelakang dan kusimpan tas di belakang agar si tas bersender di kursi, aku lihat ternyata di belakang adalah bangku nya Rahma wanita cantik dan populer itu, dia melihatku, lalu tersenyum dan menyapa.

"Hey..." sapa Rahma sambil tersenyum.
"Eh, hey.." balasku dengan senyum juga.

Kubalikan kembali posisi badanku kedepan dan berlanjut fokus pada si ibu guru yang sedang menerangkan.

---------------------------------------------------------
Aku, Dia dan Sekolahku

Aku, Dia dan SekolahkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang