Chapter 7 "Maaf, Aku Cemburu"

114 13 3
                                    

Meski sudah beberapa hari berlalu, tapi entah kenapa reka ulang kejadian Rahma di parkiran masih hangat menyapa pikiranku.

Ini adalah hari dimana ujian kenaikan kelas terakhir akan dilaksanakan, artinya adalah hari ini hari terakhir dimana aku harus menunjukan hal apa saja yang di dapat setelah setahun masuk dan mengikuti pelajaran yang guru berikan di kelas. Meskipun dalam KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) kelas 10 mendapat sip siang tapi khusus untuk ujian atau uts semua jadi satu shift, shift pagi.

...

Selasa, 06.00 WIB. Zzzz.... Zzz...

"Duk! Duk! Dukk!" ibu menggedor pintu kamar, karena pintu kamar selalu dalam keadaan dikunci dari dalam.

"Jam tujuh dimaaann! Cepet bangun!" lanjutnya, kebiasaan ibu, dia selalu menambah satu jam jika membangunkan.

Aku bangun.
"Iya bu" teriaku.

Aku tau kebiasaan ibu, ini bukan jam tujuh seperti yang dikatakan ibu, dan cuaca amat sangat mendukung niat busukku, jadi.... tidur lagi aja.

...

Lima belas menit kemudian...

"Dwaarrrrrrrr!!!" ibu gedor lagi. seperti biasa juga, gedoran yang dilakukan ibu di gelombang kedua selalu tiga kali lebih keras dari gedoran di gelombang pertama.

"Diimaaannnnnn, bangun!" teriaknya hingga terdengar sampai ke dalam mimpi.

Ibu; dia wanita tercantik yang ada di planet ini, meski sudah cukup berumur untuk saat ini kecantikan Rahma hanya sebutir terigu dibanding cantiknya ibuku. Aku kenal ibu sudah lama sekali, dari kecil. Dia (Ibu) pendiam, jarang bergerombol dengan kebanyakan ibu-ibu yang ada dilingkungan rumah. Tapi jika sekali teriak, sound system hajatan pun menurutku kalah telak jika di versuskan dengan teriakan ibu saat membangunkanku. Dan salah satu hal yang membuatku rindu ketika jauh dengan ibu adalah sambal buatannya.

"Iya bu iya" jawabku sambil beranjak dari tidur dan membuka pintu.

....

Selasa, 9.30 WIB. Bell pulang terdengar, artinya ujian kenaikan kelas yang hampir seminggu kulalui selesai hari ini, bergegas ke parkiran. Kunaiki motor, tiba – tiba merasa ada yang naik di jok belakang, pas dilihat aku kaget, ada perempuan yang ternyata Rahma.

"Aku ikut! Hehe" dengan senyum yang sudah berhari hari tak kulihat.

"Kemana?" tanyaku.

"Terserah, hehehe" dengan senyumnya lagi.

"Yaudah, peg...." serius aku lupa, tadinya mau bilang "pegangan" tapi baru inget, terakhir aku lihat dia bersama lelaki, persepsi pertamaku ya itu pasti pacarnya.

"... Yaudah ayok" lanjutku.

"Let's goooooooo, hahahaha" dia mengangkat kedua tangannya dengan tertawa ceria.

Ku tancap gas, dan melaju meninggalkan parkiran.

...

Berhenti di depan rumah berwarna krem.

"Loh kok kerumah" dia cemberut.

"Iya, kamu mandi dulu, ganti baju dulu" jawabku.

"Gamau, males" jawabnya masih cemberut.

"Yaudah, aku pamit dulu ke mama kamu kalo gitu" jawabku.

"Dirumah gak ada siapa-siapa dimaaann, mama kerja, papa juga" jawabnya.

"Oh, ada helm gak? Bawa dulu kalo ada" jawabku.

"Ada, emang mau kemana? asyikkk jalan – jalan" dengan tawa sumringah.

"Udah ambil dulu aja helmnya, nanti juga tau" jawabku.

"Ihh gitu, yaudah. Tunggu ya dimankuhhh hehehe".

Sambil menunggu Rahma, isi pikiranku masih sama seperti sebelumnya. Jika kalian berada diposisiku apa yang akan kalian lakukan? Apa yang seharusnya kulakukan? Apa kutinggalkan saja rahma yang sedang bawa helm ke rumahnya? Arrrgghhhhhhhh. Maaf rahma, aku cemburu.

-----------------------------------------
Aku, Dia dan Sekolahku

Aku, Dia dan SekolahkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang