Chapter 10 "Interaksi"

84 3 2
                                    

Sabtu malam 02.00 WIB,

Malam menyergap, dalam keadaan terjaga karena libur kenaikan kelas masih tersisa dua hari lagi ditemani cat akrilik, kuas, dan puluhan kertas hvs yang sebagian sudah terisi oleh lukisan – lukisan tak jelas.

"Kriiingg... Kriinggg..." handphone ku berdering,

Di layar handphone terlihat nama "Adam", ternyata adam sahabatku yang telpon.

"Hallo dam" ucapku.

"Man..." terdengar adam bicara pelan diujung telpon.

"Ngapain lo malem-malem telpon? Mau pinjem uang? Gak ada" jawabku bercanda.

"Apaan sih lo, biasanya kan lo yang pinjem ke gue. Gue mau ngomong serius nih" ungkapnya, nada serius.

"Hehehe, gimana dam? Ada apa?" tanyaku.

"Kayaknya gue bakalan pindah sekolah deh man".

"Serius? Emang ada sekolah lain yang mau nerima lo?" masih candaku sekedar mencairkan obrolan. Sebenarnya dalam hati terkejut mendengarnya.

"Ya pasti ada lah, emangnya gue kayak lo yang setiap minggu ada alfa nya. Hahaha". Kita berdua tertawa. 

"Kenapa lo pindah?" tanyaku.

"Mending lo kerumah aja nanti gue certain, sekalian mau ada syukuran" ajaknya.

"Jam berapa?" tanyaku.

"Sore, jam tiga. Jangan tidur mulu lo awas" ancamnya.

"Oke. Telpon lagi aja besok, takutnya gue lupa" jawabku.

"Iya gue tau kebiasaan lo, sore gue telpon lagi" balasnya.

"Oke."

"Yaudah gue matiin ya" katanya.

Esok sorenya aku kerumahnya, disana banyak orang yang tidak ku kenal selain keluarga adam, setelah kutanyakan ke bu Nanda ibunya Adam ternyata mereka adalah pemilik baru rumah itu, rupanya alasan keluarga itu berpindah adalah karena tuntutan kerja sang ayah.

Terlihat diujung taman seorang pemuda lelaki sedang duduk dengan memijat pelipisnya, butuh beberapa waktu sebelum ia akhirnya menyadari kehadiranku disampingnya.

"Kubuatkan kopi ya dam." kutepuk pundaknya pelan.

Adam masih terdiam,

"Dam? Hey!" kutepuk kembali agak keras,  akhirnya ia menengadah ke arahku.

"Gue cemburu sama lo," ia menatap dalam,

"Gue capek man hampir tiap tahun pindah, gue capek harus adaptasi dengan orang-orang baru" lanjutnya dengan nada meninggi.

Aku paham apa yang ia pikirkan, apa yang ia sesalkan. contoh kecil adalah kamar, kamar memiliki memori tersendiri bagiku, banyak hal yang tersimpan didalamnya, jika harus meninggalkannya dengan cara mendadak, mungkin aku akan lebih depresi dari adam. alih-alih menenangkan pikiran adam yang sedang tak karuan, mulutku spontan mengeluarkan kata-kata yang sepertinya tak direstui oleh akal.

"Lo harus siap dam, mengeluh bukan jawaban. didepan masih banyak cerita yang lo gak tau sedang menunggu sosok lo."

"Jangan biarkan hari ini jadi penghambat hari selanjutnya."

Sejenak ia menunduk, menghela nafas

"Lo memang sahabat gue man, makasih" akhirnya ia tenang.

Sementara orang-orang sibuk dengan kicauannya, bu Nanda berteriak memanggil kami berdua. kami pun bergegas kearahnya.


------------------------------------

Aku, Dia dan Sekolahku

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 31, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku, Dia dan SekolahkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang