Di hari pertama sekolah, si Adam sedikit berbeda dibanding awal kita bertemu. Tadinya dia banyak bicara, ceria, mata bersinar-sinar, tapi hari itu dia menjadi pendiam. Sampai hampir jam istirahat pun dia tidak mengucapkan apa - apa kecuali kata "Masuk aja! Masuk aja!" ketika aku di cuekan oleh guru yang sedang mengajar saat terlambat tadi.
Kuanggap dia sedang ada masalah di rumah. Karena aku orangnya malas berbincang lebih nyaman diam, jadi kuhiraukan sikap adam yang berubah itu.
Sampai satu waktu, disela jam pelajaran kedua sebelum istirahat. Kata pertamanya terucap.
"Man" ucapnya sambil menulis, menyalin yang ada di board.
"Iya" jawabku, sama sedang menulis juga.
"Kemaren hari kedua MOS, lo kemana?" tanya nya.
"Ada, dirumah. Kenapa Dam?" tanyaku balik.
"Lo ingkar janji Man! Gue gak suka" ungkapnya.
Dalam hati "Apaan nih orang".
"Janji apa?" tanyaku dengan bingung.
"Lo janji mau nyobain gorengan buatan bi Nanah. Pas gue bawa, lo nya gak ada" ungkapnya.
"Eh anjir iya, lupa Dam. Sorry" jawabku dengan raut muka sedikit ketawa.
Dia diam, dan tetap menulis menyalin yang ada di depan.
"Apaan sih lo dam, kayak cewek" candaku.
"Besok deh, lo bawa lagi, ya?" lanjutku, "ya?" kuulang dengan nada membujuk.
"Awas aja kalo besok lo ga sekolah" ungkapnya.
"Iya cantik iya, aku janji" jawabku bercanda.
Dia tertawa, dan sikapnya kembali seperti semula banyak bicara. Tanpa kujelaskan pun mungkin kalian tau, si Adam jiwa lakinya mesti di pertanyakan.
Tak lama kemudian, bell istirahat pun terdengar. Teman - teman dikelas berhamburan dengan keperluannya masing - masing, ada yang ke kantin, nongkrong di depan pintu kelas, ada juga yang keliling mengelilingi setiap sudut yang ada di sekolah, gak ngerti juga maksud dan tujuan mereka keliling untuk apa. Seperti biasa, aku sedari Smp pun jarang ke kantin atau keluar kelas di jam istirahat. Lebih nyaman diam di kelas dan jika lapar atau ingin coba jajan pun bisa titip ke teman.
Aku hanya diam di tempat dudukku ditemani lagu "Stand by me nya Oasis" diujung speaker headset, dikelas mungkin hanya ada beberapa perempuan. Tiba - tiba dibelakang ada yang menepuk pundakku, setelah kulihat kebelakang ternyata si Rahma.
"Hey!" sapa nya.
"Ha?" karena masih pake headset jadi tidak terdengar apa yang di ungkapkan dia, ku copot headset yang menempel di telinga.
"Gak gabung dengan yang lain?" tanya rahma.
"Gak, males hehe" jawabku, dan kubalikan kembali pandanganku kedepan, si Rahma nyaut.
"Ih gitu" sautnya, kubalikan lagi pandang ku ke belakang ke arah Rahma.
"Apa?" tanyaku.
"Kamu tau nama aku gak?" lanjut dengan raut muka so imutnya.
"Tau" jawabku.
"Siapa?" tanyanya.
"Rahma" jawabku.
"Ih kok tau sih. Kamu kepoin aku ya?" kembali dengan raut soimutnya.
"Apaan sih" jawabku sambil tertawa kecil karena terbawa suasana oleh raut mukannya yang kuakui bahwa dia memang imut.
"Enggak, dulu adam pernah bilang" lanjutku.
"Oooohhhh, Adam siapa?" tanya nya dengan raut muka bingung.
"Guru BP" jawabku dengan mencoba memasang muka serius.
"Hahahaha, Dimaaannn iihh" dia tertawa dengan mendorong dorong bahuku akupun ikut tertawa.
"Nih, Mau?" dia menyodorkan cemilan keripik singkong yang ada diatas meja nya.
"Buat kamu aja, masih kenyang" jawabku dengan mengusap usap perut.
"Yaudah" jawabnya.
Ku putar kembali badanku kearah depan, dan pasang kembali headset menunggu jam istirahat berakhir.
Setelah dipikir - pikir, kenapa si Rahma tau namaku?
-----------------------------------------------------------------------
Aku, Dia dan Sekolahku
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Dia dan Sekolahku
Lãng mạnAku; Namaku Diman, seorang introvert, anti sosial, benci matematika, suka menggambar dan menghayal, Oasis adalah band favoritku dan orang bilang terlambat masuk sekolah adalah penyakitku. Rahma; murid sekelas denganku, gaul, cantik, populer disekola...