Sepengetahuan Changbin, Felix bukanlah seseorang yang akan menyelesaikan masalah dengan cara kekerasan. Emosinya cukup terkontrol jika dibandingkan dengan Changbin yang memang punya tingkat kesabaran yang rendah. Hanya saja lingkungan pekerjaan Felix yang keras terkadang membuatnya harus melayangkan tinju untuk menuntaskan sebuah persoalan. Terutama jika berhubungan dengan pengunjung yang mabuk.
"Aduh," Felix meringis kesakitan saat Changbin hendak membersihkan buku-buku jarinya yang lecet dan agak bengkak. Lelaki yang lebih tua menatap Felix dengan sorot minta maaf sebelum mengeringkan tangan pemuda itu dengan handuk.
"Lain kali kalau ada yang menantangmu jangan diladeni," Changbin mengecup lembut buku-buku jarinya yang luka. Felix yang semula hendak protes membatalkan niatnya melihat perlakuan Changbin yang selembut ini padanya. Ketika Changbin meletakkan kompres dingin di sana, Felix menggigit bibir bawahnya untuk menahan desisan nyeri.
"Orang-orang itu melecehkan temanku," Felix pelan-pelan menjelaskan kejadian yang sebenarnya pada Changbin hanya agar kekasihnya tidak salah paham, "Aku sudah mengusir mereka tetapi mereka malah hendak menghajarku. Ya sudah, kuhajar saja duluan."
"Felix," gumam Changbin, menatap Felix yang rahangnya mengeras karena emosi yang masih tersisa, "lain kali tidak perlu diladeni, oke? Kalau bosmu memecatmu karena menghajar orang bagaimana?"
Yang ditanya balas menatap Changbin dengan sorot tajam.
"Peduli setan mau dipecat atau tidak. Temanku lebih penting."
Pemuda itu berusaha menyentakkan tangannya dari genggaman Changbin, tetapi lelaki yang lebih tua tidak ingin melepaskan. Ia justru kembali membawa tangan Felix ke bibirnya, mengecup satu persatu jemari pemuda itu sambil memejamkan mata. Wajah Felix perlahan menghangat karena malu, emosinya yang semula menguasai diri perlahan menguap.
"Aku nggak mau tanganmu kotor gara-gara menghajar para bedebah itu," Changbin berbisik, "apalagi sampai luka. It's not worth it."
Felix terlihat memikirkan kata-kata Changbin selama beberapa menit sebelum mengangguk. "Maaf, hyung. Makasih." Tangan Felix yang tidak sakit melingkari pinggang Changbin agar ia bisa bersandar lebih nyaman pada kekasihnya. Changbin terkekeh kecil melihat tingkah manja Felix.
"Habis ini minum obat biar nyerinya berkurang, ya."
Felix mengangguk patuh, diam-diam tersenyum menatap wajah sang kekasih yang mengompres tangannya dengan sabar.***
[author's note: this is the last part of this book. to be honest, there are still some parts that can be written, but i think that will be too nsfw to write lol so i just stop it here. i've prepared an extra chapter before ending this book so please enjoy ♡ thanks for reading ♡ ]
YOU ARE READING
of all the places worth to be kissed ✓
FanfictionWhenever Changbin is tired, he likes to think about kissing Felix. And he does like kissing his boyfriend in different places. [ alternate universe; seo changbin/lee felix; dj!felix and producer!changbin ]