Studio Changbin sudah seperti surganya para musisi di mata Felix. Bagaimana tidak? Ruangannya setara dengan satu unit apartemen (karena memang Changbin sengaja menyewa satu unit khusus sebagai studio tepat di sebelah unit apartemen mereka sendiri) dan nyaman. Peralatan di dalamnya pun sudah bisa dibilang lengkap. Bukan hanya itu, Changbin juga meletakkan DJ station di dalam studionya khusus untuk Felix sehingga pemuda itu pun bisa bekerja maksimal saat membuat track baru.
Felix tidak pernah merasa seberuntung ini dalam hidupnya sebelum bertemu Changbin.
Menggunakan studio bersama-sama sudah barang tentu membuat mereka saling membantu pekerjaan masing-masing. Terkadang Felix memberikan sedikit masukan selama proses producing yang dilakukan Changbin. Pemuda itu pun tidak jarang ikut andil dalam proses mixing lagu-lagu yang hendak dirilis Felix di Youtube. Meskipun berstatus sebagai sepasang kekasih, tetapi jika sudah menyangkut pekerjaan mereka tidak menanggalkan sisi profesionalitas dalam diri masing-masing.
Namun tidak jarang ketika merasa bosan atau jenuh, keduanya memanfaatkan studio tersebut sebagai tempat saling mencurahkan rasa terhadap satu sama lain.
Seperti yang sudah-sudah, Felix membiarkan tubuhnya ditarik hingga mendarat di pangkuan Changbin. Tatapan pemuda itu terlihat gelap ketika Felix melingkarkan lengan di lehernya sebelum menghapus jarak di antara mereka. Dengan bibir saling berpagut, keduanya saling membisikkan kata cinta. Felix dan desahan samarnya membuat Changbin merutuk hingga ia harus mencengkeram bagian belakang baju Felix kuat-kuat.
"Not now. Not. Now," gumaman Changbin lebih terdengar seperti mantra untuk diri sendiri alih-alih bentuk protes atas perlakuan Felix. Lelaki yang lebih muda hanya tertawa serak sebelum menjauhkan wajahnya dari Changbin.
"Oke."
Felix duduk manis, terlihat sama sekali tidak terganggu dengan wajah Changbin yang terlihat kacau. Mata yang setengah terpejam menatap Felix lurus-lurus. Rambut sekelam malam acak-acakan karena ulah tangan Felix. Pun dengan bibir tipis yang separuh terbuka dan memerah karena Felix berulang kali menggigitnya. Ya, Felix sama sekali tidak terganggu. Alih-alih resah, pemuda itu justru tersenyum, membuat Changbin kesal sendiri.
"Kenapa senyum-senyum?" Changbin merapikan rambutnya sambil menarik napas panjang dan menghembuskannya. Setidaknya sekarang ia sudah bisa bernapas normal.
Felix menggeleng, senyumnya semakin lebar.
"Ugh."
Changbin kesal karena Felix berhasil mengalahkannya. Sisi dominan dalam dirinya perlahan muncul ke permukaan, tidak sabar untuk menghapus senyum penuh kemenangan di wajah kekasihnya. Mungkin dengan sedikit percobaan ia bisa membalikkan keadaan sehingga Felix tidak lagi berada di atas angin.
Tanpa aba-aba, Changbin membawa tubuh Felix mendekat hingga bibir mereka kembali bertemu. Bukan hanya itu, Changbin juga menyusuri hidung Felix yang mungil dengan bibirnya. Lalu dikecupnya kelopak mata pemuda itu selembut mungkin hingga membuat dada Felix sesak oleh rasa sayang yang membuncah untuk Seo Changbinnya.
"Changbin hyung...."
"Yes, dear?"
Felix terkikik geli mendengar panggilan sayang tersebut terucap dari bibir Changbin. "I see you're up for some vanilla," pemuda itu berkata iseng. Changbin memutar bola mata.
"Cepat lakukan yang kau inginkan sebelum kita lanjut bekerja."
Mata Felix berbinar. "Nggak apa-apa? Di sofa ini?!" tanya sang pemuda.
Bibir Changbin melengkung membentuk senyum, lalu pemuda itu mengangguk.
"Anything for you, Haengbokie."***
[ author's note: tbh the last part of this chapter is my fave part idk why but when i wrote this i got all giggly because of haengbokie omg. lemme know if you feel the same way as me .///. ]
YOU ARE READING
of all the places worth to be kissed ✓
FanficWhenever Changbin is tired, he likes to think about kissing Felix. And he does like kissing his boyfriend in different places. [ alternate universe; seo changbin/lee felix; dj!felix and producer!changbin ]