{ cheeks & freckles }

3.4K 579 45
                                    

Cuaca yang super cerah membuat Changbin berpikir ia akan mendapatkan pemandangan bintik coklat Felix yang lebih jelas di bawah sinar mentari. Meskipun Changbin merasa senang, tetapi Felix tidak. Ia menggerutu ketika melihat langit biru tak berawan di luar jendela apartemen sembari mengoleskan sunblock banyak-banyak ke wajahnya.

"You'll tear your skin apart when you do that," Changbin mengingatkan Felix. Yang diajak bicara hanya memutar bola mata, lalu menatap Changbin dari cermin.

"Tapi aku juga nggak mau kena kanker kulit," geramnya. Setelah menepuk-nepuk pipi yang diberi sunblock, Felix menatap bayangannya di cermin dengan wajah datar. "Freckles sialan."

Changbin hanya bisa mendesah berat melihat kelakuan Felix. Tidak ada gunanya meladeni Felix yang sedang kesal karena pemuda itu tidak akan berhenti mengeluh sampai hatinya lega. Berkebalikan dengan Changbin yang lebih suka diam dan membiarkan kekesalannya mereda dengan sendirinya. Menghadapi Felix yang seperti ini sejujurnya cukup menguji kesabarannya. Namun Changbin tidak mempermasalahkannya asalkan hal itu bisa membuat perasaan Felix lebih lega.

Dua menit berlalu saat Changbin merasa pegal karena duduk terlalu lama sembari menunggu Felix selesai berbenah. Pemuda itu memutuskan untuk bangkit dan mendekati Felix, melingkarkan lengan di pundak kekasihnya dengan gestur santai.

"Masih lama?" Changbin menatap bayangan Felix dari balik matanya yang dinaungi topi hitam. Felix hanya menghela napas sebelum mengangguk.

"Udah selesai, kok. Kayaknya pakai masker aja biar freckles-nya tertutup."

Changbin mendecakkan lidah.

"Kenapa sih masalahin freckles terus? Kalau kamu mau ngehilanginnya ya pergi ke dokter," kesabarannya sudah mulai menipis. Suasana hati pemuda itu kepalang berubah sehingga membuatnya tidak lagi bersemangat untuk piknik. "Ya sudah, kita dirumah saja," putus Changbin.

Felix membeku seketika. Wajahnya pias ketika Changbin melepaskan rangkulannya dan melempar jaket kulit serta topi hitam yang semula ia kenakan ke tempat tidur. Pemuda itu meneguk saliva panik, merasa bersalah karena sudah membuat suasana hati Changbin buruk.

"Hyung," panggil Felix dengan suara pelan. Ia mendudukkan diri di samping Changbin yang sudah berbaring dengan wajah tertutup lengan. "Maaf."

"It's okay, Lix. Jangan minta maaf."

"Tapi hyung marah sama aku," kali ini nada suara Felix terdengar lebih lirih. Changbin bergegas mendudukkan diri dan menatap pemuda itu lekat-lekat. Felix terkejut tetapi terlambat memundurkan wajah. Mata Felix bahkan hampir juling karena wajah Changbin yang berada terlalu dekat di depan wajahnya.

"Aku nggak marah. Aku kesal. Itu beda, Lix," ralat Changbin. Ia masih belum menjauhkan wajahnya sehingga Felix harus menutup mata karena ia mulai pusing melihat kekasihnya dalam jarak sedekat ini. Ditambah lagi dengan napas hangat Changbin yang menerpa bibirnya membuat Felix harus mempersiapkan diri kalau-kalau pemuda itu hendak menciumnya.

"Berhenti merutuk bintik-bintik diwajahmu. Harus berapa kali kubilang kalau aku suka freckles-mu? Sejuta kali? Dua juta kali?" gumam pemuda itu. Felix hanya mengangguk, masih dengan mata tertutup. "Dua juta kali?!"

"Eh?! B-bukan gitu, hyung!" Felix buru-buru mengoreksi. "Aku cuma angguk-angguk saja, bukan mau jawab pertanyaanmu."

Mendengar ucapan Felix, Changbin otomatis tertawa. Felix mengintip Changbin dari balik matanya yang setengah terbuka, diam-diam mengelus dada karena suasana hati Changbin yang sudah terlihat lebih baik. Senyum malu perlahan terukir di bibir Felix.

"Bodoh," Changbin tiba-tiba menyentil kening Felix main-main, membuat pemuda itu mengaduh. Namun ia tidak bisa protes begitu melihat senyum lebar Changbin dan matanya yang berbinar jenaka, "Si bodoh yang nggak sadar sama keindahannya sendiri."

Ucapan Changbin membuat wajah Felix memerah seketika.

"Sini."

Kebingungan terlintas di mata Felix saat Changbin tiba-tiba menangkup wajahnya dan mendaratkan kecupan di pipi berbintiknya. Bukan hanya sekali, tetapi berulang kali. Felix sampai merengek minta dilepaskan karena Changbin membuat wajahnya jadi lembab dengan kecupannya.

"Jorok!" Felix memukul lengan Changbin. "Aku harus cuci muka lagi, deh."

Changbin menjulurkan lidah, "Balasan karena sudah bikin aku kesal."

Felix menggerutu sambil mencubit pipi Changbin keras-keras, membuatnya mengerang kesakitan. Sebelum pemuda itu memarahinya, Felix buru-buru kabur ke kamar mandi sambil tertawa puas. Meninggalkan Changbin yang mengelus pipinya yang memerah karena cubitan Felix.***

of all the places worth to be kissed ✓Where stories live. Discover now