1. Pengganggu

496 20 8
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aisyah •

Semalaman hujan terus mengguyur bumi, membuat pagi ini malas sekali untuk melakukan aktivitas. Sejak dulu, aku memang seperti ini, jika pagi-pagi sudah hujan malas sekali rasanya untuk bangun dari tidur. Setelah melaksanakan sholat shubuh, aku langsung tidur kembali, karena semalaman aku harus berhadapan dengan laptop ku untuk menyelesaikan tugas kuliah.

Ternyata kehidupan kuliah tidak seperti apa yang aku bayangkan, aku kira kuliah itu menyenangkan, sebab disana aku pasti punya banyak teman dan rasanya bebas, tapi ternyata perkiraan ku terbalik dengan apa yang sudah aku jalani saat ini, tugas menumpuk dan masih banyak kegiatan-kegiatan lainnya membuat aku terkadang harus menyita waktu istirahat ku.

Saat ini aku masuk dalam jurusan sastra dan bahasa. Dulu ingin sekali aku masuk dalam jurusan kedokteran, akan tetapi Allah berkehendak lain, inilah jalan terbaik yang Allah berikan kepadaku.

"Aisyaah!!!" Terdengar suara panggilan dari Ummah, sudah pasti aku harus membantu Ummah terlebih dahulu sebelum berangkat kuliah. Dengan malas, aku beranjak dari tidurku kemudian turun ke lantai bawah menuju dapur.

Disana sudah ada kak Ale dan Ummah, aroma rempah-rempah yang dimasak oleh Ummah membuat cacing di perutku pada demo dan minta untuk segera diisi.

"Ummah, Aisyah lapar," ucapku sembari merangkul manja pundak ummah yang tengah menggoreng ikan.

"Bantu dulu dong, jangan cuma makan aja!" Kalimat itu bukan keluar dari mulut Ummah, akan tetapi kak Ale. Aku melepas rangkulan ku dari Ummah.

"Ish, aku kan ngomong sama Ummah, bukan sama kakak."

"Sudah... Sudah...pagi-pagi kok udah berantem." Ummah melerai pembicaraan kami. "Aisyah, kamu cuci muka dulu gih, setelah itu bantu Ummah sama kak Ale masak ya," lanjut ummah dengan suara yang sangat lembut.

Aku mengangguk, kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh muka. Setelah itu aku ikut membantu Ummah dan kak Ale masak. Ummah sudah mengajari aku dan kak Ale memasak sejak kecil, agar ketika aku dan kak Ale sudah punya suami, kami bisa memasak untuk suami kita masing-masing.

"Lho Abah mana, Um?" tanyaku sembari menata sarapan di atas meja, sedari tadi aku tidak melihat Abah.

"Abah sudah pergi dari tadi pagi." jawab Ummah.

Abah ku adalah seorang guru ngaji disalah satu sekolah negeri di kota ini. Iya, sejak dulu Abah selalu mengajarkan anak-anak nya tentang ilmu agama dan lebih memperdalaminya. Hingga aku dan kak Ale menjadi seorang gadis yang sangat beruntung mempunyai Abah.

Ngomong-ngomong soal kak Ale, sebentar lagi aku dan dia harus berpisah jauh, kak Ale harus kembali ke Madinah untuk melanjutkan pendidikan disana. Nama aslinya tuh kak Akleema, aku lebih suka manggil kak Ale, biar singkat. Aku sendiri masih ingin sama Abah sama Ummah, aku tidak bisa jauh-jauh dari mereka, dan aku pun masih belum bisa menjadi pribadi yang mandiri.

AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang