3. Allah Itu Adil

205 17 9
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• Aisyah •


Sesampainya di depan gerbang rumah ternyata Si Ikan Nus itu masih mengikutiku. Lalu dimana Kak Arsyad? Aku celingukan mencari keberadaaan Kak Arsyad yang katanya mau mengantar aku pulang bersama Alysa, tapi dia malah tidak ada, dan yang kutemui adalah Ikan Nus menyebalkan ini.

"Ekhem." lagi-lagi dia berdehem. "cari Arsyad, ya?" tanyanya seolah-olah dia mengetahui isi pikiranku.

Aku tidak menatapnya, aku masih mencari keberadaan Kak Arsyad dan Alysa.

"Dia udah pulang sama Alysa, terus aku disuruh ngikutin kamu," ucapnya sendiri yang masih tak kugubris.

"Ngapain kamu ngikutin saya?" sarkasku.

"Karena disuruh Arsyad." jawabnya sangat polos.

Aku mencoba menahan amarah dengan terus beristighfar. "Lalu kenapa Kak Arsyad pulang duluan?"

"Katanya sih tadi ada telepon dari bibinya dan dia disuruh pulang cepat."

Aku menghela nafas pasrah dan tetap berusaha untuk tidak merasa sakit hati. Oh aku terlalu berharap dengannya. Dan mungkin inilah jika aku terlalu berharap dengan manusia yang hanya akan mendapat rasa kecewa, tapi bagaimana lagi? Aku terlalu suka padanya sudah semenjak SMP, ya, aku dan Kak Arsyad memang sudah berteman semenjak kecil.

"Kamu kenapa?" aku mendongak menatap Nusa yang menatapku khawatir.

Aku mengibaskan tangan di depan wajahku, "Ah, tidak apa-apa kok. Ngapain sih kamu masih disini? Pulang sana!" usirku ketus.

Jika dilihat-lihat Nusa ini tampan dan baik juga meskipun dia menyebalkan, dia sepertinya sangat polos atau mungkin pura-pura polos? Ah sudahlah untuk apa aku memikirkan dia?

"Kamu masuk dulu, nanti aku baru pulang."

Entah mengapa ucapannya membuat aku merasa bahwa Nusa memanglah tulus dan baik hati. Aku menatapnya sebentar lalu kualihkan pandangan ke arah lain.

"Sebelumnya terimakasih sudah ngikutin aku sampai pulang," ucapku lirih, bahkan nyaris seperti bergumam.

"Nggak apa-apa kok, lagian nggak baik kalau misal perempuan pulang ke rumah sendiri, apalagi malam-malam, itu bahaya."

Aku menganga, ternyata dia mendengar ucapanku? Wow tajam sekali pendengarannya. Aku pun mengangguk dan meninggalkan Nusa yang masih berdiri di depan gerbang sampai aku masuk ke rumah dan menatap ke luar lewat jendela, dia pun akhirnya berbalik dan pergi dari tempatnya.

Kenapa tiba-tiba aku merasa bersalah sekali padanya? Aku selalu suudzon pada Nusa, tapi Nusa ternyata baik. Ah, aku jadi bingung. Sebaiknya aku pergi ke kamar dan mengerjakan tugas kuliah. Aku berbalik dan,

AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang