1.Kk?

376 51 68
                                    

***

"Sedih ya, kalau emak lebih bela anak tetangga ketimbang anaknya" ---curhatan Abang Kafka

***

"Kaka, anterin Rica beli susu di supermarket"

"Males"

"Kaka..."

"Gausah panggil-panggil gue kakak. Gue bukan kakak lo!"

"Tapi kan nama kakak, Kaka?"

"Nama gue Kafka, bocaaaahhhhhhh!!!" Pekiknya tertahan dan teramat kesal karena untuk kesekian kalinya ia harus berhadapan dengan dia. Siapa lagi yang Kafka maksud sebagai 'dia' kalau bukan Rica, si cewek manja, cengeng, cerewet ditambah lagi sikapnya yang selalu menempel dengannya sejak kecil.

Kafka Raditya. Seorang remaja berusia 17 tahun yang harus rela sepanjang hidupnya sampai saat ini ditempeli oleh anak tetangga sebelah rumahnya, Cut Risha atau biasa dipanggil Rica. Ia dan Rica. Bagaikan langit dan bumi, yang artinya dimana ada Kafka di situlah Rica tersembunyi. Kemana pun Rica pergi, pasti selalu Kafka yang harus menemani. Mengapa??? (Tanyakan saja pada Dora, HAHA)

"Ihh.. sama aja tau. Dari dulu Rica juga manggilnya Kaka gapapa, kok sekarang marah-marah sih" gerutu Rica sambil mengerucutkan bibirnya kesal.

"Kan sekarang lo udah gede Ricaaaaa. Jadi mulai sekarang stop panggil gue Kaka dan berhenti nempelin apalagi nyuruh-nyuruhin gue buat ngelakuin apa yang lo mau!! Inget, gue bukan kakak lo apalagi bokap lo. Jadi, pergi lo dari rumah gue se.ka.rang!" Tekannya penuh nada pengusiran.

Rica yang mendengar ucapan pengusiran Kafka pun hanya mendengus masih sambil mengerucutkan bibir, "kok Kaka sekarang jahat sih sama Rica??"

Si-empu-nya nama yang di ajak bicara hanya mengabaikan ucapan gadis di hadapannya itu sambil fokus memainkan ponselnya entah bermain apa. "Kaka!!!" Pekik Rica karena merasa diabaikan.

"Bodoamat gue nggak denger"

"Kaka ihh!!!! Mama..." Rengeknya memanggil Ratih-mama dari Kafka yang sudah dianggap Rica sebagai mamanya sendiri sejak kecil karena dia lah yang menjaga Rica saat kecil di saat bunda nya sibuk bekerja, terlebih Ratih juga sudah menganggap anak tetangga sebelah rumahnya itu sebagai anaknya. Maka dari itu, Kafka sudah ia anggap sebagai  kakaknya sendiri jadi tak heran mengapa Rica selalu memanggilnya Kaka padahal namanya Kafka, itu semua bermula karena Rica kecil tak bisa mengeja huruf 'F' dan jadilah Kaka sebagai panggilannya pada Kafka.

"Iya sayang, mama lagi di dapur. Kenapa, sayang?" jawab Mama dari arah dapur sedikit berteriak agar suaranya sampai ke ruang tv dimana Rica dan Kafka berada.

Mendengar Rica yang sudah merengek-rengek memanggil mama nya, sudah dipastikan gadis itu akan mengadu pada mama yang tidak-tidak. Dan untuk keberkian kalinya selalu dan selalu saja Kafka akan disalahkan dan berakhir menuruti permintaan si putri Rica yang pandai membual kata-kata. Lebih baik ia mengalah sekarang saja daripada urusannya tambah panjang jika nama mama mulai dikumandangkan oleh si  Rica tuan putri manja, cengeng, cerewet, tukang ngadu lagi. Toh, hasilnya sama saja ia yang harus mengalah dan lagi-lagi menuruti permintaannya.

Sambil memandang Rica kesal, Kafka bangkit dari duduknya di sofa, "nggak usah ngadu yang macem-macem sama mama!!! Nyebelin lo anak tetangga!!"

"Makanya anterin Rica ke sepermarket jadi Ri---"  , 

"yaudah cepet buruan!" Sela Kafka lalu berjalan keluar menuju motornya di halaman rumah yang belum ia masukkan ke garasi.

"Yesss!!" Pekiknya gembira sambil meloncat loncat kecil di tempatnya, "Mama, nggak jadi manggil. Rica mau beli susu dulu di supermarket" serunya pada mama lalu mengikuti Kafka keluar rumah.

"Iya sayang, hati-hati!" Peringat mama yang tak dijawab oleh Rica karena sekarang dirinya telah sibuk memakai helm dan pergi membeli susu bersama Kafka si Kaka-nya tercintah.

***
Pendek ya?? hehe ya maaf.

Untuk part pertama kasih komentar dong teman2 hehe dan jangan lupa untuk vote dan share cerita buatan inces ini ke teman2 kalian semua. Ocayyyyy terima kasih😁 baybayyyy!!!

Salam,

Inces yang butuh kechupan basah😚

TETANGGA RICA-RICATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang