"Pagiiiii Kakaaaaa....."
"...."
"Wah motor Kaka bagus banget!!! Habis di cuci ya?"
"....."
"Jok motornya empuk ya Ka,"
"...."
"Beruntung banget yang bisa duduk di motor ini"
"....."
Bbrreeemmm..
"Eh, Kaka!! Kok Rica ditinggalin...." pekik gadis berambut hitam itu yang sejak tadi nyerocos di samping motor Kafka tapi tak ditanggapi oleh empu-nya motor.
Kafka yang akan berangkat sekolah dengan motornya pun menghentikan motor tersebut saat mendengar pekikan nyaring Rica.
"Gue mau sekolah" jawab Kafka santai setelah menolehkan kepalanya ke belakang menghadap Rica.
"Kan kita satu sekolah, satu kelas, tetanggaan, kakak ade-"
"Brisik!" Potong Kafka.
"Rica mau...."
"Yang duduk di jok motor gue adalah orang yang beruntung" pungkas Kafka mengulangi ucapan Rica tadi, sengaja ingin balas dendam dengan membuatnya kesal.
"Nah, pas banget. Rica kan orang beruntung karena pagi-pagi udah ketemu Kaka. Jadi, Rica yang dibonceng Kaka. Seperti biasa, hm." ucap Rica dengan kepercayaan tertinggi yang dimilikinya sambil menaik turunkan alisnya menggoda.
"Gak" balas Kafka tak terima lalu mulai menyalakan mesin motornya kembali.
"Ihhh... Kaka!!" Teriak Rica takut ditinggalkan dan buru-buru menghampiri motor Kafka yang sudah melaju dua meter di depannya.
Tiinn!! Tiiinn!!
Terdengar suara klakson motor yang akan lewat di hadapann Rica saat hendak menghampiri Kafka. Sontak saja Rica langsung menghentikan langkahnya. Namun bukannya motor itu kembali melaju, malah menghentikannya tepat di hadapan Rica. Rica yang bingung hanya menatap si pengendara yang menggunakan helm fullface itu.
"Rica?" Ucap pengendara motor itu setelah melepas helmnya.
"Oh, ya. Hai Rio!" Balas Rica setelah mengetahui siapa gerangan pengendara motor yang berhenti di hadapannya.
"Mau bareng?" Tawar Rio ramah tak lupa senyuman menawannya.
"Emhh... tapi-"
Bbrreeemmmmm....
"Eh, Kaka.... kok Rica ditinggalin lagi!!!" Pekik Rica untuk kesekian kalinya karena lagi-lagi Kafka melajukan motornya tanpa membawa Rica ikut serta. Rica yang kesal karena perlakuan Kafka pun hanya bisa mengerucutkan bibirnya dan bergumam menyerapahi si Kaka menyebalkannya itu.
Kafka yang merasa namanya diteriakkan oleh Rica tak memperdulikannya. Toh, si Rica pasti akan mengiyakan tawaran teman baru sebangkunya itu. Pikir Kafka.
Rio yang melihat kejadian yang tersaji di hadapannya hanya bisa menduga-duga. Ada hubungan apa sebenarnya antara mereka berdua? Tapi, Rio tak memusingkannya dan kembali terfokus pada niat awalnya.
"Gimana, mau bareng gak Ca?" Todong Rio lagi. Rica yang melihat Kafka tak kunjung membalikkan kemudinya dan terus menjauh dengan motornya itu pun tak punya pilihan lain selain menerima tawaran dari Rio. Lagi pula tawaran dari Rio niatnya baik dan tidak merugikannya.
"Ya udah deh. Ayo berangkat!" Jawab Rica kembali menumbuhkan rasa semangat dalam dirinya yang tadi sempat merosot karena ditinggalkan Kafka. Rica segera mendudukan dirinya di jok motor Rio dan mereka pun akhirnya melesatkan diri dengan kuda besi putih milik Rio.
KAMU SEDANG MEMBACA
TETANGGA RICA-RICA
Teen FictionIni tentang anak tetangga yang nyebelinnnnnnnn buangettt!!!! Udah manja, cengeng , cerewet, tukang ngadu dan jago membual lagi orangnya. Sumpahh, pengin deh rasanya gue tenggelemim tuh anak ke laut. Udah gitu sukanya nempelin anak tetangga lagi, pok...