"Kaka, Rica haus.."
"Minum."
"Rica lupa nggak bawa minum"
"Beli"
"Rica males, Ka.."
"Kalo males gausah minum"
"Ih, tapi Rica haus.."
Menghela napas berat karena lagi-lagi harus mendengar rengekan manja dari gadis yang sama, akhirnya Kafka memutuskan untuk menghentikan permainan game online-nya di ponsel dan beralih pada Rica si perusak ke-konsenan-nya bermain game.
"Bisa diem nggak!" Geram Kafka, menatap mata Rica tajam setajam tajamnya hingga menyamai tatapan mata elang.
"Makanya beliin Rica minum, Rica ha---" ,
"punya kaki nggak?? Kalo punya digunain dong, jangan nyusahin terus kerjaannya!" Potong Kafka karena merasa jengkel dan gedeg dengan sifat Rica yang tak pernah berubah-ubah.
"Udah lah Kaf, turutin aja maunya adek lo itu. Biar cepet kelar urusannya, ngapain sih pake ribut dulu" seru Fadli menginterupsi perbincangan Kafka dan Rica.
"Dia bukan adek gue" sewot Kafka
"Lah terus, kenapa dah tuh si Rica dari jaman dulu manggil lo 'kakak-kakak' mulu kalo bukan adek lo?"
"Bacot lo" ucapnya kesal karena lagi, lagi, dan lagi harus berhadapan dengan pertanyaan yang sama dari temannya tentang panggilan 'Kaka' yang disematkan Rica padanya, padahal mereka seumuran.
Paham sifat Rica yang tak akan berhenti merengek padanya jika keinginnya tak dituruti, ia lalu pergi entah mau kemana meninggalkan Fadli yang notabene teman sebangkunya dan Rica yang duduk di belakangnya.
"Jangan lupa beliin Rica minum Ka!" Teriak Rica seakan tau kepergian Kafka tak lain dan tak bukan membelikannya minum. Rica tau itu, dan sangat yakin karena sekesal-kesalnya Kafka pada Rica belum pernah Kafka menolak keinginnannya.
"Dia kemana Ca?" Fadli yang masih bertahan di tempat duduknya yang berada disebelah bangku Kafka duduk, penasaran melihat kepergian Kafka itu.
"Beli minum buat Rica"
"Serius lo??? Mana mungkin, dia aja gedeg liat lo tadi sambil ngerengek-rengek kek anak kecil" kata Fadli menolak mentah-mentah jawaban Rica sambil masih fokus pada layar ponselnya.
"Dih gapercaya? Liat aja nanti" jawab Rica santai lalu menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.
***
"Dasar nyebelin!!! Kenapa sih lo harus hidup di sekitar gue?!! Kenapa??!!! Udah nyusahin, manja, pokoknya nyebelin deh lo!" Gerutu seorang lelaki yang tengah berjalan sendirian di koridor kelas 10 sambil menendang-nendang apa saja yang ada di hadapannya.
Yappp!!! Lelaki berseragam putih abu-abu itu tak lain adalah Kafka. Ia tengah kesal dengan sifat Rica dan herannya, walaupun dia kesal dengan sifat bawaan Rica itu tetap saja dia mengikuti apa yang diinginkan gadis itu. Benar-benar tidak habis pikir Kafka dengan hati dan otaknya yang masih terussssss patuh dengan perintah atau rengekan tolong dari Rica.
Jadi, sekesal apapun dirinya pada Rica tetap saja ia pasti kalah dan akan selalu menuruti apapun yang Rica inginkan. Seperti sekarang ini yang akan Kafka lakukan yaitu membelikan Rica minum sesuai keinginannya walaupun sebenarnya Kafka malas dan kesal padanya namun entah mengapa, kakinya tetap saja bergerak menuju kantin.
"Tante Kiyem, air mineral dinginnya satu" ucapnya sesaat setelah sampai di depan stan dengan nama 'TANTE KIYEM'
"Oke" kata wanita berusia 30 tahunan yang tak lain adalah tante Kiyem, wanita tersebut lalu mengambilkan pesanannya.
Saat sedang menunggu tante Kiyem mengambilkan pesanannya tiba-tiba seorang perempuan dengan rambut terurai dan wajah malu-malu mendekati Kafka. Kafka yang merasa tak mengenal perempuan itu hanya cuek saat melihatnya datang, mungkin saja perempuan tersebut mau membeli dagangan tante Kiyem.
"Ini minumannya, harganya lima ribu" kata tante Kiyem sambil memberikan air mineral dingin kepada Kafka. Kafka lalu memberikan uang senilai dua puluh ribu kepada tante Kiyem kemudian tante Kiyem menerimanya sambil mengucapkan 'tunggu sebentar' untuk memberikan kembalian padanya.
Sambil menunggu kembalian, Kafka menyempatkan diri untuk melihat-lihat suasana kantin yang lumayan sepi karena sepertinya sebentar lagi bel masuk akan segera berbunyi.
"Tumben kak Kafka sendirian?" Tanya seorang perempuan dengan rambut terurai yang tadi Kafka lihat dan ia pikir akan membeli dagangan tante Kiyem, kini malah berada di hadapannya.
"Eh, maksudnya?" Tanya Kafka balik karena bingung dengan kata 'sendirian'.
"Iya, tumben kak Kafka pergi-pergi sendirian. Biasanya kan bareng..." jedanya seolah ingin memancing Kafka menjawab.
"Rica??" Tanya Kafka mulai paham karena hanya Rica lah yang selalu menempelinya kemana pun ia pergi.
"Iya. Pacar kakak ya?" Seru gadis itu gelisah sambil mencuri curi pandang menatap Kafka
"Bukan" jawab Kafka cuek lalu menerima kembalian dari tante Kiyem dan mengucapkan terima kasih.
"Terus?? Adik kakak? Atau gebetan kak Kafka?" Tanya perempuan itu lagi yang bisa Kafka pastikan adalah adik kelas terlihat dari cara memanggilnya dengan sebutan 'kakak'
"Emang kenapa? Udah deh gausah kepo sama urusan orang, lebih baik lo urus urusan lo sendiri" katanya lalu pergi terlebih dahulu meninggalkan perempuan itu tadi menuju kelasnya.
***
"Nih." Ucap sebuah suara bersamaan dengan datangnya sebotol air mineral di atas meja Rica yang tengah ia gunakan untuk kepalanya tidur sejenak. Rica mendongak untuk melihat si empu yang sudah memberikannya minuman di atas meja lantas tersenyum senang.
"Makasih Kakaaaaaaa..." Girang Rica karena keinginannya dikabulkan. Kafka yang mendengar ucapan terima kasih Rica hanya mengabaikannya, sedangkan Fadli yang sejak tadi yakin bahwa Kafka tak akan menuruti kemauan Rica pun hanya dapat ter-nganga-nganga melihat hal tersebut.
"Serius lo beliin Rica minum Kaf?" Tanya Fadli masih tidak percaya kepada Kafka yang kini mulai sibuk dengan game nya kembali.
"Seperti yang lo liat" jawabnya datar
"Anjirrr. Gila, gila,gila gak habis pikir gue" takjub Fadli. Kafka yang mendengarnya hanya berdecih melihat reaksi Fadli , "gue juga nggak nyangka kenapa bisa gitu Fad"
"Hehe. Gimana, Fadli percaya kan kalau Kafka bakalan lakuin yang Rica mau??" Kata Rica bangga. Yang ditanya hanya mengangguk-anggukan kepala meski masih tak merasa percaya.
"Gausah ke-pede-an deh lo. Ini untuk terakhir kalinya gue mau ikutin rengekan lo, ingat untuk terakhir kalinya!" peringat Kafka kesal sendiri merasa bodoh dengan sikapnya tadi.
"Rica gapercaya"
"Ter.se.rah"
***
Yeyyyy!!! Gimana part dua nya teman2???? Komen dong!!!! Hehe.
Okayyyyy selamat bertemu di part berikutnya, jangan lupa vote , komen dan share ya teman2😁Salam,
Inces___yang lagi dirundung pilu hiks😢

KAMU SEDANG MEMBACA
TETANGGA RICA-RICA
Novela JuvenilIni tentang anak tetangga yang nyebelinnnnnnnn buangettt!!!! Udah manja, cengeng , cerewet, tukang ngadu dan jago membual lagi orangnya. Sumpahh, pengin deh rasanya gue tenggelemim tuh anak ke laut. Udah gitu sukanya nempelin anak tetangga lagi, pok...