My Diana ➳ Niall Horan

119 Days Before.

"Ni, sebenarnya kamu bawa aku kemana sih? Kenapa mesti pakai penutup mata seperti ini?" Keluh Diana. Aku hanya tertawa, "Sebentar lagi kita sampai, sayang"

Setelah 5 menit berjalan, akhirnya aku sampai dipuncak bukit yang memang menjadi tujuanku. Aku pun melepaskan penutup mata yang dipakai Diana.

"W-WOWWW....... Ini sungguh indah, Ni! Kita dimana?" Tanyanya, dengan raut wajah kagum.

"Kita dipuncak bukit. Kupikir, dating direstoran prancis atau mall sudah terlalu mainstream. Jadi, aku membawamu kesini. Aku ingin menyaksikan matahari terbenam bersamamu disini."Ujarku sambil tersenyum. Diana membalas senyumanku, "Bisakah kita kesini sering-sering? Sungguh, pemandangan disini indah. Kita bisa melihat orang-orang yang ada dibawah sana..."

Aku mengangguk cepat, "tentu saja" lalu menyuruhnya duduk diatas rerumputan. Kami duduk berhadapan.

Diana menyenderkan kepalanya kebahuku, "I love you, Ni"

"I love you too, Diana. You have no idea how much i love you--"

Omonganku terpotong oleh bibir Diana yang melumat bibirku. Kami berciuman cukup lama. Sampai akhirnya, kami melepaskannya dengan napas tersengal.

"Lihat itu, Ni!" Ujar Diana bersemangat, sambil menunjuk kearah langit, "Mataharinya sudah mau terbenam!"

Aku mengangguk, "Indah ya?"

Diana tersenyum kagum, "Perfect..."

"Diana..."

Ia menoleh, "Ya, Ni?"

"Disaat-saat seperti ini, aku selalu yakin kalau cinta kita akan abadi. Our love's immortal, Di"

Ia mengangguk, tapi tak lama mengubah raut wajahnya. Ekspresinya tidak bisa kubaca, ia terlihat seperti orang yang habis mengingat sesuatu yang menyedihkan.

"Hey, what's wrong babe?"

Diana menggeleng cepat, "N-nothing.." ia menunjuk lagi kearah penjual cotton candy, "Aku mau itu, Ni"

Aku menggerutu, "Dasar anak kecil. Kau sudah kuliah dan masih memakan makanan seperti itu? Mm, baiklah, tunggu sebentar"

Aku pun bangkit dari tempat dudukku untuk membeli cotton candy yang diminta Diana, lalu kembali duduk disebelahnya, "Ini pesananmu, nona manis"

Ia mengambil cotton candy yang ada ditanganku dan memakannya dengan lahap, "Kau mau?"

"Tentu, kalau disuapi"

Ia tertawa, "Baiklah, tuan lapar"

Kami pun menghabiskan hari ini dengan melihat matahari terbenam sambil memakan cotton candy.

Bahagia itu sederhana, ya?

***