1. Standing Applause

1.7K 324 197
                                    

Part 1 - Standing Applause

Sambutan meriah—berupa standing applause serempak disanjungkan oleh para tamu hadirin, menggema di gedung aula megah nan mewah bernuansa putih keemasan.

Berbagai sorakan, tepuk tangan dan bentuk apresiasi lainnya dilambungkan tamu hadirin begitu meriah, pasalnya pada malam ini adalah hari yang sangat istimewa, tepatnya untuk Perusahaan Uni-Asia yang akhirnya kembali bangkit dan mulai menguasai pasar perdagangan di Asia, berkat di bawah pimpinan baru, Darren Zen Kenzo.

Sebelum Uni-Asia di bawah kendali Darren Zen, yaitu pada saat di tangan Hamish Adam, Uni-Asia mengalami kemerosotan tajam, hal ini disebabkan kurang ketatnya dalam pengawasan perusahaan, sehingga banyak terjadi korupsi besar-besaran yang dilakukan oleh para managernya, tak tanggung-tangung korupsi ini mencapai 2 triliun. Korupsi telah menjangkit selama dua tahun lamanya.

Kini Uni-Asia merangkak maju pesat berkat seorang Darren Zen, yang merupakan anak tunggal dari seorang pengusaha kaya raya yang kini memimpin perusahaan besar di Hong Kong. Kecerdikan Darren ini menurun dari sang ayah. Walau pada awalnya, kemampuan Darren sempat diragukan. Namun ia dapat membuktikan pada malam hari ini, ia naik ke atas panggung dengan senyum semringah, menyapa semua yang hadir pada malam ini.

Yeah, malam ini menjadi milikmu Darren!

"Selamat malam para tamu hadirin. Terimakasih atas sambutan yang begitu meriah, serta partisipasinya untuk menghadiri acara pada malam yang amat istimewa. Suatu kehormatan besar untuk saya dapat berdiri di podium luar biasa ini. Terimakasih untuk Tuhan yang selalu memberkati saya, terimakasih juga untuk karyawan, staf, manager, atas kerja samanya yang sangat baik dan Pak Gerald yang telah memberi kepercayaannya kepada saya..."

Gemuruh tepuk tangan pun bersorak kembali, kali ini lebih meriah lagi, kebangkitan Uni-Asia sepertinya  begitu dinantikan, setelah sekian lama bangun usai dari tidur panjangnya. Hasil yang dicapai pun sangat fantastis, bahkan melebihi yang ditargetkan sebelumnya.

"Astaga... Proud of you Darren."  Seorang wanita paruh baya memandang dengan tatapan tidak percaya, sudut bibirnya mengembang sempurna, ia benar-benar tidak percaya kalau pria yang berada di podium itu merupakan menantunya. Perasaan bahagia sekaligus bangga menyelimutinya, ia merasa sebagai seorang ibu tidak salah menikahkan putrinya dengan pemuda itu. Sosok Darren dimatanya tidak bisa terjabarkan lewat kata-kata.

Kedua matanya berkaca-kaca, sudah tak mampu lagi menahan bendungan yang mencoba menerobosnya paksa. "Dia begitu membanggakan." Ucapnya haru sambil menyeka linangan air mata dipipinya.

"Ya, Tuhan... Gwen lihat suamimu itu, kamu sangat beruntung memilikinya, tak hanya tampan, dan kaya raya, kecerdasannya pun tak perlu diragukan lagi. Aku sangat takjub," tutur wanita berusia kepala tiga yang merupakan tante dari istri Darren Zen. Kedua tangannya tergerak kembali mengikuti para tamu untuk bertepuk tangan.

Berbeda dari Ibu dan Tantenya yang begitu memuji dan amat takjub, istri dari Darren menatapnya datar seolah tak ada hal yang harus diapresiasikan ataupun dibanggakan. Not at all.

"Biasa saja, kalian terlalu berlebihan," timpalnya datar tak berdosa, ia duduk di tengah-tengah Tante dan Ibunya. Entah mengapa, Gwen begitu muak mendengar setiap pujian yang mereka lontarkan untuk Darren. Apalagi ketika mereka bilang kalau dirinya sangat beruntung menikah dengan seorang Darren Zen. Apa beruntung? Cih... Bahkan rasa-rasanya 'keberuntungan' ini lebih pantas disebut kutukan.

Ibu dan Tantenya serentak menoleh menatap Gwen, wajah berseri mereka seketika lenyap, jawaban dari Gwen cukup membuat mereka terperangah, "Gwen, apa maksud kamu?" tanya ibunya serius.

GWEN-LIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang