2. You Know Me Damn Well

1K 268 166
                                    

Part 2 - You Know Me Damn Well

Darren sibuk mempersiapkan perlengkapan untuk kegiatan rapat di kantor nanti siang berupa laptop dan data-data penting lainnya, tak lupa juga ia mengambil secarik berkas kantor di atas meja, lalu memasukkannya kedalam map biru.

"Kelihatannya kamu sibuk sekali."

Terdengar sesosok wanita berperawakan tinggi berjalan memasuki kamarnya. Wanita itu tengah menilik kuku jemarinya yang dipoles apik warna merah gelap mengkilap, sehingga memberi kesan catchy namun misterius.

Darren menoleh sejenak diikuti dahi yang sedikit mengerut. "Sejak kapan kamu disini?" tegasnya kembali memilin berkas yang ingin dibawanya ke kantor.

"Sejak kau? Hm, mempermainkanku semalam."

Darren mengernyit, tidak mengerti apa yang dimaksud wanita itu. Merasa seluruh perlengkapan meeting-nya sudah lengkap, kemudian Darren melangkah untuk mendekat. Sejujurnya ia sedang tidak berselera menghadapi wanita semacam itu, namun Darren bukanlah tipikal orang yang suka berbasa-basi, ia lebih suka to-the-point, dan mempercepat penyelesaian permasalahan.

"Tidak ada yang penting, kan? Kalau begitu aku harus ke kantor sekarang." Darren mendekatkan wajahnya sedikit mengikis jarak, melempar tatapan tajam penuh intimidasi, lalu dengan sigap ia meraih dokumen dan bergegas meninggalkan kamarnya.

Namun wanita itu bergerak lebih cepat menarik ujung jas belakang milik Darren hingga langkah kakinya terhenti. "Urusan kita belum selesai." Dansepertinya takkan pernah selesai.

Darren berdecak gemas. "Gwen, aku sudah terlambat." Ia menarik ujung jas nya agresif, membuat tubuh Gwen sedikit kehilangan keseimbangan namun beruntung tidak sampai terjatuh.

Ya, sosok wanita itu adalah Gwen-Lin, istri sah—nya diatas kertas.

Gwen bersidekap tersenyum mengejek. "Oh, ternyata bos itu takut sama yang namanya 'terlambat' ya? Takut dihukum pegawai atau hmm, takut dipecat pegawai? Bos penakut."

Darren terdiam sejenak, seperti berpikir. Wanita itu sedang bermain-main rupanya. Tak lama Darren berbalik badan, melempar asal berkas-berkasnya ke kasur. Disini cukup menjelaskan, kalau ia tidak suka dipermainkan.

"Kata siapa? Saya boss. Saya bisa cuti kapanpun semau saya." balas Darren tak kalah menantang, menghempas jas hitamnya kasar. Gwen cukup terkejut melihat aksi Darren ini, skakmat!

Benar-benar diluar ekspetasi.

Darren menyahut kembali, "kenapa diam saja? Jelaskan apa maumu? Apa tujuanmu masuk ke kamarku?Mengapa membuat pagi saya terasa buruk?" Darren memborbardir Gwen dengan berbagai pertanyaan yang menyebalkan.

Gwen melengos bosan. "Seharusnya saya yang bertanya pada anda, bukan sebaliknya," tandasnya membelakangi tubuh Darren.

"Aku nggak ngerti apa maksud kamu, bisakah kamu keluar dari kamar saya sekarang?" pinta Darren tanpa basa basi meminta Gwen untuk segera meninggalkannya sendirian, kehadiran Gwen hanya membuat otaknya semakin mendidih.

"Sejujurnya kedua kaki ku terasa gatal, tidak tahan berlama-lama menapaki kamar ini asal kamu tahu itu, tapi aku butuh penjelasan." Gwen memutar badan, mendapati mata tajam Darren sedang menghunusnya dalam-dalam.

"Penjelasan apa?"

"Tidak perlu berpura-pura bodoh, aku tahu kamu mengerti apa yang kumaksud!"

Sekali lagi, Darren mengkerutkan dahinya, otaknya diputar paksa mencari apa yang dimaksud Gwen, namun percuma saja, memangnya dikira Darren spesialis peramal, yang dapat membaca sekujur pikirannya. Atau mungkin—ia harus bedah dulu apa isi dari otak wanita itu?

GWEN-LIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang