"Dia menyetujuinya? Begitu saja?"
Laki-laki itu meletakkan gelas air minumnya agak terlampau keras diatas pantri dapur apartemen yang dia tinggali sendiri.
"..."
"Iya. Tapi aku tidak bisa melakukannya secepat kilat, butuh waktu untuk menyelesaikan tanggung jawabku disini."
Suara berisik di saluran seberang sana membuat senyumnya terkembang, walaupun tidak memungkiri bahwa dia harus menjauhkan ponsel itu dari telinganya ketika seseorang memekik kesal disana.
"Bukan cuma kau yang merindukanku, aku juga ingin pulang."
"..."
"Tidurlah. Jangan bermimpi yang aneh-aneh, aku perlu tidur nyenyak malam ini."
Dia mengatakannnya hanya untuk bercanda, tidak mengeluh atau keberatan akan hal apapun.
Tapi ketika lawan bicaranya mengucapkan maaf, rasanya dia sudah melakukan hal yang salah.
"Hey, hey. Tidak," katanya cepat, "aku tidak keberatan harus melihat itu semua dalam benakku. Hanya saja, aku penasaran apakah itu mengganggumu atau tidak."
Jari-jarinya yang panjang bergerak menggambar pola asbtrak di atas lingkar gelasnya, berusaha menjaga pikirannya selagi ponselnya masih tersambung.
"Aku mengkhawatirkan adikku."
"..."
Tidak ada sautan yang berarti dari seberang sana.
"..."
"Tidur nyenyak, Haechan. Aku menyayangimu."
Getar pada ponsel yang menandakan salurannya telah terputus membuat laki-laki itu menghela nafas panjang. Tangannya telah melepaskan genggaman pada ponsel dan menjauhkannya yang satunya dari gelas, lalu mengusak wajah serta rambut coklatnya.
Pikirannya melayang.
Setiap kali adiknya membawa topik pembicaraan tentang kepulangan atau kunjungan, ada rasa tidak nyaman yang membebani dirinya.
Dia telah pergi selama lebih dari tujuh tahun, meninggalkan tanggung jawabnya sebagai seorang kakak dan salah satu keturunan murni pack. Kembali rasanya tidak semudah itu untuk dilakukan, Alpha dan Lord Alpha telah menyatakan dukungan dan tidak menuntut apapun darinya. Tapi Lee Jeno merasa harus sadar diri.
Tak ada satu orang-pun yang tau pasti apa penyebab dia mengambil keputusan ini kecuali adik, Lord Alpha yang masihlah seorang Alpha dulu sebelum posisinya itu digantikan oleh yang lain.
Dan tentu saja Lupa.
Bahkan Alpha yang saat ini memimpin juga tidak tau menahu, apalagi anggota lain dalam pack.
Ada begitu banyak pertanyaan yang mengiringi keinginannya untuk singgah barang sebentar disana, membuat nyalinya ciut lalu hilang entah kemana.
Adiknya telah membuat skenario terbaik untuk mengecoh cerita asli terkait kepergiannya, tapi itu dulu, saat mayoritas anggota recruiter masihlah serigala muda. Sekarang, setelah tujuh tahun berlalu, mereka jelas telah menjadi werewolf dewasa yang peka akan hal-hal remeh sekalipun.
Telepati cacat yang diderita adiknya itu jelas membawa keuntungan bagi mereka, tapi itu malah tidak menutup kemungkinan ada pihak lain yang akan meragukannya juga.
Jeno tak ada dalam ritual pengangkatan sumpah setia, membuat janjinya belum ter-ikrar secara resmi dihadapan Alpha. Dia tidak akan menyalahkan para anggota yang akan menyebutnya Rogue dalam kasus ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alea Jacta Est
FanfictionSiblings! NoHyuck! Just because your fam's is Alpha, Doesn't make you the Alpha.. Jeno memilih untuk percaya pada adiknya, percaya bahwa meninggalkan takdir dan tanah kelahirannya adalah keputusan terbaik untuk dilakukan. Benarkah? Haechan tau dia...