“Aku ingat seseorang pernah mengatakan bahwa ucapan para rogue liar hanyalah sampah,” tukas Haechan jengkel. “Lihat sekarang betapa omong kosong itu menenggelamkanmu.”
“Aku juga ingat bahwa kau bukan orang bodoh, Haechan.” Mark menggertakkan giginya, “kau cukup mengerti apa yang diucapkan Billy Lee bukan sekedar omong kosong.”
Malam sudah terlalu larut dan keduanya masih bertahan di dalam Atrium. Atau lebih tepatnya Haechan berusaha memenuhi kewajibannya sebagai seorang Beta, mendampingi Alpha-nya yang bisa dibilang dilanda kegelisahan tak berdasar tentang kedudukannya.
Jaemin dan Lucas telah menjamin keamanan para penduduk desa dan seluruh anggota pack termasuk para probatio, dan Haechan hanya memberikan perintah lanjutan seadanya karena Mark sama sekali tidak punya niatan untuk merespon kabar itu beberapa jam yang lalu.
Dia turut menggertakkan giginya meskipun tanpa suara, lelah dan nyaris tersulut emosi untuk menghadapi sang Alpha.
“Jadi,” katanya lagi, kali ini berusaha terdengar penuh simpati. “Apa yang sebenarnya mengganggumu? Perihal Luna-mu? Atau ucapan angin lalu rogue itu?”
Mark mulai meliukkan jari-jarinya di atas meja kayu yang kokoh dan mengkilat, berulang kali membuat bentuk samar pemandangan wilayah mereka jika dilihat dari garis pantai.
“Semua,” gumamnya. “Aku ingin tahu semua hal yang keluar dari mulutnya dan apa saja yang kulihat malam ini.”
Haechan menahan dengusan dengan susah payah. Dia mungkin akan mulai benar-benar mengerti tingkat kekhawatiran Mark, tapi rasanya itu terlalu jauh dan sulit untuknya benar-benar berjalan di arah yang sama.
“Mana yang lebih mengganggumu?”
Jangan menelan mentah-mentah bahwa Haechan hanya menempatkan diri dalam garis aman, bermanis-manis dalam tingkah lakunya dan mencibir penuh dendam di belakang punggung sang Alpha berkat keterampilannya untuk memutus telepati secara sepihak. Satu kalipun, dia tidak pernah terbesit pikiran macam itu.
Satu-satunya yang tidak pernah dia mengerti adalah perihal kebencian Mark terhadap kakaknya sendiri. Dan tanpa perlu diberi kisikan lebih jauh, Haechan tahu kemana arah puncak kekhawatiran Mark malam ini.
“Kau tidak akan berpura-pura menganggap tindakannya sangat lumrah dan wajar bukan?” tanya Mark padanya seolah membenarkan dugaannya. “Melumpuhkan seorang rogue liar berusia nyaris seratus tahun tanpa menyentuhnya jelas bukan hal lumrah yang bisa dilakukan werewolf mana saja.”
Haechan menelan ludahnya sendiri dengan gusar. “Ya,” jawabnya. “Itu bukan sesuatu yang wajar, dan aku sama terkejutnya denganmu. Tapi bagaimana jika—”
“Sudahkah kau memikirkan bagaimana dia melakukannya?”
Tidak ada apapun yang berusaha Haechan keluarkan dari mulutnya untuk memberikan jawaban, tiba-tiba saja merasa gugup untuk sekedar membalas tatapan Mark yang kini memandangnya penuh tekanan. Wajah laki-laki itu yang tampan tampak samar-samar di bawah cahaya atrium yang remang-remang, hanya memberikan sedikit pandangan sekilas bahwa dahinya berkerut makin tajam dalam usahanya berdiskusi dengan sang Beta.
“Benarkah itu kemampuan yang wajar untuk dilakukan seorang Lord Alpha sekalipun?”
Haechan bimbang sejenak. Berkata jujur akan membuat Mark semakin terbakar rasa khawatir dan curiga, bahkan dia sendiri enggan menyampaikan betapa buruk perasaanya untuk mengakui hal itu.
“Mungkin memang jauh di luar kemampuan kita untuk tahu, tapi coba pikirkan dengan segala sesuatu yang bisa dijadikan alasan.”
Mark tidak bereaksi tapi Haechan tahu dia mendengarkan, “Lord Alpha mungkin memilih untuk bertahan di tubuh itu selama bertahun-tahun, tapi secara kasar dia bisa dibilang sepadan dengan Billy Lee. Pada tahap mereka, kita tahu kemampuan kita sama sekali tidak bisa dibandingkan…”
KAMU SEDANG MEMBACA
Alea Jacta Est
FanfictionSiblings! NoHyuck! Just because your fam's is Alpha, Doesn't make you the Alpha.. Jeno memilih untuk percaya pada adiknya, percaya bahwa meninggalkan takdir dan tanah kelahirannya adalah keputusan terbaik untuk dilakukan. Benarkah? Haechan tau dia...