Part 5

464 23 1
                                    

Tersenyumlah! Tunjukan pada mereka bahwa kamu itu kuat :)



💞💞💞

Satu bulan telah berlalu di mana perihal Bagas dan Clara sah bercerai. Semuanya kembali seperti semula. Bagas yang terlihat sibuk dengan pekerjaan, dan Sekar dengan aktivitas barunya.

Selama satu bulan ini, ke pribadian sekar berubah. Dulu Sekar yang orang orang kenal adalah Sekar yang periang Sekar yang cenderung tersenyum manis di saat mereka menegurnya. Akan tetapi saat ini Sekar yang mereka kenal lebih cenderung sendiri dan menutup diri.

Sekarang di dalam kamar yang bernuansa biru gelap dan hitam pekat terdapat gadis kecil yang membaringkan tubuhnya. Setiap hari inilah kerjaan gadis itu, tidur dan menyendiri di dalam kamarnya itu. Kamar adalah satu satunya tempat yang menurutnya bagus untuk melampiaskan semua kesedihan dan kelelahannya.

Dan selama 1 bulan ini, dia juga selalu menunggu hal yang tidak pasti. Menunggu akan ke datangan ibunya untuk menepati janji. Bahkan setiap jam dan menit dia selalu memeriksa pintu utama, apakah yang dia tunggu telah datang? Tapi hasilnya Nihil! Tidak ada tanda tanda bahwa ibunya akan datang.

Sehingga pernah satu kali dia nekat mencari ibunya di rumah kakeknya yang tidak cukuo jauh dari rumahnya. Dia bertanya ke sana kemari di mana ibunya berada, tapi nihil tidak ada yang nengetahui di mana Clara berada. Bahkan rumah yang di tempati Kakeknya terlihat sangat tidak terurus. Setelah kejadian itu, dia tidak mempercayai ibunya lagi. Dia kecewa terhadap ibunya yang tidak menepati janji.

5 menit dia menerawang akan ke jadian itu, suara di balik pintu kamarnya membuyarkan lamungannya. Tanpa di persilahkan Bagas memasuki kamar Sekar. Membuka perlahan pintu kamar yang tidak terkunci.

Bagas membawa nampan yang berisi nasi goreng dan susu putih untuk Sekar. Walaupun dia sibuk, Bagas akan menyempatkan untuk merawat Sekar. Walaupun Sekar sering cuek terhadapnya.

Bagas menyimpan nampan itu di atas nakas tempat tidur Sekar. Lalu melangkahkan kakinya menuju jendela yang terdapat Sekar di sana.

Mengelus puncak kepala Sekar dengan sayang, kelakuan yang membuat hati Sekar menghayat. Bohong jika dia tidak rindu dekapan ayahnya, bohong jika dia tidak rindu akan canda tawa ayahnya. Ingin rasanya dia memeluk ayahnya sekarang, tapi lagi lagi gengsi meliputi dirinya.

"Sekar makan dulu ya, ayah bawakan nasi goreng ke sukaan Sekar dan satu gelas susu putih" Ucap Bagas sambil terus mengelus puncak kepala Sekar.

Sekar menyingkirkan tangan kekar ayahnya dan bangkit dari duduknya." Sekar nggak lapar, sekar mau sendiri!" Sekar menatap ayahnya penuh ke bencian, tapi jauh dari lubuk hatinya dia sangat menyayangi ayahnya.

"Tapi makanannya di maka ya sayang, ayah udah susah payah loh buatin Sekar sarapan"Ucap Bagas sebisa mungkin untuk bersabar mengahadapi Sekar yang bersikap dinging.

Sekar menaiki Kasurnya dan kembali tidur tanpa memperdulikan perkataan ayahnya. Bagas mengikuti Sekar dari belakang. Dan mengecup kembali puncak kepala Sekar yang terbaluti oleh selimuti. Di dalam sana tidak terasa air mata itu kembali lolos. Kesal, Rindu, Kecewa bercampur aduk dalam benak Sekar. Segitu hancurnyaka dia hanya berpisah dengan ibunya? Begitulah gadis ini.

                                💖💖💖

Lain dengan wanita paruh baya yang sedang mengemas pakaiannya masuk ke dalam koper. Wanita paruh baya yang begitu lelah akan semua yang melimpahnya. Tapi, demi menepati janji kepada sang buah hati tercintanya dia rela meninggalkan kampung halamannya.

"Kak, apa kamu yakin mau pergi dari sini" Tanya Nisa

Clara berhenti memasukkan pakaian dan langsung menatap Nisa adiknya. Clara  tersenyum tulus, yang bersirat penuh keyakinan . " Aku yakin, Nisa " sambil kembali membereskan pakaiannya. Nisa yang mendengar perkataan kakaknya itu hanya bisa menghela nafas panjang.

setelah membereskan pakaiannya yang di bantu dengan adiknya. Clara dan Nisa bergegas menuju dapur untuk mempersiapkan makan malam bersama. Keagiataan yang di lakukan dengan damai tanpa suara sedikit pun. Clara yang larut dalam pikirannya sendiri tanpa sadar hampir mengiris jari  tangannya.

"Kamu apaan sih! Fokus kak, fokus. kamu hampir mengiris tangan kamu sendiri" Bentak Nisa, yang lelah melihat kakaknya tampak tak bersemangat.

"Kamu yang apaan, aku baik baik saja kok. Kamu aja yang lebay" Ketus Clara

"Cihhh!!! Sok tegar luh kak" Nisa kesal terhadap kakaknya yang menurutnya sok tegar itu. Clara yang  mendengar hinaan adiknya hanya bisa diam. Karena yang a makanan yang telah dia masak bersama. Setelah itu Nisa memanggail suami dan ayahnya untuk makan bersama. Clara yang hanya duduk diam di meja makan menatap masakannya tanpa nafsuh.

Teringat akan janjinya kepada  sang buah hati bahwa dia akan kembali untuk menjemputnya. Tapi dia malah meninggalkan janjinya itu. Bohong jika dia tidak merindukan bidadari kecilnya itu. Ingin sekali dia menghampiri buah hatinya. Memeluk erat melampiaskan semua hasrat ke rinduannya. Tapi apalah dayanya, bahkan melihat saja pun dia tidak bisa. 

Clara yang hanya asik dengan dunianya sendiri dia tidak menyadari akaan kehadiran keluarganya. Mereka memperhatikan Clara yang nampak sedikit lagi akan meneteskan air matanya. Nisa yang mulai menyadari itu langsung mendekap Clara sambil menenangkannya.

"Udahlah kak. Kalau kakak belum siap pergi, nggak usah pergi. Atau kalau kakak  mau kita ke tempat Sekar untuk menjenguknya" Bujuk Nisa sambil memeluk kakaknya itu.

"Tidak Nis, aku tidak akan ke tempat di mana aku merasa sebagai pecundang. Aku telah lari dari kenyataan Nis." Clara menyalurkan semua ke sedihannya di pundak sang adik.

"jangan ingin terlihat rapuh. Tunjukan pada mereka semua bahwa kamu tidak serapuh yang mereka pikirkan." Ucap pria yang selama ini selalu membangkitkan semangat Clara.

Clara melepaskan pelukan Nisa lalu menatap pria yang yang tua 3 tahun dari dirinya"buktinya aku rapuh kak."

Rahim  tersenyum menanggapi perkataan adiknya"kamu rapuh karena, kamu yang menginginkannya. Coba kamu bangkit, dan melangkah ke depan. Jangan tetap berada di tempat yang sama, jika nyatanya hal itu sudah lama pergi."ucap Rahim dengan lembut, sehingga Clara yang mendengarkannya tunduk memikir perkataan kakaknya.

"sudah, sebaiknya kita mulai makan. Tidak baik jika kita berunding di depan makanan" Ucap Nisa lembut.

Setelah itu mereka menikmati makanan di dalam keheningan. Hanya suara sendok dan piring yang bersuara.

Hy... para pembaca setia Senja Yang Hilang apa kabar? Aku harap kalian baik-baik aja yah:) Eh.... bagaimana dengan puasanya guys? lancar nggak? Pasti lancar kan,hehehe.

Maaf  aku baru muncul lagi, soalnya yah cerita ini pernah terhapus. Hingga membuat aku kehilangan semua cerita ini. Tapi tenang aku akan berusaha melanjutkan cerita ini lagi. Tunggu aja part selanjut :)

Senja Yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang