"Jangan takut sendiri karena Allah akan selalu bersamamu"
Mentari menyambut Sekar dengan sinarnya yang hangat. Sekali-kali Sekar menguap untuk menghilangkan rasa kantuknya. Hari ini Sekar ingin memulai hari yang baru. Kata-kata yang di lontarkan oleh Aditya kemarin membuat Sekar tidak bisa tidur semalaman, hingga akhirnya aksi konyol yang Sekar buat mampu membuatnya menyelam ke dunia mimpi.
Dengan perasaan yang belum sepenuhnya baik dia berjalan ke arah kamar mandi untuk melakukan ritual yang setiap pagi dia lakukan. Setelah melakukan ritualnya, Sekar menuju ruang makan yang ternyata sudah ada ayahnya dengan memakai celemek memasak. Sekar tersentuh dengan perhatian ayahnya, walaupun Sekar berapa kali tidak menghiraukannya. Tapi, kasih sayang seorang ayah tidak akan pernah hilang meskipun anaknya tidak menghiraukan keberadaannya.
Sekar melangkah penuh dengan keyakinan dan jangan lupa senyumnya yang merekah menampilkan lesung pipit yang indah.
"Waaahhhh. kelihatannya masakan ayah enak nih." Ucap Sekar riang.
Dengan kedatangan Sekar yang tiba-tiba membuat sang ayah kaget. Tidak menyangka bahwa putri semata wayangnya berdiri tepat di sampingnya. Dengan lekat sang ayah menatap anaknya penuh dengan kasih sayang.
"Ini Sekar? Anak ayah?" Tanya Herman-ayah Sekar dengan nada yang tidak percaya.
Dengan senyum yang tulus Sekar menganggung dengan antusias. "Iya ayah ini Sekar, anak ayah," Ucap Sekar semangat.
Bagas menarik Sekar lalu mendekapnya dengan erat. Sungguh dia sangat merindukan buah hatinya. Sekar tersenyum mendapatkan dekapan ayahnya kembali. Begitupun Sekar yang merindukan ayahnya.
Merasa cukup telah memeluk ayahnya, Sekar melepaskan pelukan ayahnya dengan lembut. Herman menatap Sekar dalam dan tidak lupa senyum yang selalu terpatri di bibir keduanya. Herman sangat bersyukur dengan perubahan Sekar dan berharap semoga senyum Sekar akan selalu terpatri.
Sekar menunduk dan menggenggam tangan ayahnya, " Ayah, Sekar mau memulai hidup baru dengan ayah. Dan Sekar juga mau minta maaf atas semua sikap Sekar kepada Ayah. Maaf, Sekar terlalu egois," Ucap Sekar dengan nada menyesal, dan butiran bening itu lagi-lagi membasahi pipi Sekar.
Herman menangkup wajah putrinya, menyapu lembut air mata yang menjatuhi pipi tirus Sekar. "Sekar, tidak salah apa-apa. Jadi jangan mengatakan maaf kepada ayah. Karena yang bersalah di sini adalah ayah." Ucap Herman dengan lembut.
"Sekar, sayang ayah!" Sekar kembali memeluk ayahnya begitu erat, seakan-akan mereka baru bertemu setelah beberapa abad.
"Nangisnya sudah yah, mending Sekar segera sarapan. Ayah buatkan nasi goreng kesukaan Sekar." Ajak Herman dengan menuntun Sekar duduk di meja yang telah tersedia banyak makanan.
" Makasih ayah," Ucap Sekar tulus yang di angguki oleh ayahnya.
***
Setalah melaksanakan sarapan pagi Sekar segera bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Begitupun dengan Herman yang sedang bersiap-siap untuk berangkat ke kantornya.
Sekar, menuruni tangga dengan bernyanyi riang. Seakan semuanya yang pernah dia lewati sudah pergi. Bukankah itu yang terbaik? Tidak terlalu terpuruk dalam kesedihan, dan sekarang Sekar akan kembali bangkit.
"Ayah aku mau berangkat sekolah bareng ayah, bisa kan yah?" Tanya Sekar saat melihat keberadaan ayahnya di ruang tamu.
"Yah, tentu sayang. Mulai sekarang, ayah akan mengantar tuan putriku ke sekolah." Ucap Herman dengan senyum yang tulus kepada Sekar.
"Yah udah, ayo berangkat. Sekar takut terlambat lagi." Sekar berjalan mendahului ayahnya dengan semangat.
Langkah Sekar berhenti saat melihat sosok yang tak asing di matanya. Postur tubuh yang lebih tinggi darinya dan memakai seragam yang sama dengan seragam yang dia pakai sekarang. Walaupun mereka hanya bertemu dua kali, tapi Sekar tidak salah bahwa yang sekarang ada di depan rumahnya adalah sosok yang selalu memenuhi pikirannya.
"Adit?" Panggil Sekar pelan saat dia sudah berada di belakang Adit.
"Assalamualaikum, Kar."
"Wa'alaikumussalam, eh kamu Adit kan? Ngapain di depan rumah orang pagi-pagi?" Tanya Sekar.
Melihat wajah Sekar yang kebingunan membuat Adit terkekeh geli. "Itu, eh iya aku mau numpang sama mobil papa kamu. Ayah aku nggak nungguin aku." Ucap Adit sedikit ragu.
Sekar yang ingin menjawab didahului dengan suara bas ayahnya. "Eh, Nak adit kan?" Tanya Ayah Sekar dengan senyum yang merekah ke arah Adit.
Adit menyalami Ayah Sekar. "Iya om," Ucap Adit sopan.
"Nak Adit mau ikut dengan kami? Mumpung mobil om kosong." Ajak Ayah Sekar.
" Makasih om. Maksud kedatangan Adit memang itu, hehehe." Ucap Adit di akhiri dengan kekehan kecil.
" Yah udah kita berangkat sekarang," Ajak Herman- Ayah Sekar.
Adit yang melihat Sekar masih berdiri mematung dengan sengaja Adit menjitak kepala Sekar dengan keras. Sehingga membuat sang empunya meringis kesakitan.
"Ish, Apaan sih. Sok akrab banget. " Judes Sekar dan berlalu dari hadapan Adit yang terkekeh geli.
"Tungguin aku gadis kecil yang cengeng," Adit berlari kecil menyusul Sekar.
Sesampai di atas mobil mereka di sambut dengan senyum tulus dari Herman. Tapi, tetap saja raut muka Zakiyah masam.
Dalam mobil tidak henti-hentinya Herman melemparkan lolucon yang menambah kesan humoris di antara mereka. Sekar dan Adit yang menjadi pendengar hanya menimpali kekehan saja. Dengan sekali kali Adit ikut menimpali jika mendengar cerita Herman tentang Sekar.
Setelah cukup 25 menit di perjalanan, mobil ayah Sekar berhenti di depan pagar yang bertulisan Sd Negeri harapan 1 Makassar.
Dengan semangat baru Sekar kembali beraktivitas seperti biasanya. Sekar berniat untuk mengikhlasnya apapun yang terjadi pada kehidupannya. Dia yakin bahwa di balik semua ini akan ada hikmahnya.
****
Ok guys. Senja yang hilang kembali lagi. Jangan pernah bosan untuk menunggu yah guys😆 karena orang yang sabar pasti di Sayang Allah❤
Owh iya, maaf yah untuk para aoutdor Senja yang hilang. Part yang pernah sudah aku ketik tiba-tiba kehapus. Jadi yah, harus kembali berpikir kelanjutannya gimana. Tapi, tenang guys😊 Insya Allah aku akan publik cerita Senja yang hilang Tiap hari. Jika, Para aoutdor tidak lupa meninggalkan jejak pada cerita ini.
Ok, tunggu part selanjutnya yah guys❤
I lv you pull untuk kalian yang menjadi pembaca setia❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Yang Hilang
RandomCerita tentang anak kecil yang berumur 6 tahun, telah mengalami hidup yang pahit. Anak balita yang hanya ingin melihat keluarganya kembali utuh. Anak balita yang harus kehilangan kasih sayang di saat umurnya masih membutuhkan sosok orang tua. Takdir...