Part 7

446 21 1
                                    

Tatap ke depan, ada masa depan yang sedang menunggu kita. Jangan menetap di tempat yang sama, padahal waktu sudah lama beranjak.

😊😊😊

Aditya Saputra Nugraha

***

Sang fajar yang tadinya begitu malu untuk menampakkan cahayanya, kini telah bersinar terang menyinari wajah gadis kecil yang sedang terlihat sembab. Sudah berapa jam dia berada di tempat yang begitu jauh dari kata ramai. Mencari kedamaian di mana dia akan mendapatkan itu. Setelah dia mendapatkan tempat yang dia inginkan rasanya tidak ingin beranjak dari tempat yang sedang dia pijaki.

Tidak ada yang dia lakukan di tempat yang begitu damai dan sejuk ini, selain menjatuhkan air matanya.

Kecewa, sedih, marah, telah berkecamuk di dalam hati gadis tersebut. Ingin rasanya dia meninggal dunia ini agar tidak ada lagi rasa sakit yang meliputinya. Tapi, apalah dayanya dia tidak sanggup melakukan hal itu. Masih banyak pikiran yang menghantuinya di saat dia ingin berbuat seperti itu.

Karena terlalu hanyut dalam lamunannya, dia tidak menyadari ada pria kecil yang sedang mengamati dirinya sedari tadi.

Pria kecil itu memberanikan diri untuk mengampiri gadis kecil yang menunduk seraya menghapus butiran bening yang terus berjatuhan. Pertama dia duduk, lalu menatap gadis kecil itu dengan dahi yang berkerut.

Dengan pelan dia menepuk pundak gadis kecil itu, lalu memberikan senyuman manisnya. Sedangkan gadis kecil itu hanya menampakkan wajah datarnya saja.

"Kamu kenapa?"tanya pria kecil itu, dengan senyuman yang tidak pernah luntur.

Sekar menunduk, tidak ingin memperlihatkan ke rapuhannya ke orang lain.

"Dari tadi aku perhatiin kamu, kamu ada masalah? Kalau iya, cerita aja ke aku,"tawarnya.

"Kamu siapa?"tanya Sekar dengan wajah yang tidak suka.

Lagi-lagi pria yang ada di samping Sekar tersenyum membuatnya begitu jengah.

Dasar sok manis, batin Sekar

"Aku Aditya Saputra Nugraha. Panggil aja Adit," ucap Adit memperkenalkan diri.

Sekar hanya mengangguk, bertanda dia mengerti. Adit yang merasa dicuekin, hanya bisa menarik nafas panjang.

"Kamu kenapa?"Adit kembali bertanya dengan lembut.

"Apa harus aku bercerita ke orang lain setiap masalah yang melimpahku sekarang? Ku rasa tidak, karena mereka hanya bisa diam tanpa tahu apa yang aku rasakan,"ujar Sekar dengan tatapan kosong ke depan.

"Setidaknya itu akan membuatmu lebih tenang, jika kamu membagi sedikit masalahmu ke orang lain."

"Ada Allah tempatku untuk mengadu,"ucap Sekar, seraya bangkit dari tempat yang dia duduki.

Niatnya untuk meninggalkan tempat itu malah dia urungkan ketika sebuah tangan yang lembut menyentuh pergelangan tangannya.

Sekar menatap tidak suka ke arah Adit yang lancang menyentuh tangannya. Dengan kasar Sekar menghampaskan tangan Adit.

"Jangan ikuti aku! "Titah Sekar, lalu pergi meninggalkan Adit yang masih bergeming di tempatnya.

Senja Yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang