Hujan deras, mengguyur jalanan kering, menghambat beberapa aktivitas para pejalan kaki. Jika orang lain akan berdecak malas saat hujan maka berbeda dengan pemuda di depan halte fakultas seni yang malah tersenyum penuh binar.
Kim Yugyeom, tersenyum penuh minat memandangi hujan di hadapanya, jari lentiknya terulur untuk menyentuh air uapan awan tersebut, sensasi dingin menusuk kulitnya, tapi ia suka sensasi itu. "Berhenti bermain-main ayo pulang," Sosok itu, menarik tangan yugyeom, menggenggamnya erat.
Apa yang lebih indah dari, hujan di sore hari, sepayung berdua dengan orang yang kau cintai, dan genggaman hangat dari sosok terkasih?.
Yugyeom tersenyum manis, bolehkah ia berharap jika lelaki yang sedang memayunginya juga memiliki perasaan yang sama sepertinya?.
15 tahun bersahabat dengan lelaki itu membuat yugyeom jatuh cinta pada sosok itu, lelaki dingin dan tertutup, ia selalu berbicara secukupnya,tapi dengan seenaknya ia mengacak-ngacak hati yugyeom dengan sikap manisnya,tanpa memberi kepastian. Tak tau kah ia jika yugyeom tersiksa? Kim Mingyu pria brengsek.
"Bisa kita mampir dulu ke toko buku?," Mingyu memberhentikan langkahnya. Menoleh pada lelaki di sampingnya lalu mengangguk sambil bergumam.
"Apa kau akan terus memayungiku seperti ini? Memangnya kau tak lelah harus berputar dari fakultas kedokteran ke fakultas seni?," Tanya yugyeom sambil memasuki toko buku di depan gedung kampus mereka.
"Jika itu kau, aku tak apa," Mingyu berucap datar dengan ekspresi dingin, tapi memberikan afeksi yang cukup buruk untuk kesehatan jantung Yugyeom.
"Kita tak bisa seperti ini terus, kau harus lebih berbaur, setidaknya cari seorang pacar," Ucap Yugyeom sambil memilih buku. "Ku dengar Jaehyun menyukai mu,dia manis." Yugyeom hanya memancing Mingyu, ia hanya ingin tau apa reaksi Mingyu.
"Ya dia memang manis,aku akan mengajaknya berkencan jika kau juga sudah memiliki orang yang kau sukai," Mingyu bersidekap dada menyandarkan tubuhnya di rak buku, "setidaknya ada yang mengganti tugasku saat hujan," Detik itu hati Yugyeom hancur, bagaimana bisa ia mencintai lelaki brengsek seperti Mingyu?.
"Bisa kita pulang sekarang?," Yugyeom mati-matian menahan getar suara tangisnya. "Kau tak jadi membeli buku?," Mingyu menatap bingung Yugyeom.
"Itu, aku baru ingat ternyata Jungkook punya bukunya, aku akan meminjam saja padanya," Yugyeom memaksakan senyumnya. "Baiklah," Mingyu hanya bisa menghela nafasnya dalam.
Mingyu membuka payungnya, bersiap meninggalkan toko buku, tapi tangannya di cekal lebih dulu oleh lelaki yang lebih manis darinya, "Kau tak usah mengantarku pulang,aku akan ke apartemen Jungkook, terima kasih payungnya," Yugyeom tersenyum manis tapi entah kenapa itu malah lebih terlihat menyedihkan.
"Biar aku an-". Belum sempat Mingyu menyelesaikan kalimatnya Yugyeom sudah berlari kencang menembus hujan.
Disini Yugyeom di bawah guyuran hujan, menangis sendu, kenapa harus ada lelaki sebrengsek Mingyu?. Jika ia tidak memiliki perasaan setidaknya berhenti bersikap manis, sikap manis Mingyu hanya akan menyiksa Yugyeom lebih dalam.
"Hiks kenapa ini sangat menyakitkan sialan hiks," Yugyeom meremat dadanya ia harap sesak di dadanya hilang saat itu juga.
"Air matamu terlalu berharga untuk menangisi pria sebrengsek dia," Jungkook mengulurkan tangannya dengan senyuman khasnya yang menenangkan. Yugyeom menerima uluran tangan Jungkook.
"Kookie-ya ini sakit hiks," Yugyeom meracau sambil terisak. Entah kenapa ada perasaan ngilu di hati Jungkook saat melihat pujaan hatinya menangis seperti itu.
Ya Jungkook menyukai Yugyeom, biar ini menjadi rahasianya dan Tuhan.
"Jika memang sakit menangislah, aku selalu disini bersamamu," Jungkook menarik tubuh Yugyeom ke dekapannya, guyuran hujan membasahi keduanya, payung yang tadi Jungkook genggam sudah terbang entah kemana.
"Aku memang pria Brengsek,"
Mingyu tersenyum miris.
Team Yugyeom uke make some noiseee! (๑♡3♡๑)
:v

KAMU SEDANG MEMBACA
I'll be here
FanficHanya kisah cinta rumit, dimana Yugyeom menjadi peran utamanya.