01 - Who is Anna -

60 8 4
                                    

Hari masih gelap kala itu. Tidak nampak ada arak-arakan awan menutupi langit malam. Jalanan terlihat berkilat diterpa cahaya lampu jalanan karena basah. Udara begitu dingin menusuk disebabkan hujan yang mengguyur kota sepanjang malam. Hanya tersisa tetesan air didedaunan yang bergoyang ditiup angin.

Jam masih menunjukkan pukul 04.00 subuh. Disebagian tempat orang-orang masih menarik selimut karena hawa yang memang nyaman untuk mengistirahatkan mata. Tapi disebagian lainnya ada yang telah bangun untuk memulai aktivitasnya. Salah satunya adalah penghuni kontrakan kecil yang terletak disalah satu sudut kota. Seorang perempuan terlihat begitu khusuk dalam shalatnya. Bibirnya terlihat bergerak melapadzkan ayat-ayat Allah dengan khidmat. Gerakannya santai tidak terlihat terburu-buru. Seolah menikmati tiap gerakan yang dia lakukan. Sesekali matanya terpejam menikmati setiap dzikir yang diucapkannya. Nampak bahwa ketenangan telah melekat pada dirinya. Entah telah berapa lama dia beribadah tapi tidak nampak raut lelah diwajahnya.

Tidak lama kemudian dia menyelesaikan shalatnya. Menengadahkan tangan untuk memanjatkan doa-doanya. Selesai berdoa dia melirik jam dinding yang ada dikamarnya. Mengharuskannya berbalik karena dia memunggunginya. Masih ada waktu sebelum subuh fikirnya. Dia lalu kembali menghadap kiblat. Mengucapkan istighfar secara berulang-ulang. Dia memejamkan mata mengingat kesalahan yang pernah dilakukannya. Mengingat setiap detail apa yang dilakukannya selama hidup. Memang kesalahan yang selama ini dilakukannya bukanlah sesuatu yang serius, bukan apa yang biasa disebut orang dengan dosa besar. Tapi bukankah manusia adalah tempatnya khilaf. Kadang emosi bisa melandanya, menyebabkan orang lain merasa tidak nyaman. Keningnya berkerut ketika mengingat rasa syukur yang jarang terucap, ucapan syukur yang hanya keluar ketika terlepas dari suatu musibah, tanpa mengingat bahwa setiap apapun yang terjadi pada hidup harus disyukuri.

Raut wajahnya berubah seakan ingin menangis, hampir saja menangis ketika Adzan Subuh berkumandang. Perempuan itu senantiasa menghentikan aktivitasnya. Membuka matanya lalu menyunggingkan senyuman dibibirnya. "Rabbku telah memanggil" ucapnya. Dia lalu berdiri untuk shalat kembali. 4 rakaat dan 2 salam. Dikerjakannya fardhu dan sunahnya.

Selepas shalat dia lalu berdiri untuk menggantung mukena dan melipat sajadahnya. Lantas mengambil handuk dan bergegas ke kamar mandi, bersiap untuk memulai aktivitasnya.


***


Silvanna Putri, itulah nama perempuan tersebut. Dia biasa dipanggil Anna oleh orang-orang yang dikenalnya. Bekerja disebuah perusahaan galangan kapal yang bergerak di bidang penyediaan jasa reparasi kapal. Semacam jasa perbaikan, perawatan, ataupun peremajaan berbagai jenis kapal. Pekerjaannya adalah di bagian purchasing, wadah para anak buah kapal mengadu ketika ada barang yang dibutuhkan untuk docking kapal.

Dia bekerjasama dengan seorang rekan laki-laki bernama Andre. Andre sedikit unik. Dia laki-laki tapi begitu anti dengan kerja lapangan. Dia lebih senang melakukan penawaran melalui sambungan telepon tanpa harus bertemu langsung. Dia bilang akan terlihat lebih keren seorang pria yang berbisnis lewat telepon. Memang aneh, tapi dia bukan seorang pemalas, itu dibuktikan dengan pekerjaannya yang selalu dapat dibereskan tepat pada waktunya.

Sedangkan Anna lebih senang untuk bertemu langsung dengan suplier. Tak jarang jika Anna turun langsung ke pasar, untuk mengontrol harga barang secara langsung dan membelinya sekaligus mencoba untuk menjalin kerjasama dengan pihak penjual untuk mendapatkan tempo pembayaran. Anna juga sering berkunjung ke workshop tempat para anak buah kapal bekerja. Mengecek barang di tempat penyimpan sekalipun itu bukan bagian dari pekerjaannya. Tapi Anna memang orang yang teliti. Dia harus memastikan barang yang dipesannya sesuai dengan apa yang diinginkannya. Bisa dibilang, Anna lumayan cerewet untuk masalah pekerjaan.

Anna NoonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang