04 - Kamu (Lagi?) -

27 1 0
                                    

Seorang laki-laki memasuki sebuah rumah makan. Beberapa pasang mata perempuan tengah melirik kearahnya. Dia lalu duduk disalah satu meja dan meletakkan sebuah botol minuman dingin yang sedari tadi dipegangnya. Tidak lama kemudian seorang pramusaji datang membawakan pesanannya. Dia lalu berterimakasih dan mulai menyantap hidangannya. Nasi putih plus ayam geprek tengah ada di hadapannya. Dia dengan santai melahap apa yang ada dihadapannya, tidak peduli dengan perempuan disekelilingnya yang seakan terhipnotis akan pesonanya. Hampir seluruh wajahnya berkeringat, dan bibirnya memerah, tapi itu semakin menambah daya tariknya keluar. Dia menyingsing lengan bajunya hingga kesiku. Kali ini dia mengenakan kemeja cokelat dengan garis kotak-kotak berwarna putih, di luarnya dia lapisi dengan v-neck sweater. Paduannya dia memakai celana chinos berwarna dark khaki serta slip-on shoes berwarna putih. Dia melirik ke arah jam tangannya yang berwarna hitam mengkilap, lalu melanjutkan makannya. Seorang laki-laki lain mendatanginya.

"Gila Fa, udah makan duluan aja." Laki-laki yang menyapanya langsung duduk dihadapannya.

"Laper banget. Udah mesen Sand?"
Ucapnya lalu mengambil botol minuman dingin lalu meneguk isinya.

"Udah di depan tadi. Cafe gimana? Udah berapa persen?"

"Udah sekitar 70 persen. Tinggal bagian dalamnya doang."

"Berarti bentar lagi udah masukin barang-barang dong."

"Barang-barang itu urusan lo yang lebih ngerti. Oh iya, tau tempat orang jual kaca ga?"

"Kaca apaan nih?"

"Kaca buat dinding atas cafe."

"Hhmmm. Ke agen kaca."

"Iya agen kacanya dimana?"

"Udah coba liat google map?"

"Udah."

"Trus?"

"Ga ada yang deket."

"Ya udah."

"Ya udah apanya?"

"Ya udah tanya yang lain aja kalo gitu."

"Sandy, gue bukannya barusan nanya sama lo?"

"Ko nanyanya ke gue? Ya gue mana tau lah."

"Dari tadi coba langsung dijawab, ga usah muter-muter nanya hal lain."

"Kan gue cuma mau ngasih saran."

"Stop. Gue pengen makan, ga pengen debat."

Seorang pramusaji datang mengantarkan pesanan Sandy. Nasi putih dan belut goreng kini hadir dihadapannya. Sandy lalu tersenyum sambil mengucapkan terimakasih ke pramusaji tadi. Niatnya ingin menggoda ke pramusaji yang seorang wanita itu diurungkan, ketika dilihatnya wanita itu malah tengah menatap ke arah temannya. Sandy berdeham dan wanita tadi segera sadar lalu pergi.
Sandy lalu menatap temannya dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Kenapa lo Sand? Naksir sama gue?"

Sandy mencibir, "Bisa ga sih Fa lo pake baju yang biasa aja?"

"Maksud lo?"

"Ga usah so keren gitu. Pake singlet trus pake boxer, ga usah pake sepatu pake sendal jepit aja."

"Lo kumat lagi Sand?"

"Gue tuh ga ada kesempatan buat diliatin cewe kalo lagi bareng sama lo Gifa. Kita tuh kontras banget. Gue tuh kalo lagi di deket lo langsung redup cahaya gue. Kaya semuanya tuh fokus ke lo aja."

Gifa tertawa, lalu berdiri untuk pergi mencuci tangannya. Dia lalu berjalan dengan senyum yang merekah. Dia menatap ke arah setiap perempuan yang dia lewati, benar saja tak ada satu pasang mata pun yang menolak untuk memandangnya. Bahkan jika ada sebuah survey yang menanyakan pendapat tentang bagaimana Gifa, para pria yang ditanya pun akan mengakui ketampanannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Anna NoonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang