"Thea, buruan ih!" Jeffry menggandeng tangan adiknya setelah turun dari motor. "Jalannya kok lelet banget,"
"Jeffriii!!! Gak usah gandeng-gandeng, deh. Nanti dikira pacaran." ujar Thea berusaha melepaskan tangannya dari gandengan Jeffry. Namun, si Kakak malah memperkuat cengkramannya.
"Jeff, ih." Thea langsung menarik tangannya dan berjalan secepat mungkin meninggalkan Kakaknya. Jeffry terkekeh melihat tingkah adiknya. Pria itu semakin ingin menggoda Thea.
"Gapapa kali, biar banyak yang cemburu." Teriak Jeffry sambil berlari mengejar adiknya. Spontan gadis itu langsung membalikan badan. "Sttts!!!" Thea menempelkan telunjuk mungilnya di bibir Jeffry. "Jeff, bisa gak kalo ngomong itu gak usah pake TOA? Gara-gara kamu teriak-teriak, semua orang jadi liatin kita, kan!!!" gerutu Thea, gadis itu langsung pergi meninggalkan kakaknya yang masih terpaku di lapang parkir.
Jeffry mengelilingkan pandangannya. Benar saja kata Thea, semua mata yang ada di sana tertuju kearah mereka berdua. "Cuman gue yang bisa gandengan sama dia, hahaha." Ledek Jeffry lalu dia menyusul adiknya menuju gedung Dekanat.
.
.
.
.
.
.
"Eh, Teee, kelas kita sebelahan, yeeeaaay!" teriak Jeffry, lagi, di depan ruang dosen.
Thea melotot dan mencubit perut kakaknya. "Bisa gak sih, Jeff! Kalo ngomong tuh, ..." belum selesai Thea menyelesaikan protesnya, tiba-tiba Jeffry memotong.
"Gak usah pake Toa? Tenang aja Tee, lagian aku biasa aja kok kelas sebelahan sama kamu. Santai aja, santai." Ujar Jeffry kali ini membuat Thea mengerutkan kening.
"Eh, Jeff, ini ruang kelasnya tetap gak pindah-pindah?" tanya Thea heran kenapa Jeffry senang kelas mereka sebelahan, padahal setau gadis itu kuliah kelasnya tidak tetap.
"Iya, fakultas kita paling banyak ruangan. Jadi cukup untuk kelas tetap."
Thea mengangguk paham, lalu berjalan meninggalkan kakaknya. Setelah beberapa langkah, gadis itu membalikan badannya. "Oh, iya, Jeffriii, kelas kamu dimana?"
"Di lantai dua, belok kiri, kehalang satu kelas." Sahut pria itu. "Akhirnya punya adik perhatian sama kakaknya. Sampai kelasnya aja ditanyain."
"Ih, siapa bilang? Aku Cuma mau tau dimana kelasku. Kan tadi katanya sebelahan." Ujar Thea sambil berlari, gadis itu menjulurkan lidahnya, lalu tertawa renyah sambil terus berjalan meninggalkan kakaknya.
Jeffry hanya bisa tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
.
.
.
.
.
.
Empat pria dengan setelan casual menaiki mobil sport hitam.
"Dit, kenapa kita hanya berempat? Kak Jeff kemana? Kau lupa untuk menjemputnya?" tanya Radja kepada Dito yang tampak serius menyetir.
"Jeffry berangkat bareng adiknya pake motor. Jangan ngobrol sama Dito, dia lagi nyetir." Sahut Reno.
"Oh? Kak Jeff punya adik? Cewek apa cowok Bang?" tanya Radja lagi.
"Belum tahu, lihat saja nanti." Sahut Reno sambil mmbuka kacamata hitamnya karena Dito sekarang tengah memarkirkan mobil, menandakan mereka berempat telah sampai di Kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope Not
Fanfiction[Kisah tentang cinta terlarang] Setelah seorang ibu, malaikat tanpa sayap, satu-satunya penopang diri, mengkhianatiku, membuangku, dan membiarkanku melihat dunia yang sangat kejam ini sendirian, Aku harus menyaksikan kepergiannya, saat aku sedang m...