Mata kuliah Ekonomi Mikro berakhir dengan baik. Thea bersyukur ternyata Pak Sigit tak seburuk dugaannya.
"Sekarang mata kuliah apa? Um, maaf?" Thea menepuk pundak Dito pelan.
"Management."
Thea mengangguk. Gadis itu tak pernah menerima perlakuan sedingin ini. Pria di sampingnya ini berhasil membuat mood gadis itu turun.
Seorang pria yang bisa dipastikan adalah dosen Management, memasuki kelas Bisnis 2018. Mata Thea terbelalak melihat siapa yang masuk.
"Om Arya?" ujar gadis itu setengah berteriak, semua siswa menoleh ke arahnya.
"Yaampun, Thea? Bukankah seharusnya kau berada di Jerman?" tanya dosen itu. Dia adalah Dwi Arya Pradana. Adik dari Eka Caraka Pradana, ayahnya Thea.
"Aku pindah kesini, om."
"Oh, begitu rupanya. Tapi Thea, sepertinya acara reuni keluarga kita harus ditunda dulu, sekarang saya akan memulai kelas." Ujar Pak Arya dan berhasil membuat atmosfeer di kelas ini kembali suram.
"Baik, anak-anak sebelum mulai, bisa kumpulkan tugas minggu kemarin? Sesuai perjanjian, yang tidak mengerjakan silakan keluar. Untuk Thea pengecualian. Karena ini hari pertamanya. Tapi setelah ini tidak akan ada lagi pengecualian, ya, Thea? Bisa dipahami?" ujar Pak Arya membuat gadis itu mengangguk.
Satu persatu mahasiswa di kelas itu maju ke depan untuk mengumpulkan tugas. Thea menoleh ke arah Dito yang tiba-tiba berdiri dan melangkahkan kakinya menuju ke luar kelas.
"PRADIPTA DITO!!! Kau tidak mengerjakan tugas lagi? Bisa ketinggalan kau ini jika terus-terusan keluar di jam kelas saya!" teriak Pak Arya membuat pria itu berhenti.
"Yasudah, berarti saya boleh mengikuti kelas bapak, kan?" sahut Dito santai membuat Pak Arya melotot.
"Kau ini! Keluar!! Lihat catatan Thea nanti." Ujar pria itu dengan khas galaknya. Dito pun melenggang keluar.
.
.
.
.
.
.
Waktu istirahat tiba. Thea masih terduduk di kursinya.
"Thealla Putri, tolong bantu saya membawa buku-buku ini." seru Pak Arya menunjuk buku-buku yang tadi dikumpulkan.
"Baik, Pak."
"Anggap saja sekalian kamu menghafal ruangan-ruangan penting di kampus," lanjut pria itu sambil berjalan menuju keluar kelas diikuti oleh Thea.
Jeffry yang juga baru saja keluar kelas, melangkah menuju kelas Thea. Pria itu berniat mengajak adiknya ke kantin, sekalian Jeffry ingin mengenalkan Thea kepada teman-temannya. Sayangnya, Thea tidak sedang di kelas.
Mungkin anak itu sudah ke kantin duluan dengan teman barunya, gumam Jeffry dalam hati.
Jeffry melenggang menuju kantin. Seseorang menepuk pundaknya dari belakang. "Kok tumben banget ke kantin sendiri, Jeff?"
Jeffry menoleh dan tersenyum. "Sorry Ren, tadi ke kelas adek dulu, tapi dia gak ada." Sahut Jeffry kepada Reno. Mereka pun ke kantin bersama.
"Oyy, Bang, tumben telat datengnya?" teriak Radja seperti biasa. Radja anak yang paling antusias diantara mereka, dia yang termuda.
"Tadi Jeffry nengokin dulu crush di kelas adeknya." goda Reno kepada Jeffry yang membuat Radja semakin melotot. Pria itu tahu bahwa Jeffry menyukai seorang gadis di angkatan 18, dan Reno juga berpikir Jeffry ke kelas adiknya hanya alasan untuk bisa melihat gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope Not
Fiksi Penggemar[Kisah tentang cinta terlarang] Setelah seorang ibu, malaikat tanpa sayap, satu-satunya penopang diri, mengkhianatiku, membuangku, dan membiarkanku melihat dunia yang sangat kejam ini sendirian, Aku harus menyaksikan kepergiannya, saat aku sedang m...