"Dit, ... Dito?"
Perlahan Dito tersenyum, dan untuk pertama kalinya Thea merinding melihat itu. Gadis itu bahkan tidak bisa mengelak atau melarikan diri dari situasi ini.
"Thealla Putri, kau terlihat lebih dewasa," ujar Dito pelan. Hal itu membuat jantung gadis itu berdegup kencang.
Tatapan Dito yang perlahan mengarah dari ujung rambut sampai kaki membuatku merasa telah ditelanjangi olehnya.
"Kemejamu terlihat cocok dipakai seperti ini, bahkan rambutmu, ... Rambutmu sangat seksi." lanjut Dito, tak ada yang bisa dilakukan Thea selain menatapnya dengan was-was.
"Aku tidak tahu kau bisa berubah secepat ini, jika aku tahu kau bisa begini, dari awal aku tidak akan membiarkanmu pergi." ujar pria itu dengan suara dalam.
Tatapan mata Dito begitu tajam dan menusuk di setiap detiknya. Setiap pria itu mengambil langkah maju, Thea mundur dengan perlahan. Entah apa yang saat ini gadis itu rasakan, Dito telah mengambil napasnya. Thea tidak bisa menjadi dirinya sendiri yang angkuh dan berani di hadapan pria itu saat ini.
Ketika Dito tiba di tepi ranjang, Thea merasa ketakutan, gadis itu tidak bisa bergerak lagi. Pria itu mengunci tatapan mereka.
Gadis itu menarik napas sesak saat Dito mendekati tubuhnya. Pria itu terus menatapnya, sekarang jaraknya lebih dekat. Tangannya meraih wajah Thea, jarinya perlahan menyentuh pipi gadis itu, mengirimkan rasa gugup yang tinggi ke tubuh Thea.
Mendadak Dito mengangkat dagu Thea ke atas. Mata mereka bertemu, dan saat itu pula Thea sadar bahwa jarak mereka berdua begitu dekat, sangat dekat. Terlalu dekat hingga hidung mereka bersentuhan.
Kedua tangan Dito mendarat di pipi gadis itu, pria itu perlahan memiringkan wajahnya lalu menutup matanya. Thea tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, gadis itu berusaha untuk sadar. Namun hal pertama yang dilakukannya malah memperburuk keadaan. Bukannya mendorong tubuh Dito untuk menjauh, Thea malah menyentuh tangan Dito dengan lembut. Mata pria itu terbuka, tatapannya berubah. Thea tidak tahu apa yang saat ini Dito pikirkan. Yang jelas, Thea ketakutan.
"Dit, Dito, ..." dengan gugup Thea memulai.
"Lepaskan aku," Thea menyingkirkan tangan pria itu dari wajahnya, lalu menjauh dari Dito.
Dito kembali berdiri, ekspresi wajahnya kini lebih tenang. Thea menarik napas dalam, gadis itu berusaha menenangkan dirinya. Setelah merasa cukup tenang, Thea menatapnya lagi, gadis itu memberanikan diri bicara.
"Apa yang kau inginkan? Apa ini tentang kejadian itu?" Thea bertanya dengan gugup.
"Aku janji, aku tidak akan membocorkannya kepada siapapun. Aku bersumpah! Jadi tolong biarkan aku pergi," lanjut gadis itu memohon. Bagaimana pun Thea tidak akan menang jika bersikeras melawannya.
Namun Dito tidak bereaksi sama sekali. Sehingga Thea buru-buru bangkit berdiri dan berjalan menuju pintu keluar. Tetapi, tangan Dito berhasil menahan tubuhnya. Thea sedikit tersentak karena sentuhan pria itu.
Gadis itu mencoba melepaskan tangannya, "Lepaskan aku! Aku mohon!" tetapi, Dito malah mencengkram tangannya.
Thea berbalik kearah pria itu. "Dito, aku mohon, biarkan aku pergi!"
Gadis itu kembali berbalik menuju pintu, membelakangi Dito yang sedari tadi tidak mengeluarkan sepatah katapun. Namun dengan cepat, Dito malah menarik tubuh Thea. Tangannya melingkar di pinggang gadis itu dengan erat.
Astaga! Dia begitu mencengkramku dengan erat! Tubuh kami seakan menempel satu sama lain.
"Dito!!! Apa yang kamu lakukan? Cepat lepaskan aku!" Thea sedikit berteriak, karena sedari tadi, gadis itu merasa bahwa Dito tidak mendengarkannya sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope Not
Fanfiction[Kisah tentang cinta terlarang] Setelah seorang ibu, malaikat tanpa sayap, satu-satunya penopang diri, mengkhianatiku, membuangku, dan membiarkanku melihat dunia yang sangat kejam ini sendirian, Aku harus menyaksikan kepergiannya, saat aku sedang m...