Kepala Thea terasa berdenyut. Gadis itu merasa heran, kenapa dia merasa sangat hapal dengan Club yang baru saja ia masuki.
Greb,
Tangan dingin Dito mendarat lembut di pundak Thea. Pria itu merangkul Thea akrab, Reno berjalan lebih dulu di depan mereka berdua. Thea bisa merasakan rangkulan Dito sangat kuat, seolah pria itu berkata 'Kau tidak bisa kemana-mana.'
Akhirnya Dito dan Reno berhasil menggiring Thea memasuki sebuah ruangan.
Shit! Sekarang aku percaya, mereka benar-benar kaya. Ruangan VVIP. Entah kenapa aku merasa sangat hapal betul berapa uang yang harus mereka keluarkan hanya untuk duduk di ruangan itu.
Tak lama kemudian masuk tiga pria yang bisa dipastikan adalah teman-teman Reno dan Dito. Satu diantaranya sangat kaget saat melihat Thea.
Maaf Jeffry, gadis itu memberi kode pada tatapannya. Jeffry mengangguk pelan, sepertinya pria itu mengerti situasi adiknya. Lagian jika seperti ini, akan mudah bagi Jeffry untuk mengawasi Thea.
"Oh, siapa ini?" tanya Alwan kepada Reno.
"Teman Dito." sahut pria itu santai, lantas mereka bertiga duduk.
Thea tidak bisa tersennyum ataupun mengatakan sesuatu, gadis itu sedang tidak dalam mood yang baik. Apalagi dari sejak tadi tidak ada perubahan dengan kepalanya yang masih pening. Untuk menutupinya, Thea memasang wajah datar. Gadis itu duduk dengan cemberut dan melipat tangan di dadanya. Semua orang yang ada di ruangan itu tampak memperhatikan gadis itu.
"Hei, ada apa?" Radja duduk mendekati Thea. Gadis itu menoleh dan menggeleng, memberinya senyum terpaksa.
Tak lama setelah itu, ada seorang gadis cantik mengetuk pintu ruangan tempat Thea dan kelima pria itu berada. Alwan mempersilakan gadis itu masuk. Ternyata gadis itu mengantarkan minuman untuk ruangan ini.
Tiba-tiba nampan yang berisi beberapa botol beer dan gelas kosong itu bergetar. Gadis yang mengantar minuman itu tampak kaget setengah mati setelah melihat Thea sedang duduk dan mengobrol dengan Radja.
Thea yang baru saja menyadari hal itu menatapnya heran. Thea merasa mungkinkah penampilannya terlihat aneh? Ya, gadis itu mengakui. Memang pakaian yang dipakainya terlalu formal untuk ukuran club malam.
Thea berusaha mengabaikan gadis itu, gadis itu pun pamit meninggalkan ruangan Thea.
"Apa kamu tahu siapa aku?" tanya Radja, hal itu membuat dahi Thea mengeryit.
"Maksudnya?" tanya gadis itu dengan bingung.
Reno dan Alwan tertawa kencang diikuti oleh Jeffry. Sedangkan Dito hanya tersenyum sinis.
"Woy, Djaa! Apa yang kau lakukan?" teriak Alwan.
"Kau ini jangan mempermalukan kami," timpal Reno masih tertawa.
Radja tersenyum. "Kenapa guys? Aku hanya bertanya. Lagipula, dia tampak kurang senang disini." ujar pria itu.
Suara Radja yang sedang mengelak sedikit berteriak. Hal itu sedikit lucu bagi Thea, gadis itu tersenyum. Lantas hal itu pula yang membuat Radja histeris.
"Lihat! Lihat! Dia tersenyum, guys! Kalian diam saja, kalian bisa apa coba? Makanya, biar The Great King yang mengatasi cewek badmood." ujar Radja dengan bangga.
Thea merasa aneh, ternyata anak seorang mantan wakil presiden bisa begitu lucu dan menggemaskan. Gadis itu juga merasa heran, kenapa mereka bisa langsung akrab dan begitu ramah kepadanya? Thea kira mereka adalah kumpulan pria angkuh."By the way, bagaimana kamu bisa mengenal Bang Dito, Kak?" tanya Radja polos.
Thea menoleh kepada Dito. "Entahlah, tanya saja dia."

KAMU SEDANG MEMBACA
Hope Not
Фанфик[Kisah tentang cinta terlarang] Setelah seorang ibu, malaikat tanpa sayap, satu-satunya penopang diri, mengkhianatiku, membuangku, dan membiarkanku melihat dunia yang sangat kejam ini sendirian, Aku harus menyaksikan kepergiannya, saat aku sedang m...