Prolog

142 9 1
                                    

Jakarta, 9 Januari 2019

'Bugh Bugh'

"Mati Lo Anjing, Kesel gue setan" Seorang Perempuan menginjak perut laki laki yang terbaring lemah di bawahnya.

Perempuan itu tidak berhenti menginjak Perut laki laki itu. Bahkan darah segar sudah mengalir di bibir lelaki itu.

"uhuk, Lo uhuk. A-awas Lo Na-nanti" Laki Laki itu masih sempat menunjuk perempuan itu.

"Halah, udah gagap masih ngomong. Mati aja napa seh susah amat dah" Perempuan itu berhenti menginjak perut laki laki itu dan hendak berlalu pergi.

"Yaudah, Gue balik dulu oke. GWS ye, maksud gue Gak Wafat Sekalian?" Kemudian perempuan itu berlalu pergi.

"KIM RARA BANGSAT, KOREA NYASAR KE INDO, ANJING LO UHUK" Lelaki itu berteriak histeris.

"BACOT FERGUSOOO" Dan kemudian perempuan itu membalas sambil berjalan santai.








"Kim Rara, Sudah berapa kali saya bilang. Berhenti berkelahi dan cari masalah" Kepala Sekolah Memarahi Seorang gadis yang entah sudah berapa kali membuat pelanggaran.

"Aduh Bapak, saya tuh gak pernah cari masalah. Malahan Masalah yang datang ama saya Pak" Kim Rara, Gadis dengan 1001 catatan hitam.

"Saya Ngak mau tahu alasan apapun, pokoknya sekali lagi kamu ngelakuin hal yang sama, Kamu saya keluarkan" Kepala Sekolah sudah angkat tangan.

"Hadeh si Bapak" Sang Gadis tidak kalah jengah.

"yasudah, kembali ke kelas kamu" Tanpa aba aba dua kali, Rara segera keluar dari ruang kepala sekolah








"Kim Rara, apa benar kamu yang masukin tikus mati ke dalam Loker Sintya?" Seorang guru menginterogasi Rara yang hendak masuk kelas.

"Eh? Bukan Bu. Orang saya baru datang kok" Rara menyela.

Guru tersebut menoleh ke arah Sintya yang sedang menangis tersedu sedu. Kelihatanya Gadis itu tidak bercanda akan ketakutanya pada tikus.

Tak beberapa lama, Guru tersebut kembali memandang Rara.

"Tapi, Semua orang di kelas menuduh kamu Rara" Rara menghela napas kasar.

"Bukan Saya Bu" Rara melemahkan suaranya.

"Halah, dia tuh Bu yang masukin. Pasti dia!" Teriak salah satu siswa dikelas Rara yang namanya Aldi.

"Tau Dari aman Lo sotoy?!" Rara Maju selangkah.

"Yah karna cuma lo cewek yang kayak cowok" Aldi menatap Remeh Rara.

"halah pasti Lo kan yang masukin, kentara bat lo" Rara menatap nyalang ke arah Aldi.

"Lah?! Kok Jadi Gue?!" Aldi menunjuk dirinya sendiri heran.

"Yah karena Lo main asal nuduh sembarangan" Rara mulai maju melewati Gurunya.

Rara berdiri tepat di depan Aldi. Aldi hanya menatap remeh Rara yang marah.

"Lo kenapa marah? Apa jangan jangan emang bener, Lo yang--"

'bugh'

Omongan Aldi terpotong karena hantaman keras tepat pada pipi kananya sampai dia jatuh tersungkur.

"Bacot" Kalimat yang jelas keluar dari bibir cantik Rara.

Aldi berdiri, hendak membalas Pukulan manis yang dia dapat dari Rara. Tapi belum sempat menghantam, Aldi dan Rara sudah dipisahkan satu sama lain.

"KURANG AJAR LO YAH, DASAR CEWEK SILUMAN!!" Aldi meluapkan emosinya dengan berteriak.

"HALAH BANCI LO. ITU BATANG LO YANG DI BAWA POTONG AJA!" Rara balas berteriak kencang.

"KIM RARA, ALDI FAUZY! IKUT BAPAK SEKARANG" Kepala sekolah datang langsung berteriak dengan emosi yang mampu menguncang langit.









"Rara, Aldi. Kalian kenapa selalu berkelahi. Tidak ada ketenangan dalam kelas kalian" Kepala Sekolah sudah lelah memberitahu mereka berdua.

"Ngak pak, bukan salah saya kok. Itu si Ra--"

"Diam! Saya tidak mau dengar alasan apapun!"

Hening sesaat setelah gertakan kepala sekolah tersebut. Beliau memijit pelipisnya.

"Kim Rara, sebenarnya saya berat mengambil keputusan ini, tapi ini harus. Kamu kami keluarkan dari sekolah ini" Kepala Sekolah menatap Rara, sedangkan Rara hanya memutar bola matanya malas.

Rara sudah biasa dengan hal ini.









"APA?! KAMU DIKELUARKAN LAGI?!" Kim Hyun Jae, Ayah Rara. Beliau sangat kaget dengan surat yang dibawa sang Anak.

"Rara, ayah pusing sama kamu. Tidak ada hari tanpa masalah. Ini sudah sekolah ke 15 kamu. Kamu baru kelas 10 tapi sudah hampir sekolah di Jakarta kamu kelilingi. Paling lama bertahan 1-5 hari. Ayah gak lama mati gara gara kamu Rara" Ayah Rara memijit pelipisnya. Beliau pusing sekarang.

Rara hanya diam. Dia juga merasa kasihan kepada kedua orangtuanya. Tapi sudah dia bilang. Bukan dia yang cari masalah, tapi masalah yang mencari dia.

"oke, ini keputusan terakhir Papa. Kamu pindah ke Korea sama Nenek kamu dan sama Riri" Ayah Rara kembali duduk dengan tenang.

Rara sontak kaget. Apa apaan anjir?. Dia tidak terima dengan semua ini!

"Rara gak mau!" Tolak Rara tegas.

"menolak atau asrama? Silahkan saja pilih. Toh keputusan ada di tangan kamu" Ayah Rara senyum kemenangan.

Rara tampak kaget. Seolah bola matanya ingin keluar dari tempatnya. Dua pilihan yang sangat tidak bagus dan merugikan.

"Okey okey, Korea. Ayah puas?!" Rara menyentak kakinya kasar dan keluar dari ruangan ayahnya dengan membanting pintu keras.

"Puas, sangat puas" Gumam ayanya sendirian sambil tersenyum senang.









Rara bermain basket sendirian di lapangan basket milik ayahnya. Dengan lincahnya dia mendrible bola kemudian masuk ke ring dengan mulus.

Jika dilihat, Rara adalah gadis yang mungil dengan perawakan manis dilihat. Namun, kenapa dia sangat menguasai olahraga basket?

Ya, karena tungkai kakinya yang kuat membuat dia melompat dengan tinggi.

'dung'

'dung'

'dung'

'Pak'

Setelah mendrible bola, Rara membanting Bolanya Kasar.

"Arghghhh Korea Selatan Syaland" Kemudian Rara berbaring di lapangan tersebut sambil menutup kedua matanya dengan kedua tanganya.










Tbc!

Hai gys, gua kembali dengan work baru nih. Jadi ini cerita kakakku yang gua publish ehem.

Btw untuk visualisasi tokoh Rara dan Riri kalian bisa bayangin siapa aja. Bebas.

Intinya Rara dan Riri itu kembar okeh ^ω^

Maafkeun kalo ada Typo yo, soalnya gua cuma manusya biasah (ˉ(∞)ˉ)

Different TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang