four ; restart

330 32 0
                                    

for a better look,
change your background color to black.

loading. . .
a f t e r h o u r s

a f t e r h o u r s

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PLAY .

"jangan tatap mereka, jangan simak pembicaraan mereka. itu saranku." ryunae menyerahkan nampan. beberapa gelas tinggi berisi cairan kuning sampanye berdiri diatasnya.

"seserius itu, eonni?"

perempuan itu mengangguk. "tahun lalu benar-benar kacau, aku dengar-dengar. ayo."

haera tak mengerti dan tak pula bertanya lebih lanjut. bersama dengan ryunae, ia mengangkat gelas-gelas berisi alkohol ini menuju salah satu ruang vip.

malam ini, seo johnny menutup kelabnya. ada rapat penting, katanya. tetapi haera dan segenap rekan-rekannya diperintahkan untuk tetap bekerja seperti biasa.

tuk tuk tuk tuk

heels-heels itu mengeluarkan bunyi saat haera dan ryunae melangkah. melihat mereka datang, salah satu orang asing—berpakaian serba hitam dengan wajah yang datar—menggeser pintu, membantu kedua gadis itu masuk.

sepenting ini sampai harus dijaga?

"no, it's a big no. perbatasan sangat rawan. tak ada yang bisa menjamin." salah satu dari belasan orang yang ada dalam ruangan itu berbicara.

"hyung, bagaimana dengan daerah peganganku?"

haera meletakkan gelas tinggi satu persatu dihadapan mereka yang sedang berdiskusi. sama sekali tidak tertarik dan tidak mengerti akan pembahasan ini.

"mengingat apartemenmu lenyap, kamu cukup mengurus itu saja—seperti biasa, mark."

"yes!" sang adam bernama mark itu mengepalkan tangannya keatas, terlihat senang. "kalau begini 'kan, waktu bersenang-senangku banyak."

"jangan gunakan tempat tinggalku sebagai taruhanmu, mark." tukas seseorang sembari terkekeh.

haera membulatkan matanya saat meletakkan gelas terakhir. dan ini gelas untuk sang pembicara barusan.

suaranya tak asing, hanya saja—nada bicaranya kali ini tak mengintimidasi sama sekali. tidak seperti nada bicara yang ia dengar saat pertama kali bertemu.

haera menghela nafas. ia melepaskan tangan lelaki yang berada didekatnya ini dengan kasar. belum sempat ia kembali bergerak dan melakukan penyerangan kepada perempuan itu, sang adam kembali merengkuhnya dengan sigap. tangan kanannya mengangkat dagu haera, membuat keduanya saling menatap satu sama lain. kedua dahinya bersentuhan.

"yep, kamu benar. dia gadisku." ujar lelaki itu dengan nada dingin. salah satu ujung bibirnya naik beberapa senti keatas, membentuk sebuah seringai. "sekarang, kamu lihat hubungan kami, 'kan? enyahlah."

menyelesaikan kalimatnya, sang adam menarik dagu milik haera. senti demi senti yang terabaikan, kedua wajah mereka saling mendekat. hembusan nafas lelaki ini terasa menggelitik. hal terakhir yang haera ingat sebelum jantungnya melompat keluar ialah: lelaki ini baru saja mengecup bibirnya.

ah, kembali ke situasi saat ini. haera menggeleng-gelengkan kepalanya, mengusir cuplikan-cuplikan peristiwa yang telah terukir dengan jelas di memorinya.

dia—pemuda itu. yang tempo hari sukses membuat jantungnya berdebar tidak jelas hingga pulang-pulang, dirinya jadi frustasi sendiri.

"terima kasih," taeyong menerima gelas sampanye miliknya. ia menatap haera sekilas.

ah, tetap menakutkan.

dengan bodohnya, haera terpaku. sang adam melemparkan pandangan 'kenapa?' padanya. tersadar, buru-buru ia mendekap nampan lalu berlalu meninggalkan ruangan.

ia bertingkah seperti itu, berarti ia tidak ingat apa yang terjadi, 'kan?

ia bertingkah seperti itu, berarti ia tidak ingat apa yang terjadi, 'kan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


PAUSE .

afterhoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang