5. Tiga Bulan

2 0 0
                                    

Tiga bulan berlanjut tak ada rasa untuk saling mengisi. Pertemuan karena tersenggol dan menimbulkan rasa hangat hanya sekedar disitu saja. Begitu juga dengan pertemuan yang terakhir ketika ada sesuatu yang tertinggal dan itu adalah namanya. Membuat ku tak bisa berpindah nama selama satu bulan.

Bulan seterusnya tak ada kabar tentang rasa. Seperti debu yang di hembus angin. Hilang dan tak nampak kemana dibawa. Aku dan dia mungkin tak ada niat untuk bertanya tentang nomer telpon atau mementingkan ego masing-masing. Hati pun bicara ' biarlah sudah menjadi lalu, mungkin ia tak menginginkanmu'.

Memang hati tau bagaimana tuannya. Lihatlah entah bagaimana fotonya berada di beranda  Instagram milikku. Tepatnya di bagian saran pertemanan. Ku klik namanya, kulihat foto demi foto yang memperlihatkan kemesraan. Bukan hanya foto ada video cover yang begitu romantis. Ku tinggalkan jejak love di foto terakhir yang diunggah. Biar dia tahu, bahwa aku sudah tahu.

---

Tiga bulan juga aku meninggalkan tempat perantauan ku ini. Meninggalkan segala rutinitas perkuliahan yang menguras pikiran dan tenaga. Kini aku merindukannya. Terutama sibiang rusuh kalau di kos si Nad Nad, teman-teman kampus beserta lelaki ganteng yang merobohkan kejaimanku.

" Nad ini kamu kok lama balik si? Kamu tega ya biarin aku di kos? Nanti kalau aku di culik gimana?" Aku memasang muka cemberut di depan handphone, hal ini membuat Nadia tertawa. Tawa Nadia sangat enak di dengar guri-guri seperti kerupuk gitu.

" Yang ada penculiknya malas curi kamu Mor. Gak laku dijual." Ucapnya dengan tertawa.

" Kampret ! Jangan balek ke kos lagi."

Mendengar tawa Nadia tadi, rasa rindu ku makin bertambah. Apalagi dengar Omelannya, ekspresi dia kalau aku marahin. Ah banyak lagi. Nadia itu kaya saudara untukku, apalagi aku cewek satu-satunya. Jadi kalau di kos ada teman berantam.

Sebenarnya perkuliahan dimulai tiga hari lagi. Aku sengaja datang lebih awal, karena ngurus KRS ( kartu rencana studi ) sama Bimbingan KRS sama dosen PA ( pembimbing akademik ) sama dosen ini harus ontime bimbingannya gak boleh lewat dari jadwal yang sudah ditentukan oleh universitas. Kalau lewat ' selamat kamu dapat Omelan beserta tatap muka sama kepala prodi '.

Dikarenakan Nadia tidak datang cepat ( pulang ke kos ) aku di tarik Tante ( Mama-nya Sam ) ke rumahnya. Tawaran Tante kuterima, aku gak berani tidur sendiri. Ya walaupun ada juga penghuni yang lain. Sam sangat antusias menyambut kedatanganku, maklum dia anak satu-satunya dan selalu menemani mamanya kemanapun jika disuruh. Jadi kalau aku nginap semua bebannya terlimpahkan kepadaku.

" Aduh aku senang banget loh, kamu jadi nginap di rumah. Aku jadi ada teman." Aku malas banget denger omongan orang satu ini.
" Ha ha ha iya." Dengan ekspresi wajah datar.

Setelah membereskan semua pakaian aku duduk di balkon kamar tempatku tidur. Aku mendengar suara riuh yang memasuki halaman belakang. Seketika aku malas memandang langit sore. Aku mundur dari tiang penyangga itu. Memilih duduk di pembatas kamar dengan balkon. Memainkan permainan di aplikasi handphone hingga hilang rasa bosan.

"Mor..." Aku mendengar seperti memanggil namaku, namun tak kujawab. Siapa tau bukan  Mor yang diucapkan. Mengingat ada teman Sam di halaman belakang.

" Mor.." Aku rasa, aku memang di panggil. aku bangkit turun ke bawah. Namun langsung dihentikan oleh suara " lihat ke bawah!"

Aku melihat Sam yang teriak-teriak " kamu mau gak daging panggang?"

Siapa yang tidak mau makanan enak. Apalagi tigal makan. Ku anggukkan kepalaku dan turun ke halaman belakang dan bergabung dengan Sam beserta rekan-rekannya.

---
Sedari tadi aku hanya fokus satu titik. Segitu tak familiarnya wajah nan manis ku ini, sampai ia tak mengenalku. Aku bahkan selalu mengingatnya, ehm sebenarnya karena ganteng.
' ah gapapa deh dia gak kenal, biar gak malu-malu amat diriku '

" Makan ya makan, ngelamun ya ngelamun. Makan sambil ngelamun kan jadi gini muka mu Mor," Ucapnya yang menghapus noda bumbu pada daging panggang yang ku makan.

" Ih tangan loh bau Sam" gerutuku, lalu memberi jarak sedikit.

" Masih mending ya aku lap itu noda, kalau gak nanti teman-teman gue gak jadi naksir sama Lo."
Langsung saja ku hadiahi pukulan bayangan kepala Sam.
"Eh loh kenal itu, teman gue yang pakek baju merah ?"

"Yang mana?"

" Gak usah tanya yang mana, cuman satu bijik yang pakek baju merah." Ku mengangguk dan melihat kembali lelaki yang tadi.

" Gue mah kenal, dianya enggak."

A M O RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang