Kepergian Yuta

235 17 2
                                    

Semua berawal dari sini. Hal yang tak pernah kuduga-duga sebelumnya, akhirnya terjadi tepat di depan mata kepalaku sendiri. Foto teman terbaikku terpajang diantara sekeliling karangan bunga yang tersusun rapih. Orang-orang berbondong-bondong datang menggenakan setelan hitam, dengan tumpahan air mata kesedihan yang mengiringi mereka.

Aku menyumat sesaji, ku tancapkan sesaji itu di cawan kecil yang ada tepat di hadapanku. "Kenapa kau pergi secepat ini?" Gumamku sambil menghapus air mataku, aku berdiri dan beranjak pergi dari hadapannya.

Yah...... ini adalah upacara kematian Yuta, si laki-laki ceroboh berambut pink yang selalu peduli kepada teman-temannya. Kematiannya yang medadak, membuat banyak orang menumpahkan air mata. Setelah menghilang cukup lama dari hadapan media, tiba-tiba ia ditemukan tak bernyawa. Aku sendiri belum tahu bagaimana kejadiannya karena aku baru saja pulang dari syuting film di Amerika. Baru saja aku menacapkan kakiku di jepang, aku sudah mendapat kabar kalau Yuta meninggal.

Tak lama kemudian seorang laki-laki datang dengan kursi rodanya. Ia menggenakan setelan kemeja hitam plus membawa satu karangan bunga yang ia peluk dengan erat. Di belakangnya, laki-laki berambut perak mendorong kursi rodanya, ditemani laki-laki kecil yang membuntuti di belakangnya. Mereka adalah Tomohisa dan Ryuuji, si duo Kitakore.

Laki-laki berkursi roda itu menoleh ke arahku sejenak, menampakkan wajah tampannya yang seketika mengingatkanku pada teman satu unitku, yakni Kento. Aku langsung menhampirinya, aku tak tahu kenapa ia bisa seperti ini. Kento yang aku lngat adalah seseorang yang tangguh, dan bugar. Tapi kenapa sekarang ia membutuhkan bantuan kursi roda untuk berjalan, apakah dia sedang sakit? Apakah dia baru saja mengalami kecelakaan?

"Kento!" Sapaku lembut. Aku menghampirinya, dan berdiri tepat di hadapannya.

Kento menoleh ke arahku, dan seketika memicingkan matanya. "Oh.... Goshi! Lama tak jumpa ya?" Ledeknya dengan nada tinggi.

Mendengar nada ketusnya. Aku hanya bisa diam.

"Kemana saja kau selama ini? Menghilang begitu saja, dan kini? Tiba-tiba kembali ke Jepang dengan tatapan sok polos. Apa maumu sebenarnya?"

Aku jadi sedikit tersinggung dengan ucapannya. "Apa maksudmu? Kau tahu sendiri kan, kalau aku sedang syuting film di Amerika. Kenapa tiba-tiba kau marah padaku saat aku pulang ke Jepang?" Jawabku dengan ketus.

"Syuting ya?" Kento menjawabku dengan nada yang tak kalah ketusnya, "Menghilang selama satu tahun tanpa kabar sedikitpun. Apa itu bisa kau bilang SYUTING!!!!"

"Kento tenanglah!" Sahut Ryuji dari belakang.

"Kemana saja kau selama satu tahun? Oh yeah.... ke Amerika, Syuting film kan? Apa kau tak tahu bagaimana nasib kami di jepang selama 1 tahun itu? BAGAIMANA NASIB THRIVE YANG SELALU KITA PERJUANGKAN DULU! Selama satu tahun lamanya, Trive terombang-ambing oleh skandal yang tak ada henti-hentinya. Banyak media yang menyorot masa laluku dan Yuta, mereka menciptakan berbagai rumor palsu yang menghancurkan kita berdua secara bertubi-tubi. Kami melewati banyak penderitaan selama satu tahun itu, dan kemana perginya kau, HAH?" Kento membentakku dengan keras sambil mengacungkan telunjukku ke arahku. Suaranya membuat orang-orang di seluruh ruangan menatap ke arah kami.

Aku tahu ini adalah upacara kematian, dan seharusnya kami tak membuat keributan disini karena banyak orang yang sedang beduka saat ini. Aku mencoba menenangkannya "Maaf!" Ujarku sambil menundukkan kepalaku, "aku tak tahu kalau kalian mengalami semua ini. Ini semua salahku, karena aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku hingga aku tak memiliki sedikitpun waktu untuk menghubungi kalian."

"TAK ADA KATA MAAF BAGIMU!" Kento kembali membentakku dengan nada yang lebih ketus dari tadi.

"Ta...ta...tapi Kento....."

"APA KAU TAHU KENAPA YUTA BISA MENINGGAL? APA KAU TAHU APA YANG DI ALAMI YUTA SELAMA SATU TAHUN INI?" Ucap Kento sambil meninju perutku dengan kasar.

"Memangnya ada apa?" Tanyaku kaget. Aku tak meggubris lagi rasa sakit diperutku yang disebabkan oleh tinjuannya, aku menggoyang-goyangkan badannya dengan paksa agar dia mau menjawab pertanyaanku.

Kento memalingkan wajahnya. "Dia mengalami banyak masalah, yang bahkan aku sendiri tak bisa membantunya. Masalah rumit yang menuntunnya ke arah kehancuran. Aku sudah mencoba menolongnya berkali-kali tapi aku gagal."

"Iya benar!" Sahut Tomohisa yang tiba-tiba berjalan maju ke arahku. "Kami sudah mencoba menolongnya dengan cara apapun. Dengan segala cara agar Yuta bisa terbebas dari masalahnya. Namun tiba-tiba dia menghilang selama beberapa bulan, dan saat kami sedang sibuk-sibuknya mencari keberadaannya. Tiba-tiba polisi menemukannya tewas di sebuah apartemen yang sudah kosong sejak lima tahun yang lalu."

"Parahnya lagi, tubuhnya dipenuhi luka memar seperti bekas pukulan benda tumpul, dan beberapa luka yang disebabkan oleh benda tajam. Sepertinya ia mengalami hal buruk seperti 'abuse' sebelum kematiannya." sahut Ryuji.

Aku kaget bukan kepalang setelah mendengar penjelasan mereka bertiga. Aku benar-benar tak tau semua itu. Aku tak tau kalau Yuta mengalami hal seburuk itu, hingga berakhir dengan kematian yang tragis. Aku benar-benar tak menyangkanya, sosok Yuta yang sangat ceria itu bisa jadi seburuk ini. Siapa yang tega melakukan ini padanya, siapa sebenarnya dalang di balik semua ini, aku benar-benar prihatin. Ini semua salahku, andai waktu itu aku tak pergi syuting ke Amerika, yah..... andai saja waktu itu aku menolak tawaran syuting dan memilih terus bersama Thrive, semua ini tak akan terjadi. Mungkin saja Kento tak akan seperti ini, dan Yuta tak akan mengalami hal seburuk ini. Kenapa..... kenapa.... kenapa.... aku buruk, aku egois, aku..... aku.....aku..... ini semua salahku. 

Tanpa sadar air mataku jatuh, teringat bayang-bayang Yuta yang selalu mengodaku, tergambar Kento yang selalu menertawakan tingkahku. Ingatan tentang Thrive yang selalu aku banggakan itu tergambar jelas di pikiranku.

"Hentikan tangisanmu! Tangisanmu sudah tak dibutuhkan lagi. Semua sudah terjadi, dan kau terlambat menyesalinya." Ujar Kento kesal. Dia membalikkan kursi rodanya dan mendorongnya menjauhi diriku yang masih terpatung di tempat tadi.

"Ke.....Kento!" Panggilku lirih.

"Jangan panggil aku lagi. Lupakan aku, dan jangan muncul dihadapanku lagi. Karena mulai saat ini. THRIVE BUBAR!" Sentak Kento dengan keras. Ia berjalan menjauhiku. Begitupun dengan Ryuuji dan Tomohisa. Mereka membuntuti Kento tanpa menoleh ke arahku sedikitpun. Sepertinya mereka berdua juga kecewa padaku.

Thrive bubar katanya? Aku masih belum bisa menerimanya, tapi ini memang pantas dilakukan. Karena tanpa kehadiran Yuta, kami bukan trio hebat seperti dulu lagi. Aku menunduk penuh sesal. Kupijakkan kakiku keluar dari ruangan ini. Pikiranku tak karuan. Aku menyesal, sangat menyesal. Apalagi tentang kematian Yuta.

I'll Protect YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang