Teror

144 14 4
                                    

Laki-laki bersurai pink itu tersenyum lebar  hatinya kini diwarnai kebahagiaan. Derap Langkah kakinya yang bersemangat membawanya menuju ruangan yang paling ia ingin kunjungi sedari tadi, yakni kamar Goushi.

Bahkan setelah mendengarkan perkataan dokter tadi, ia langsung meninggalkan temannya yang masih tertegun di kursi tanpa meninggalkan sepatah katapun padanya.

"GOUCHINNNNNNN.........GOUCHINNNNNNN........GOUCHINNNNNNNNNNNNN........." teriaknya keras. Saking kerasnya, membuat mata semua orang tertuju kepadanya.

Di balik senyuman lebarnya, mata ungunya itu kembali menumpahkan air mata. Namun bukan air mata kesedihan, melainkan air mata kebahagiaan.

Dia terus berlari tanpa berhenti sedikitpun. Bahkan sampai membuat orang-orang di sekitarnya tertegun, dan tak lama kemudian, sampailah ia di ruangan milik temannya yang berharga itu.

Yuta berhenti tepat di depan pintu ruangan, ia mengatur nafasnya terlebih dahulu, lalu membuka pintu ruangan dengan keras, hingga suaranya terdengar sangat lantang.

Terlihat dua orang suster sedang sibuk mengatur infus. Mereka langsung menoleh saat Yuta tiba-tiba masuk ke dalam ruangan.

"Tuan....... tolong jangan buat kegaduhan!" Ucap salah satu suster itu. Yah........... wajar saja kan ini rumah sakit jadi tidak boleh gaduh.

Tanpa menggubris ucapan suster itu, Yuta langsung menuju ke ranjang milik Goushi. Terlihat sosok laki-lali bersurai hitam, mata merahnya itu masih sayu. Tubuhnya masih lemas, namun begitu Yuta menghampirinya, laki-laki itu bisa menyungingkan senyumannya.

"Gouchin!" Pekik Yuta lirih. Air matanya semakin deras membanjiri pipinya. Ia tak kuat berkata apapun lagi.

Laki-laki bersurai hitam itu tersenyum dengan lembut. Walau tubuhnya masih kaku, ia mengulurkan kedua tangannya itu untuk menggapai teman laki-lakinya itu.

Tanpa basa-basi lagi. Yuta segera berlari, mendekap laki-laki yang masih terbujur di ranjangnya. Ia menangis sekencang-kencangnya. Ia menjerit sekeras-kerasnya, hingga kedua suster itu dibuat diam oleh kelakuanya.
Namun Goushi hanya bisa dibuat tersenyum olehnya, "Akhirnya kau bisa kembali dengan selamat Yuta!" Ucapnya dengan tulus, ia menepuk-nepuk pungung Yuta.

"GOUCHIN BODOH........BODOH...... SUNGGUH BODOH. KENAPA ADA ORANG SEBODOH GOUCHIN DI DUNIA INI, KENAPA!!!!!!" pekik Yuta dengan keras.

Dengan ucapan lirih, Goushi menjawab, "Memangnya aku ini sebodoh itu ya?" Ia mengernyitkan alisnya.

"HUAAAAAAAAAAAAA..................." setelah Goshi berkata demikian, Tangisan Yuta malah semakin menjadi-jadi. "POKOKNYA GOUCHIN ITU BODOH......." tambahnya.

Karena tangisannya yang semakin menjadi-jadi, Goushi dibuat tak bisa berkutik dengannya. "Iya....iya.... aku bodoh!" Ucapnya lemas sambil tersenyum simpul.

Dan tak lama kemudian, pintu kembali terbuka. Masuklah seorang laki-laki yang Goushi kenali, wajah yang benar-benar tak asing lagi baginya.
"Kento!" Panggilnya.

Kento berlinangan air mata, ia tersenyum lebar sambil meremas sweater yang ia kenakan, "Syukurlah, kau sudah sadar!" Ucapnya. Ia berusaha mengendalikan dirinya agar terlihat tegar, namun tubuhnya tak bisa berbohong, jemari-jemari cantiknya itu bergetar. Ia tak menyangka, teman satu unitnya yang sudah lama koma tiba-tiba siuman. Dan bahkan sekarang, temannya itu sedang tersenyum di depannya.

"Ternyata kamu cengeng juga ya Kento!" Goda Goushi dengan suara lirih.

Pipi Kento merona, matanya yang berkaca-kaca itu melebar. Ia segera menyeka air matanya, "Bagaimana aku tidak menangis bahagia, melihat temanku Thrive yang koma tiba-tiba siuman seperti ini!" Ucapnya. Ia menghampiri Goushi dan ikut memeluknya bersama Yuta. "Aku khawatir padamu bodoh!" Ucapnya lirih.

I'll Protect YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang