Rindu

116 11 1
                                    


#KENTO SIDE:


Pada siang itu, aku duduk di sebuah sofa empuk sambil menyeruput ice coffe yang baru saja aku beli dari vending machine. Panasnya udara yang begitu menyengat ini membuat tenggorokanku mudah kering. Ya mau bagaimana lagi kan? Ini adalah pertengahan musim panas, walau berada di dalam ruangan ber-AC aku masih bisa merasakan teriknya matahari di luar sana.

Saat ini aku sedang mengunjungi teman satu unitku yang terluka akibat tusukan diperutnya. Sudah dua minggu ini dia masih koma. Semenjak kejadian itu, dia sama sekali belum membuka matanya. Para polisi yang rajin mengunjunginya setiap hari untuk melakukan penyelidikan itu, kini mulai jarang terlihat. Mungkin mereka sudah bosan menunggu temanku itu sadar.

Sejak insiden waktu itu, Thrive hiatus dari dunia Entertainment untuk beberapa saat. Shuuji-san memutus semua kontrak kerja kami setelah ia kehilangan Yuta dan melihat luka yang diderita Goushi dengan mata kepalanya sendiri. Ia melakukan semua ini untuk melindungi privasi kami.

Shuuji-san memfokuskan dirinya ke pencarian Yuta dan penyelidikan kasus penusukan Goushi. Bahkan dia juga mengurangi jadwal Killer King hanya karena ia tak mau terganggu oleh kesibukan lain.

Karena hiatus dari dunia entertaiment, otomatis kami tak mendapatkan satupun tawaran kerja. Walau media massa sedang gempar-gemparnya membicarakan alasan Thrive hiatus, itu tak berpengaruh sedikitpun padaku. Dan sebagai satu-satunya orang yang selamat, aku menikmati liburan yang sangat mengasyikkan ini.

Saat sedang asyik-asyiknya menyeruput ice coffe yang baru saja aku beli tadi, tiba-tiba seorang laki-laki datang menghampiriku.

"Kento!" panggilnya dengan suara yang sangat lembut.

Aku menaruh kopiku di meja dan balik menyapanya, "Koniciwa, Kazuna!"

Dan laki-laki itu tersenyum ke arahku.

Kazuna, Leader dari unit Moons ini juga baru saja tertimpa musibah. Beberapa hari yang lalu saat ia mendapatkan tawaran manggung bersama unitnya, tiba-tiba lampu yang tergantung diatas panggung jatuh mengenai lengan kanannya. Ukuran lampu yang cukup besar itu membuat lengan kanannya terkilir, dan itu membuatnya harus dirawat di rumah sakit ini untuk beberapa saat.

"Bagaiman kabarmu, lenganmu sudah baikan?"

Kazuna mengangguk, "Yup, rasa sakitnya sedikit berkurang. Suster juga sudah mulai mengatur jadwal rehabku."

"Syukurlah!" ucapku sambil tersenyum lega.

"Bagaimana kabar Goushi, apa dia sudah sadar dari koma?"

"Belum," jawabku singkat, aku mengambil ice coffeku tadi dan menyeruputnya dengan perlahan. Kuhembuskan nafasku sejenak dan kurebahkan badanku ke sofa. Walau nampak sangat menikmati liburan panjangku ini, sebenarnya aku cukup khawatir dengan Goushi. Berhari-hari dia tetap terlelap dalam komanya, tanpa mengucapkan sepatah katapun padaku semenjak insiden penusukan itu.

Saking khawatirnya, selama beberapa hari ini aku sama sekali belum tidur, itulah alasanku kenapa aku meminum kopi sebagai minuman pelepas dahagaku saat ini. Kantung mataku yang tebal, mukaku yang kusam, dan mataku yang memerah ini sama sekali tak kuhiraukan lagi. Padahal biasanya akulah yang paling peduli soal penampilan.

"Pasti kau sangat khawatir padanya ya?" tanya Kazuna lagi, suaranya itu membuyarkan lamunanku.

"Tidak kok!" elakku.

"Kalau dilihat dari kantung matamu, aku sudah bisa menebak kalau kau tak bisa tidur selama beberapa hari ini. Apa kau khawatir dengan insiden yang menimpa teman satu unitmu?"

I'll Protect YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang