IV. Again?

48 4 1
                                    

Minggu pagi..
.
.
.

"Larii lariiii... Jangan loyo !"
Kaki ku masih kuat, walaupun napasku sedikit terengah.

"Yel-yel, one, two, three.."
Teriak si pelatih dengan lantangnya.

"Ayo lari !"
"(ayoo lari)"

"Lari pagi,"
"(lari pagi)"

"Agar sehat,"
"(agar sehat)"

"Bugar jasmani!"
"(bugar jasmani)"

Teriak kami menyahut teriakan pelatih. Berulang-ulang.
.
.
.

Yaaah begitulah kira-kira rutinitas setiap hari Minggu kami sebagai anggota ekskul paskibra. Kak Arul, sebagai ketua OSIS dipercayakan oleh bapak pembina OSIS sebagai pelatih ekskul ini. Mungkin karena Kak Arul pernah lulus seleksi paskibra di tingkat Provinsi. Bisa jadi.

"Minum, Al?" tawar Kak Fitria sambil menyodorkan air mineral botol yang sudah ia minum seperempatnya.

Aku melihat kearahnya lalu tersenyum tipis, sambil menerima botol air mineral itu dengan tangan kananku.

Aku membuka tutup longgar botol itu, berharap si jernih di dalamnya segera meluncur bebas di tenggorokanku. Aku teguk beberapa kali tegukan, dann..
.
.
hambar.
karena air tawar.

Aku menyerahkan kembali botol berisi air mineral yang tinggal sepertiga itu kepada pemiliknya.

"Makasih kak"
"Iya, mau permen karet?"
"Tidak, kak. Gigiku sedang bermasalah".

Itu pembicaraan terakhir kami. Kalimat akhirku hanya direspon dengan senyuman manis kak Fitria, matanya tenggelam tertutup oleh pipinya yang sedikit chubby.

Tinggi orang ini kurang lebih dengan tinggi badanku. Badannya kurus tapi berisi. Kulitnya putih bersih. Dia jarang sekali memakai riasan, mungkin karena dia sudah cantik.

Dikelasnya, dia meraih peringkat pertama ketika pengumuman peringkat di semester ganjil. Orang ini, hampir sempurna.

Aku sendiri? peringkat ke 5. Aku memang tidak terlalu pintar. Hanya sedikit beruntung saja.

"Ayo ke lapangan, waktu istirahat sudah habis". Oke, lamunanku dibuyarkan oleh orang yang aku lamunkan. Paham maksudnya?

"Duluan saja, Kak"
.
.
.

Besok hari~

"Perhatian, kepada seluruh anggota OSIS agar berkumpul di ruang OSIS secepatnya. Ada hal penting yang ingin disampaikan bapak pembina. Terima kasih".

Jelas itu suara kak Arul, si ketua OSIS. Aku berjalan keluar kelas sambil mengunyah permen karet, lalu meletupkannya beberapa kali.

Menuruni tangga, belok sedikit ke kanan, kemudian ada pintu berwarna biru dengan tulisan RUANG OSIS, sampai.

Aku masuk kedalam. Sudah ada beberapa anggota yang berada didalam ruangan yang tidak terlalu luas itu. Aku duduk di salah satu kursi yang berjejer melingkari meja kayu bundar raksasa, meja rapat usang kami. Mungkin usianya sama dengan usia sekolah saat dibangun, batinku.

Sekitar 3 menit menunggu, seluruh anggota OSIS sudah berkumpul di ruang rapat. Ya pasti cepat, siapa coba yang tidak girang bisa meninggalkan ruang kelas saat mata pelajaran berlangsung? Apalagi yang sedang belajar Matematika.

Ditambah lagi, alasan meninggalkan ruang kelas sangat kuat, karena pengumuman rapat berkumandang di seluruh pengeras suara yang ada di semua kelas. Aku sih biasa saja, karena dikelasku sedang tidak ada guru.

Bapak Pembina OSIS dan Ketua OSIS duduk berdampingan.

"Anak-anakku sekalian, terima kasih sudah berhadir disini. Ada sedikit pengumuman yang ingin saya sampaikan kepada kalian semua terkait dengan lomba Baris-berbaris di SMA Kota. Tadi saya sudah berdiskusi dengan ketua kalian, jadi dia yang akan melanjutkan", ujar bapak Pembina.

Sepertinya dia sedang malas bicara, tumben sekali. Batinku.

"Oke kawan-kawan, berhubung satu bulan lagi akan diadakan lomba PBB, jadi sebagian anggota OSIS ditugaskan untuk membantu saya dalam kegiatan latihan sampai hari lomba nanti. Tugas kalian seperti menyediakan minum setiap selesai latihan, menyiapkan perlengkapan yang diperlukan untuk latihan seperti bendera latihan, dan lain-lain. Bisa disebut asisten saya untuk sementara. Saya akan mendata kalian yang bersedia. Jumlah orang yang diperlukan, sekitar 4 orang."

Suasana sedikit hening setelah penyampaian dari ketua OSIS tadi. 6 detik kemudian...

"Ada yang bersedia?"

Beberapa anggota mengangkat tangan, sekitar 5 orang termasuk aku.

"Oh iya, Alya. Kamu tidak bisa jadi asisten, soalnya kamu terpilih sebagai salah satu diantara 10 peserta yang akan mengikuti lomba."

Oke, mataku sedikit terbelalak.
"Memangnya siapa saja yang ikut lomba, Kak?" tanyaku sedikit penasaran.

"Dari anggota ekskul paskibra ada 8 orang, termasuk kamu. 2 orang lainnya dipilih oleh bapak pembina. Yaitu, Iyan dan satunya lagii.....
Siapa pak? saya lupa"

"Nazar!".
Oke, aku kaget lagi. Dua kali lipat dari sebelumnya. Mataku terbelalak, dua kali lipat dari sebelumnya. Mungkin.

"Saya kenal Nazar karena dia anak dari teman saya. Dia hebat dalam baris-berbaris sejak SMP. Jadi saya yakin dia akan membantu kita." ujar bapak Pembina.

.
.
.

Dia lagi.
Baiklah, aku akan belajar bersikap biasa.

Huuhhh..

TraumaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang