II. I know U

65 4 0
                                    

Seminggu berlalu~

"Selamat, Al. Kamu diterima jadi anggota baru OSIS" ujar Fatma, kawan sekelasku.
"Sudah diumumkan?" tanyaku.
"Iya, cuma kamu, Rara dan Aldi yang lulus dari kelas kita. Selamat Al, kamu benar-benar beruntung" Fatma berujar.
"Makasih" sahutku singkat tanpa menatap lawan bicaraku sambil berdiri meregangkan tubuhku yang kaku karena terlalu lama duduk.

Selang beberapa langkah aku berjalan menuju pintu kelas, samar-samar ku dengar kata-kata "dasar menyebalkan!", jelas itu suara Fatma. Aku menyunggingkan sudut bibir kiriku lalu melanjutkan berjalan menuju kantin sekolah.

Aku memesan secangkir es susu kepada ibu kantin. Bosan menunggu, aku duduk sambil mengunyah permen kapas. Winda menghampiriku.

"Eh, Alya. Ciye sekarang jadi anggota OSIS. Pasti nanti sering dekat sama kak Arul. Aduh jadi tambah ngiri deh" ujarnya.
"Eh, Win. Kamu kenal anak kelas 1A yang kemarin?"
"Aduh Alyaa, aku tadi membahas masalah OSIS, bukan masalah anak 1A itu. Tau ah, aku bete".
"Terserah" sahutku sambil menyeruput es susu yang tadi dibawakan ibu kantin ke mejaku.

"Iya kenal, tapi tidak terlalu dekat. Kenapa memang? Kamu suka yaaaa, ciyeee akhirnya si Alya jadi wanita normal. Terimakasih ya Tuhan".

Plaak

Aku menepuk dahi Winda dengan telapak tanganku.
"Aduhhh Alyaaa. Sakit tau" ujar Winda sambil meringis dan mengusap-usap dahinya. Aku menunjukkan senyum tanda puas berhasil membuatnya diam sejenak.

Besok hari~

Sesampainya di kelas, belum ada satupun siswa didalamnya. Ternyata aku terlalu cepat ke sekolah, menjengkelkan. Aku duduk di kursiku lalu melepas sepatu dan menggantinya dengan sandal jepit berwarna hijau, dengan guratan bermotif sarang laba-laba buatanku sendiri. Aku berjalan santai menuju kantin, tempat aku biasa bersantai ria.

"Ibu, susu hangat. Aku buat sendiri saja ya" ujarku.
"Iya Alya, buat saja. Gulanya ada di samping termos" sahut ibu kantin yang sudah terbiasa dengan kehadiranku di kantinnya.
"Wahh Ibu, seperti tidak tahu saja kebiasaanku".
"Astaga, ibu lupa. Alya kan tidak suka minumannya terlalu manis. Baguslah, jadi gula ibu tidak berkurang" sahutnya lalu tertawa.
"Terserah ibu saja" sahutku.

"Ibuuu, susu coklat" teriak seorang laki-laki yang masih berada diluar kantin. Suaranya, aku tidak kenal. "Susu coklaaat" teriaknya lagi, kurang lebih 3 kali sampai benar-benar masuk kedalam kantin. Aku tetap fokus pada pekerjaanku, tidak menoleh sedikitpun.

"Buat sendiri sana. Coba lihat Alya, dia saja membuat minumannya sendiri, tidak manja" kata ibu kantin.
"Terserah aku, kan aku beli" sahut laki-laki itu. Aku menatap sekilas kearahnya yang saat ini sedang duduk di salah satu kursi panjang kantin dengan kaki kanan diangkat ke atas.

"Nazar, minuman kamu" kata ibu kantin sambil menyodorkan gelas kaca berisi susu cokelat hangat. Benakku, "Nazar, anak 1A si pecinta susu cokelat hangat. Oke, aku ingat namanya".

"Anak IPA, kan?" Nazar memulai pebicaraan. Aku hanya mengangguk, tanpa menatap.
Lonceng berbunyi, aku berdiri dari kursi kantin dan berjalan ke kelas setelah membayar minumanku. Entah lelaki itu masih memandang kearahku atau tidak.

author;
Okee, 2nd chapter. Semoga suka yaa..

TraumaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang