VI. Short massege

30 4 2
                                    

Merebahkan tubuh di atas kasur, dikelilingi bantal-bantal empuk, tangan diangkat diatas kepala, telinga dijejali benda berwarna biru muda berkolaborasi warna hitam dengan tali pipih dan bisa mengeluarkan suara (sebut saja earphone) dengan alunan musik sendu bertema cinta.

Mata memejam, hembusan sejuk angin malam dari jendela kamar, dan susu cokelat hangat ditemani biskuit kelapa favoritku yang terletak diatas meja dekat tempat tidurku. Perkenalkan, mereka temanku malam ini.

Bukan malam ini saja, bisa dikatakan mereka selalu hadir setiap hari. Yaa, walaupun tidak selalu lengkap. Setidaknya aku punya teman dikala sepi, sunyi, dan sendiri. Du..du duu..

Handphone, adalah benda paling penting. Katanya. Kata orang lain. Untukku, tidak. Benda yang paling penting adalah nasi dan lauk pauk serta pelengkapnya yang menjadikannya 4 sehat 5 sempurna.

Winda, si makhluk cerewet itu juga sering protes karena aku sangat sulit untuk dihubungi. Padahal kadang memang sengaja tidak aku baca, karena sudah pasti pembahasannya akan mengarah ke gosip.

"Drrrrrrttt"
Hp ku bergetar, membuat konsentrasiku ke alunan musik buyar. Aku membuka mata perlahan dan mengangkat hp ke depan wajahku. 1 pesan baru, itu yang tertulis di layar. Nomor tidak dikenal. Hemmm

Setelah dibuka, isi pesannya

"hai"

Sudah, cuma itu. Aku yakin pasti cuma orang iseng yang coba-coba mencet nomor dan coba-coba ngirim sms sambil berharap dibalas supaya ada yg menemani sms an. Dasar manusia kesepian.

Sudah pasti lah tidak aku gubris sama sekali, tidak penting. Aku lanjut memejamkan mata. Berselang 1 menit 25 detik kemudian, hp ku bergetar lagi. Aku yakin, sms itu dari nomor yang sama. Dan paling isinya cuman "Sombong banget".

Sumpah, akan aku blokir kalau benar isi sms nya seperti itu. Aku membuka mata lagi, kali ini disertai dengan sedikit perasaan kesal.

"Alya, benar kan?"

Dugaanku melenceng, ini jelas bukan orang iseng. Biar ku tebak, dia Nazar. Deg. Pasti, aku yakin. Tapi, lebih baik aku pura-pura tidak tahu saja.

"Siapa?"

"Nazar. Kamu berharapnya siapa?"

Benar kan dugaanku? Memang aku hebat. Tapi kenapa aku senang?

"Oh. Kenapa?"

"Balik bertanya, dasar kamu."

"Kalau tidak penting, tidak usah sms."

"Pertama kali ada cewek yang tidak suka dapat sms dari aku. Biasanya mereka yang sms aku duluan, katanya ngefans."

"AKU BUKAN MEREKA !"

"Capslocknya kenapa Al, rusak?"

"Bye."

Itu balasan terakhirku. Enak saja menyamakan aku dengan cewek lain yang kegilaan dengannya. Memangnya dia siapa? huh. Walaupun aku senang awalnya. Tapi kan, akhhh. Tau ah, pusing.

"Alya, aku cuma bercanda."

"Alya"

"Al.."

"Yasudah, selamat malam."

Deg. Jantungku berdebar kencang. Lagi. Apa ini? mungkin karena sebelumnya tidak pernah ada yang mengatakan selamat malam. Mungkin.

Tapi, aku ini kenapa? ahh kacau.
Nazar kan punya pacar?
Lalu kenapa dia menghubungi aku?

Apa itu wajar saja?
Apa boleh aku membalas sms nya?

Kenapa aku senang?
Apa aku tidak menyakiti perasaan orang lain?

Atau, apa?
Apa?
Huhhh..

author;
hallow readers terlove.
lama yaa updatenya?
maapin yaa T_T
semoga terbayarkan penantian kalian selama ini dg baca chapter VI ini ;))

TraumaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang