Entahlah

f

   Aku Ka. Dia Ri. Tapi kami bukan kari. Ri gak pernah gak menyebalkan. Jangan mau sama dia. Kasihan kamu.

   "Eh Ka, disalamin sama Ares."

Aku yang sedang meminum air putih lantas tersedak.

"Yah mbak, jangan salting dong." Ri tertawa meledekku. Aku mendelik.

"Siapa yang salting?!"

"Lo."

"Dih, sok tau." Ri memang suka merusak mood.

"Ya, gue kan cuma menyampaikan titipan dari Ares. Kok lo sewot banget?" Aku memutar bola mata. Siapa yang sewot coba?!

"Terserah lo deh." Jawabku akhirnya.

"Seneng dong Ka, disalamin sama gebetan? Aneh lo."

"Gue gak suka Ares."

Aku lantas berdiri. Malas mendengar ledekan Ri yang gak ada habisnya kalau aku tetap duduk di sana dan meladeni ocehan gak pentingnya itu.

"Gue ke kelas. Makan aja sana sendiri."

"Dih, ngambek bocah."

"Bodo. Makan aja sama gebetan lo."

Aku gak ngambek seperti yang Ri bilang. Aku cuma malas dan ingin cepat-cepat ke kelas.

Ya, Ri gak salah sebenarnya. Aku memang suka Ares. Tapi dulu. Duluuuuuuu sekali. Saat negara api belum menyerang. Sekarang biasa saja. Serius.

Ares itu anak kelas sebelah. Teman Ri dari SD. Ares suka main basket, sama seperti Ri. Ares suka fisika, suka taekwondo, suka pergi ke perpustakaan saat jam kosong untuk baca komik, Ares juga suka beli Nutr*sari rasa jambu di kantin. Itu Ares. Kalau kalian mau tau.

"Elah, Ka!" Ri ikut-ikut bangkit dari kursi dan--terpaksa--mengejarku. "Ngambek mulu dah lo."

"Lah, siapa yang ngambek?" Tanyaku gak peduli.

"Abang somay deket rumah lo."

"Oh, yaudah. Bukan salah gue ini."

Ri mendengus, kemudian menyeretku kembali menuju kantin. Aku berontak, berusaha melepaskan tanganku dari Ri, yang jelas sia-sia karena tenaga Ri lebih kuat daripada badak sekalipun.

"Ngapain sih?! Sakit tau, Ri!"

"Makan buruan ah, ngambeknya nanti aja. Laper nih gue."

Ri tetap menyeretku.

"Makan sendiri sana, gue mau ke kelas!"

Is. Dasar Ri nyebelin! Tukang paksa! Banyak mau!

"Gue traktir batagor deh."

Oke.

Aku kalah.

Ri tersenyum pongah.

🐰🐻