1. Kerusuhan dikeluarga Miller

330 67 16
                                    

Sebelum membaca, tak ada salahnya untuk menekan bintang untuk menghargai karya seseorang.

Kebahagian seseorang tak melulu soal harta, tetapi juga dengan siapa kamu bahagia
_MaLuv❤

Seorang wanita dewasa menghela napas panjang saat melihat anak-anak nya yang tampak santai menyantap sarapan mereka. Masing-masing dari mereka menampilkan wajah polos seakan tidak ada yang terjadi di sekolah.

Sedangkan di ujung meja, seorang laki-laki dewasa melipat korannya sambil terkekeh melihat wajah masam sang istri.

"Kenapa dengan wajah kalian?" Alden tersenyum saat melihat wajah anak-anaknya yang sok polos. Cuih! Alden sangat tau kalau anak-anak nya itu sudah melakukan kesalahan yang membuat sang istri merengut kesal.

Sedangkan Melody, cuman bisa menatap anak-anaknya tajam.

"Tadi pagi, kepala sekolah kalian sudah menelpon Bunda karena kelakuan kalian!"

Semua anak-anak Melody tersentak kaget saat mendengar suara dingin sang Bunda.

Melody menatap salah satu anak kembarnya. "Exel! Tadi pagi, kepala sekolah kamu bilang, kalau kamu terlibat tawuran lagi! Apa itu iya?!"

Exel membungkam bibirnya. Tidak berani melawan dan menjawab pertanyaan sang Bunda.

Merasa percuma saja, Melody menatap lagi anak kembarnya. "Adsel, apa benar?"

Adsel yang di tanya Melody cuman mengangguk jujur.

Entah sudah berapa kali Melody menghela napas sejak tadi, yang pasti dia sudah sangat pusing dengan kelakuan anak-anak nya.

"Kamu juga ikut dan boloskan, Adsel?"

Sekali lagi Adsel mengangguk jujur. Karena menurut Adsel percuma saja berbohong dengan sang wanita yang telah melahirkan nya ke dunia ini.

Sedangkan di sebelah Adsel, seorang gadis cantik terkikik geli saat melihat wajah masam Exel dan Adsel. Gadis itu sangat senang sekali saat sang Bunda telah memarahi abang kembarnya.

"Makan tuh omelan bunda!"

Exel yang melihat wajah kemenangan sang adik cuman bisa menghela napas panjang sambil mendengus kesal.

"Kamu juga!" Senyum yang tadi mengembang di bibirnya seakan hilang saat sang Bunda menggertaknya. Bibir gadis itu cemberut saat melihat wajah Exel yang mengejeknya.

"Flo, kamu itu anak cewek! Masa iya nilai kamu jebol semua sih?!"

"Tapi Bunda, nilai Flo cuman dua yang gak jebol! Bukan semua"

"Jangan protes!" Flo kembali mengerucutkan bibirnya. "Bagi Bunda, nilai kamu itu semuanya jebol!" kata Melody final.

"Bundaku sayang, kan nilai Olahraga sama nilai Seni Budaya Flo kan gak jebol."

"PokoknyaSemester besok kmu harus ada peningkatan. Bunda pusing sama kelakuan kalian semuanya,"

Melody memijit pelipisnya yang mulai pusing melihat kelakuan anak-anaknya. Exel dan Adsel yang selalu ikut tawuran dan bolos saat sekolah. Serta, sang anak bungsu yang nilai nya tidak pernah naik-naik. Ditambah lagi Fio, anak keduanya sedang pergi ke Dieng bersama teman-teman organisasinya di kampus. Fyuhh...Demi apapun, dia sangat mencemaskan keadaan Fio yang gak ada kabar selama 2 hari ini. Tetapi walaupun sifat anak-anaknya seperti itu, Melody dan Alden sangat beruntung memiliki mereka. Bagi mereka berdua, kebahagian anak-anaknya adalah kebahagian mereka juga...

Aslan yang sedari tadi hanya melihat Melody yang tampak stres karena ulah adik-adiknya, segera memberikan Melody air minum.

"Minum dulu Bunda." Melody tersenyum kecil saat di suguhi minumam oleh anak pertamanya.

"Ishh Bunda gak adil banget!" Flo menghentakkan kakinya kesal, "Masa abang Aslan gak di marahi sih?!"

"Kenapa abang juga kena? Kan kalian yang buat ulah!" protes Aslan sambil menghelus rambut adik bungsunya.

Flo kembali mengerucutkan bibirnya. Tetapi tak ulung hatinya berteriak senang saat tangan Aslan menghelus rambutnya.

Memang, Flo jarang sekali bertemu dengan abang sulung nya itu. Di karena kan, Aslan lebih memilih pulang ke apartement dari pada ke rumah, karena sekarang Aslan lebih fokus untuk mengelolah perusahaan yang di berikan Alden kepadanya.

"Gimana perusahaan kita yang kamu pegang, Aslan?"

Aslan menoleh ke sosok yang tegas itu sambil tersenyum kecil. "Baik, Yah."

Alden yang mendengarnya tersenyum kecil. Aslan melirik jam tangan nya.

"Yah, Bunda, Aslan pergi dulu ya?" Aslan berdiri untuk menyalami orang tuanya. Dan tak lupa mengacak rambut adik kembarnya.

"Sekolah yang benar, jangan tawuran mulu yang kalian pikirkan. Kalian itu udah kelas 12 sekarang."

"Abang ish! Kita berdua ini bukan bocah lagi yang rambutnya harus diacak-acak!" kesal Exel, sedangkan Adsel cuman tersenyum tipis.

"Hati-hati bang."

Aslan menganggukkan kepalanya saat Adsel memperingatinya.

"Abang, Flo gak di cium?" Aslan terkekeh saat melihat wajah cemberut wanita yang sangat dia sayangi setelah Bundanya.

Mata Flo berbinar dan berteriak kesenangan saat Aslan mengecup dahinya.

"Belajar yang rajin, jangan buat Bunda marah-marah mulu."

Melody tersenyum saat melihat kedewasaan Aslan kepada adik-adiknya. Cuman Aslan yang Melody bisa andalkan untuk menuntun adik-adiknya ke jalan yang benar.

"Aslan..."

Aslan menatap Bundanya dengn kening yang berkerut. Di sana, Melody sedang senyum-senyum gak jelas kepadanya. Sehingga mengundang semua tatapan heran dari anak-anaknya.

Berbeda dengan Alden, cowok itu sudah hafal betul dengan sikap istrinya yang seperti itu.

"Kenapa, Bun?"

"Jangan lupa bawain Bunda menantu ya. Soalnya, kemarin Bunda lihat teman-teman kamu udah pada nikah semua. Cuman kamu doang yang belum nikah."

Semua orang yang ada di ruang makan tergelak saat melihat wajah masam Aslan. Tak terkecuali dengan Alden. Lelaki itu sudah sangat hafal tabiat sang istri yang terus menggoda Aslan untuk segera menikah.

"Kan calonnya belum ada, Bun."

"Iya nih Bunda." kata Exel. "Mana ada cewek yang mau sama bang Aslan yang dingin itu. Yang ada, mereka malah lari duluan karena kedinginan saat ketemuan sama bang Aslan."

Adsel mengangguk setuju. "Seharusnya Bunda itu bukan suruh bang Aslan yang cepat nikah. Tapi Exel, Bun!"

Mata Exel melotot tak terima. "Kok gue sih?!"

Adsel mengangkat bahu acuh dan melanjutkan sarapannya yang sempat tertunda.

"Aslan?"

Aslan terkejut saat suara Melody kembali memanggil nya. Cowok itu tersenyum paksa saat melihat wajah berbinar sang Bunda.

"Kalau Bunda mau cucu, suruh Fio aja sana nikah."

Melody melotot tak setuju, "Fio masih kecil, Aslan. Dia aja baru masuk semester 3 tahun ini," Aslan yang mendengarnya hanya bisa pasrah.

"Iya, bun."

Melody terpekik kesenangan sambil memeluk sang suami yang sedang berada di sampingnya.

"Eh eh Bunda, jangan peluk-peluk di sini dong. Itu tuh kasian sama bang Aslan yang jones lihat adegan mesra Bunda sama Ayah. Ntar yang ada, dia malah peluk dinding saking gak tahan lihat adegan Bunda sama Ayah."

Sial! Batin Aslan.

*****

Hargailah karya seseorang dengan menekan bintang⭐ dan komentar dibawah ini..Biar aku semangat update.

🌜BUKAN STALKER🌛Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang