6. Please, Don't Let Me Go Away

190 54 32
                                    

Sebenarnya cukup sulit untuk Dyona menahan semua rasa sesak di dadanya. Gadis itu terkejut, juga ingin menangis di pelukan Jungkook. Semua fakta yang ia ketahui setelah membaca buku Magic Shop membuat Dyona ingin segera menelepon Jungkook untuk bertemu pria yang terus membuat isi kepalanya dipenuhi dengan bayang-bayang si Jeon itu.

Gadis itu juga takut. Takut akan pilihannya yang salah. Sempat bertanya-tanya dalam hati; apa berlari ke Korea dan mencari kedua orang tua adalah langkah paling benar? Barangkali tidak. Bagaimana jika klan Hitam ternyata sudah mengikuti Dyona sejak hari pertama ia menginjakkan kaki di Korea?

Lebih parahnya, kepala Dyona lantas berpikir negatif. Bagaimana jika klan Hitam itu adalah orang yang terus ia temui di kampus, di penyeberangan jalan, atau dimana pun Dyona lihat? Jujur, ini membuat Dyona lebih merinding dari pada melihat makhluk halus sekalipun. Bukannya kenapa, nyawa gadis itu yang menjadi taruhannya.

Beruntung Park Chanyeol mengiriminya pesan kemarin, Dyona jadi sedikit lebih tenang dari sebelumnya. Kepalanya juga diisi oleh beragam pertanyaan yang akan ia utarakan pada Chanyeol.

"Kenapa mengajakku bertemu?" Dyona menyeruput minumannya. Ia duduk berhadapan dengan Chanyeol. Pria itu lantas menyandarkan punggungnya ke badan kursi. Menatap Dyona kemudian tersenyum kecil. "Tidak ada, aku hanya ingin mengajakmu makan," jawab si Park itu polos. Masih dengan senyumnya yang menjengkelkan bagi Dyona.

Gadis itu berkerut alis. Sebenarnya tidak masalah juga Chanyeol mengajak Dyona bertemu hari ini, barangkali dia bisa membuat Dyona sedikit melupakan momen indahnya bersama Jungkook. Dyona mengangguk sebelum menjawab, "Baiklah, kebetulan sekali. Banyak yang ingin kutanyakan padamu."

"Hah? Aku? Kenapa?"

Dyona mengambil napas. "Yah, kau pasti tahu kalau aku tidak tahu banyak tentang kekuatanku sendiri." Ia tersenyum miris. "Baru-baru ini, ada sedikit hal yang membuatku ingin menggalinya lebih dalam." Gadis itu menyampingkan minumannya kemudian melanjutkan, "Seberapa banyak yang kau tahu tentang klan Hitam, Chan?"

Si Park itu langsung mengubah air wajahnya manakala Dyona menyebutkan klan Hitam dengan mudahnya. Dyona yang melihat itu langsung mengambil kesimpulan, barangkali nama klan Hitam sedikit tabu untuk diucapkan.

"Ma-Maaf, reaksiku berlebihan, ya?" Chanyeol tersadar, kedua sudut bibirnya tertarik canggung. Ia tertawa sekadar untuk mencairkan suasana.

"Kenapa? Ada yang salah dengan pertanyaanku?"

"Tidak, tapi aku merasa kau sudah tahu hanya dengan mendengar namanya saja 'kan?" Chanyeol menaikkan satu alisnya. "Klan Hitam ... apa kau sungguh tidak mengerti?"

"Aku mengerti kalau di dunia ini ada yang baik dan ada yang jahat. Tapi aku masih tidak percaya kalau aku jadi salah satu orang yang mengalaminya. Kau tahu bagaimana syoknya aku saat mengetahui klan Hitam mengincar kekuatan yang paling hebat sekarang?" Gadis itu mengembus napas kasarnya. Harap-harap Chanyeol mengerti setelah Dyona mencurahkan hal yang mengganjal di hatinya sejak kemarin. "Chan, ini berat untukku. Apa kau tidak tahu bagaimana ciri-ciri mereka? Setidaknya bila aku tidak bisa melawan, aku ingin menghindarinya saja."

"Sebenarnya aku ingin memberitahumu sejak pertama kau menunjukkan kekuatanmu padaku." Chanyeol menatap Dyona lekat. Hatinya terketuk untuk memberitahu gadis itu hal-hal berbahaya yang sedang mengancam nyamanya. Bila tidak diberitahu sekarang, mungkin Dyona bisa mengambil langkah yang salah nantinya. "Kau ingat? Siapa orang-orang yang mengejarku waktu itu?"

"...penggemarmu 'kan?

"Mereka anak buah klan Hitam."

Napas Dyona rasanya berhenti terhirup sejemang. Jantungnya beradu pacu dengan oksigen yang kian rakus untuk dihirup oleh paru-paru. "Kau pikir ini lelucon, huh? Kenapa menyembunyikannya dariku?"

MAGIC SHOP | JJKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang