Happy reading. Jangan lupa klik star ya.
—————————
Seoul, 17 Juli 2018
Aku menginjakkan kaki keluar, saat pesawat yang ku tumpangi baru saja berhenti di bandara Incheon.
Rasanya aku baru saja menghirup udara segar. Karena didalam pesawat begitu pengap dan panas bagiku.
Dengan koper yang berada di tangan kiriku dan tangan kananku yang memegang ponsel. Mataku melihat kesana-kemari, mencari orang yang akan menjemputku.
Mungkin, mereka belum datang kali ya? Ada beberapa bangku kosong yang siap untuk diduduki. Aku lalu berjalan kearah bangku tersebut dan menarik koper besarku.
Belum sempat aku untuk menudukkan bokongku di bangku tersebut. Seseorang menyebut namaku.
"Jennie-ya!"
Aku mencari sumber suara, seutas senyum terlukis di bibirku.
Orang yang menjemputku sudah tiba ternyata.
"Paman, bibi!"
Aku membentangkan kedua tanganku, siap untuk memeluk mereka.
"Jennie-ya. Kami rindu sekali padamu. Gwaenchana?" kata bibi Dara sambil melepas pelukan nya.
"Hmm. Aku baik-baik saja, Bi. Ayahku juga. Semuanya baik-baik saja."
Aku beralih ke paman Ryeowook dan memeluknya juga.
"Apakah kalian juga baik-baik saja?" tanyaku melepas pelukan paman.
Beralih merangkul bibi dan paman Ryeowook yang secara cepat memegang gagang koperku ketika aku hendak mengambilnya. Melangkah dan meninggalkan bandara menuju mobil mereka.
Mereka tidak mempunyai anak. Pamanku adalah adik kandung ayahku. Kebetulan, mereka hanya dua bersaudara. Diantara mereka berdua, hanya ayah yang mempunyai anak. Itupun hanya aku sendiri. Aku anak tunggal dari keluarga Kim Heechul.
Pamanku menjalankan perusahaan ayah di Korea. Berkembang maju saat dia mengambil alih. Ayahku tidak mempersalahkan itu, dia dengan senang hati memberikan saham kantornya kepada paman.
Paman membukakan pintu penumpang untukku sesampainya kami didepan mobilnya. Setelah aku masuk kedalam mobil, paman menaruhkan koperku dibagasi. Berlari pelan dan segera masuk ke kursi pengemudi
Menjalankan mobilnya hingga benar-benar keluar dari parkiran. Aku membuka kaca mobil dan menghirup udara dari sana. Sudah lama sekali aku tidak menghirup udara Seoul.
"Terima kasih, ya. Kalian sudah mau menerimaku dengan baik?" kataku membuka suara saat kami sudah berada dikawasan Gangnam.
Tempat itu penuh dengan bangunan elit yang menjulang tinggi serta kerlap-kerlip dari lampu setiap bangunan yang menyenangkan mata saat malam. Kendaraan beroda empat tak hentinya berlalu lalang. Banyak tempat wisata juga harus di kunjungi di tempat ini. Mulai dari restoran mewah, kelab malam yang trendi tempat para DJ terkenal memainkan musiknya. Hingga bar yang menyajikan ayam goreng dan wine beras soju. Tempat ini sering disebut Syurganya Operas Plastik.
Rumah paman berada di pusat kota. Hanya membutuhkan beberapa menit untuk sampai kerumah itu.
"Jennie-ya, tak perlu merasa sungkan seperti itu. Kami senang kok kamu tinggal dengan kami." ujar bibi dari kursi penumpang depan yang membuyarkan pikiranku.
"Baiklah kalau begitu. Ah ya, paman. Ayah sudah mengirim surel ke kantormu, dia menyuruhmu untuk memeriksanya."
"Benarkah? Nanti paman periksa."