"Pertunangannya dibatalkan."
Deg!
Lisa sedang tidak ngeprank aku kan? Atau pendengaranku yang salah? Bukan saatnya untuk bercanda. Maka dengan senang hati aku menanyakannya kembali.
"Hah, lo gak bercanda kan, Lisa? Seharusnya Taehyung udah nyampe dari tadi, apa gue yang terlambat?"
Gadis itu menatap tajam kearahku. "Lo gak liat apa, hah?! Ada gak keluarga dari Taehyung datang."
Aku baru menyadari itu, tidak ada satupun keluarga dari Taehyung datang. Padahal rumah Lisa sudah didekorasi sesempurna mungkin, bahkan inisial nama mereka juga sudah tertampang sempurna sebagai dekor utama.
Keluarga Lisa juga sudah bepergian satu persatu. Raut wajah mereka memperlihatkan kekecewaan. Orangtua Lisa menghempaskan napas kasar di pojok halaman.
"Kok bisa batal sih? Emang Taehyung kenapa? Kenapa dia tiba-tiba membatalkannya? Taehyung dimana sekara—"
"Semuanya gara-gara lo. Lo merusak semuanya, Jennie. Lo dalang dari semua ini." Lisa menyambar ucapanku dengan berkata kasar.
Sakit.
Kenapa setiap aku menginjakkan kaki dirumah Lisa selalu menyakitkan. Berawal dari hubungan mereka yang diam-diam bagiku, sekarang tunangan mereka gagal karena aku? Lucu sekali kalau begini.
Aku jalangnya? Kenapa harus aku?
Lisa sudah terisak bersimpuh dilantai dengan Dress berwarna biru, rambut yang disanggul tak lupa mahkota kecil yang terselip ditengah rambutnya.
Dia sungguh cantik malam ini. Semunya nampak lebih sempurna jika acaranya berjalan lancar sampai selesai. Namun lagi-lagi kata yang diucapkan Lisa sedikit tertohok diulu hatiku.
Aku akui bahwa aku menyukai Taehyung bahkan sangat. Tapi aku tidak sedikitpun untuk membuat hubungan mereka hancur seperti ini. Aku sudah merelakan semuanya jika Lisa yang beruntung dipilih Taehyung. Semalaman aku menangis tanpa henti sampai mataku bengkak di pagi hari.
Aku memeluk Lisa hendak menenangkan gadis itu. Mencoba untuk menghilangkan rasa kecewanya pada sosok pemuda yang sama. Namun, tindakan Lisa diluar dugaan.
Didorong nya tubuhku sehingga aku jatuh terjengkang kedasar kolam renang yang kebetulan berada dekat dengannya.
Aku mengepak-ngepakkan tangan agar tidak tenggelam dikolam besar ini. Pasalnya aku tidak tahu berenang sama sekali. Dan juga kedalaman adalah hal yang paling ku takuti.
"LALISA!!" pekik seseorang.
Aku tidak tahu itu suara siapa. Karena detik kemudian aku sudah tidak sadarkan diri menahan dinginnya air di dalam kolam renang.
Ssseorang tolong aku.
•——————•
Samar-samar aku mendengar suara seseorang sedang berbicara dengan kata yang jauh dari ramah. Dari cara bicaranya aku bisa mengenalinya bahwa itu suara bibiku. Hanya agar bisa mendengarnya lebih rinci lagi, kuurungkan mataku untuk tidak segera membukanya.
"Kenapa kau mendorong Jennie, huh?! Kau marah dengannya, iya. Kau bahkan juga sudah tau Jennie takut dengan kedalaman di air."
Bibi menyambar Lisa. Dimana emang aku sekarang?
"Maafkan aku."
"Ini terakhir kalinya kamu menyakiti Jennie. Baru saja dua tahun dia pergi. Kau sudah berani main kasar dengannya. Apa kesalahannya sampai kau buat sekejam itu?"