2. Persona Non Grata

3.3K 381 27
                                    

Disclaimer: Naruto and all the chara are Masashi Kishimoto's.


Neji memijit kening. Ia mendapat laporan mengenai kenakalan sang adik yang berjarak ribuan kilo darinya. Apakah normal bagi seorang remaja mengancam kekasih dari lelaki yang disukainya? Ia tak pernah menyalahkan Naruto, justru terkadang merasa bersalah sekaligus berterima kasih. Lelaki itu memiliki hati yang cukup besar untuk memaafkan lagi dan lagi Hinata. Tak terbilang berapa keonaran yang diampuni serta disembunyikan dari Hyuuga dan Uzumaki.

Semalam Naruto mengiriminya email. Entah harus jengkel atau bersyukur karena dia juga menceritakan bagian mengerjai Hinata seperti budak. Namun reaksinya justru mengejutkan, alih-alih marah dan menjauh, Hinata semakin giat mendekati Naruto.

"Astoge Neji, dia masuk ke selimutku, peluk-peluk dan cium bibir."

Ia ingat betul ekspresi jijik Naruto dalam video call mereka. Membuat prasangkanya semakin besar untuk menjadi kebenaran, Hinata tidak mencintai bocah Uzumaki itu. Dia terjebak oleh ilusinya sendiri mengenai sang objek afeksi. Adiknya mengalami fase entah infatuation atau obsession. Tapi sejauh pengetahuannya infatuation hanya bertahan selama beberapa bulan, sementara Hinata telah menyukai Naruto sepanjang hidup.

Syak wasangka tersebut membawa Neji ke ruangan penuh jurnal ilmiah di perpustakaan kota. Bagaimana lagi, ia bukan penganut fatalisme yang menarik kesimpulan berdasarkan takdir. Bahwa pasti ada penjelasan atas kegilaan Hinata, bukan semata-mata adiknya sedang muda bergejolak sehingga sah saja menjadi budak cinta. Hell no! Terlebih keterlibatan Neji dalam spealisasi saraf, menyebabkannya senantiasa mengaitkan fenomena sosial dengan otak. Harus diakui, otak merupakan Opus Dei yang menakjubkan. Organ yang bekerja nonstop sepanjang hidup pemiliknya tersebut, memiliki miliaran sel yang bertugas mengirimkan informasi dengan kecepatan lebih dari 241 km/jam. Namanya juga otak, maka fungsinya sebagai pengendali, perancang dan penelaah setiap gerak kita.

Wajar kan bila Neji bertanya, apa yang terjadi pada otak adiknya?

Bisa dibilang urat malu Hinata sudah putus sehingga sanggup bertingkah tidak-tidak. Kalau iya-iya pasti Neji akan hidup dengan tenang. Tapi sedikitnya ia telah memiliki gambaran fenomena neurologist yang dialami adik Aphrodite-nya itu. Obsesi. Sebuah perangkap kejiwaan yang membuat penderitanya berpassion pada si korban. A lot beyond kepo (as kepo stands for 'Knowing Every Particular Object'). Untuk kasus Hinata, sebelum merambah ke tingkatan saraf, ia perlu menelaah permasalahan sosial yang kira-kira mendasari sakit mental adiknya.

"Neji-ni nggak usah khawatir. Kak Naruto itu proyek pribadi Hinata." Wajahnya begitu yakin sampai Neji tak tega mendebat. "Suatu saat, entah kapan di masa depan, kami pasti bisa menjadi pasangan."

Lihat? Cuma orang-orang segila pelaku human trafficking yang menanggap makhluk satu spesiesnya sebagai proyek. Secara tak sadar, kalimat Hinata merupakan implementasi cara pandangnya. Waduh, kalau mengusut itu Neji akan merembet pada pembahasan analisis wacana, yang mana bukan bagiannya selaku neurologist. Intinya, sekarang ia harus cari referensi dulu hey.

Sebab orang bijak bertindak dengan ilmu.

.

.

"Tou-san, besok sekolah Hinata mengadakan pertemuan orangtua wali."

Suasana meja makan mencengkam, seperti selalu. Hening ini bukan sesuatu yang menenangkan, malah mendebarkan, seperti ketenangan laut sebelum tsunami. Hinata berharap rumah tangganya dengan Naruto nanti tak sedingin ini. Meski kangmas Uzumakinya tersebut senantiasa bersikap kaku, ia berjanji menjadi kehangatan yang cukup untuk sekeluarga.

OBSESI (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang