Hari ini ada acara bersih bersih sekolah, jadi kita ga belajar, cuma bersih bersih doang tapi pulangnya tetep sama seperti hari biasa. Agak nyesel sih gue sekolah kalau gini ceritanya.
Bosen banget gue, dateng kesekolah di suruh bersih bersih. Gue akhirnya membersihkan kaca jendela kelas gue, tapi pembersih kacanya diletak di atas loker yg tinggi, ya karena gue pandek jadi agak susah ngambilnya "sini gue bantuin" kata Fito menawarkan untuk membantu gue, tapi belum sempat dia mengambil pembersih kaca itu Zaniel datang mendorong Fito sambil mengatakan "udah gue aja, lo ngapain sih disini" ujar Zaniel yang terlihat sedikit kesal sambil mengambil pembersih itu. "Eh santai dong, gue cuma mau bantuin Nasya doang kok. Emang lo siapanya marah marah?" Tanya Fito dengan suara yang terdengar sangat kesal dengan kelakuan Zaniel "gue ga suka lo deket deket sama Nasya, pergi lo" jawab Zaniel sangat marah, gue ga pernah liat dia begini "Zan udah dong apaan sih" kata gue sambil mendorong Zaniel mundur "gapapa sya, gue pergi aja" sambung Fito dan langsung pergi. "Lo kenapa sih Zan?? Biasa aja kali" tanya gue karena kelakuan Zaniel yg tidak seperti biasanya "Sya, gue udah tau semuanya, Lissa yang cerita sama gue. Gue cuma ga mau lo berakhir kaya kakak lo" kata Zaniel menjelaskan kemarahannya "Lissa cerita sama lo tentang itu?? ASTAGA LISSA!!!" Teriak gue yang didengar oleh Lissa "Kenapa sya nyariin gue??" Tanya Lissa dengan polosnya dan gue langsung nyamperin lissa "Lo cerita sama Zaniel tentang Fito?? Dia kan ga tau apa apa soal kakak gue Liss" Tanya gue sambil bisik bisik "Astaga Zaniel, padahal kan gue udah bilang sama dia untuk ga ngasih tau lo kalo gue ngasih tau dia tentang kakak lo" jawab Lissa seperti tak merasa bersalah "yaelah kok malah nyalahin Zaniel gimana sih lu" sambung gue sedikit kesal.
"WOII pada ngomongin apa sih?" Tanya Zaniel yang penasaran,
"Ngomongin lu!" Jawab gue dan Lissa bersamaan. Dan di balas dengan wajah kaget Zaniel.
"Eh kalian pasti pada bosen kan? Iyakan? Dari pada kita disini ga ada gunanyaa, mending kita cabut ajaa. Pleaseee gua ga sanggup lagi di sekolah.." Ajak Zaniel yang udah pasti gue setujui
"Iyaaa gua juga ga ada gunanya kayanya disini, yaudah yukk" jawab gue dengan semangat
"Yahh gue ga bisa ni, padahal pengen banget. Bu Linda nyuruh gue ngabsen-in kelas, ga mungkin gue yg ngabsen gue yang cabut" keluh Lissa
"Oo yaudah bagus deh kalau lo yang ngabsen, jadi kita cabutnya lebih aman" jawab Zaniel.Gue dan Zaniel berjalan menuju parkiran, tiba tiba kita di teriakin satpam "WOII MAU KEMANA TU??"
"Bentar ya sya, ini biar gue yg ngandelin" Kata Zaniel ke gue dan berjalan mendatangi satpam itu, gue ga tau dia ngomong apa tapi yg gue liat, dia nyelipin uang warna merah ke saku satpam itu dan melihat ke gue sambil mengedipkan matanya dan menghampiri gue.
"Aman bos?" Tanya gue
"Aman lah, Zaniel" jawab Zaniel dengan sangat percaya diri sambil merangkul pundak gue dan membawa gue ke parkiran mobil.
"Zan ini kan parkiran mobil, lu kan bawanya motor" ujar gue
"Siapa bilang gue bawa motor? Jakarta udah makin panas, ga sanggup gue pake motor lagi" jawab Zaniel sambil menujukan mobilnya
"Lah kan kalo pakai mobil jadi makin macet, gimana si logika lo" kata gue sambil masuk kedalam mobil Zaniel dan hanya di balas dengan senyum bodohnya."Eh ini kita mau kemana??" Tanya Gue
"Iya ya, hmm puncak yok!!" Ajaknya dengan semangat
"Gila lu ya?" Jawab gue sambil menaikan alis kebingungan
"Ayolah... biar seru!!" Ajaknya sambil menggoyang goyang tangan gue
"Yauda dehhh iyaa ayokkk" jawab gue dengan terpaksa
Lalu kita langsung berangkat menuju puncak. Sepanjang jalan kita bernyanyi nyanyi ria dengan playlist yang sudah di buat olah Zaniel.
"Jadi lo udah nyiapain playlist ni ceritanya? Jadi lo emang udah ngerencanain ke puncak bareng gue??" Tanya gue kepedean
"Ya engga lah. Ini playlist emang selalu ada di hp gue, mangkanya jangan kepedean lu" jawabnya menjelaskan
"Bagus juga selera musik lo"
"Iyalah Zaniel" jawabnya dan gue balas dengan me -nonyor kepalanya. Kesel gue liat ni anak pede banget idupnya.
Sepanjang perjalanan kita bernyanyi nyanyii dan bercanda, ngetawain apa aja yang kita lihat di jalan, ngomongin tentang segala hal. Tapi gue ngerasa kaya gue belum terlalu kenal Zaniel, dia hampir tidak pernah cerita tentang masalahnya atau apa pun hal penting yang terjadi dalam hidupnya. Mungkin dia emang ga cukup perduli aja untuk cerita, atau emang ada yang dia tutup tutupin?
"Sya, cerita dong lebih banyak tentang diri lo. Gue pengen kenal lo lebih jauh. Yang gue tau dari lo itu cuma.. lo itu cantik"
Gue di gombalin ni? Haha
"Yaa kalau itu sih gue juga sadar. Oke deh gue ceritain. Nama gua Nasya Adrien Inessa, umur gue 16 tahun, gue ultah 5 September btw, hehe. Gue suka nonton film dan siapa tau suatu hari nanti gue bisa bikin film sendiri. Gue pengennnn banget bisa tinggal di America, i know it sounds kinda impossible, tapi ya namanya manusia pasti punya mimpi kan?" Jawab gue dengan panjang lebar, walaupun sebenernya ya ga lengkap lengkap banget tapi yaa cukup lah
"Siapa bilang impossible? Gue yakin pasti lo bisa untuk jadi sutradara film terkenal di America. Percaya deh sama gue" jawabnya yang membuat gue jadi sedikit lebih yakin sama diri gue
"Ah bisa aja lu" jawab gue dengan malu
"Kalau hal yang lo benci apa?" Tanya Zaniel serasa lagi di introgasi polisi
"Pengen tau banget ni??" Tanya gue sambil menaikan alis
"Yauda kalau ga mau ngasih tau kita ga usah jadi ke puncak gue muter balik aja" jawabnya sok ngambek
"Yaudah. Lagian kan elo yg mau ke puncak. Gue mah bebas" jawab gue dan hanya di balas dengan tatapan psikopatnya
"Oke dehh. Gue benci sama mawar, mawar selalu ngingetin gue sama kakak gue. Dulu dia selalu punya setangkai mawar di kamarnya, setiap mawar itu mati dia selalu ganti dengan yang baru, jadi sekarang ga ada lagi yang ganti mawar di kamar kak Disya. Gue jadi makin kangen sama dia" gue jawab dengan menundukan kepala seolah bersedih
"Sya, I LOVE ROSES!! lo tau ga? Lo harus move on, yang udah lewat ga bisa balik lagi. Lo ga boleh berhenti suka sama sesuatu karena hal itu ingetin lo sama kakak lo, lo ga boleh berhenti ngelakuin hal yg lo suka karna itu ngingetin lo sama kakak lo. Bukan hanya tentang mawar aja, apapun itu di hidup lo, kalau lo mau untuk ngelakuinnya, lo ga boleh takut sya, lakuin hal hal yg lo suka. Lo ga bisa biarin kepergian kakak lo ngilangin kebahagian lo. You have to be strong" jawabnya dengan panjang dan walaupun belum tentu bisa membuat gue lupa dengan kepergian kakak gue, setidaknya itu membuat gue merasa lebih baik.
"Thank you Zan. Kalau gitu ceritain tentang lo juga dong, gue jadi penasaran" jawab gue dengan tersenyum lebar
"Nama gue Zaniel Anindito" jawabnya dengan singkat. Selang beberapa detik
"Udah?" Gue tanya balik memastikan. Hanya di jawab dengan anggukan
"Gue udah cerita panjang lebar dan lo cuma cerita itu doang?" Tanya gue dengan bingung
"Ya kalau lo mau tau banget tentang gue, deket deket aja sama gue" jawabnya dengan santai dan sambil tersenyum.
Lalu kita lanjutkan perjalanan sampai akhirnya kita sampai di puncak. Gue dan Zaniel berhenti di suatu tempat untuk makan jagung bakar seperti layaknya orang banyak yang datang ke puncak.
"Zan gue pesenin dulu ya, lo tunggu sini" ujar gue seaat setelah kita menemukan tempat duduk kita, dan hanya di jawab dengan anggukan dari Zaniel.
Tempat itu semakin ramai, semakin banyak orang berdatangan, dan ada suara orang berbicara dimana mana, untung aja gue dan Zaniel datang lebih dulu dan mendapatkan tempat duduk. Setelah berapa lama gue berjalan kembali ke meja kita dan gue ga ngeliat Zaniel di sana, meja kita yg tadinya kosong sekarang di penuhi oleh sekelompok orang lain yang gue yakin gue ga kenal. Dan sekarang gue ga tau Zaniel dimana, gue ngeliat sekeliling dan mata gue berhenti saat gue ngeliat Zaniel duduk di kursi mobilnya, kacanya memang tertutup tapi gue yakin itu dia. Yang aneh, dia terlihat seperti menuntukan kepalanya dan badannya terlihat bergetar seperti dia berusaha bernapas dengan keras. Seketika gue sadar akan hal itu gue langsung berlari menuju mobilnya dan membuka pintu mobil itu. Gue menunduk untuk melihatnya lebih jelas dan sudah pasti hal yang pertama gue tanya adalah "Zan lo kenapa?" Dan dengan dia yang kesulitan bernapas, dia tidak menjawab apa apa, masih berusaha mengatur napasnya. Dia tidak menangis, tapi gue seketika langsung tersadar apa yang terjadi "Zan, gue tau ini panic attack. you are okay, you are okay, you are gonna be fine. Ini bakal berahir kok, percaya sama gue, gue disini zan. Gue tau rasanya kaya lo mau mati, tapi lo ga akan. You are fine" lalu dia melihat ke arah gue dengan napasnya yang lebih teratur dan terlihat lebih baik. That was scary, gue ga pernah berhadapan dengan orang yang memiliki panic attack secara langsung, tapi gue berusaha untuk selalu memastikan dia baik baik saja.
"Makasih sya, gue ga tau harus gimana kalau ga ada lo" kata Zaniel dan langsung memeluk gue dengan perasaan lega
"Biasanya kalau ini terjadi, selalu ada ibu gue yang nenangin gue. Im glad you're here with me" sambungnya,
"Zan kalau ini terjadi lagi, lo harus inget kalau lo bisa ngelalui ini, lo pernah berhasil sebelumnya dan lo akan berhasil ngelalui ini lagi. Dan gue selalu disini buat lo" jawab gue untuk lebih memastikan dia baik baik saja, gue ga pernah tau tentang ini, Zaniel ga pernah cerita ke gue atau pun Lissa. Gue ga nyangka cowo se-cheerful Zaniel bisa kaya gini.
Unexpected things happen to unexpected people.————————————————————————
HAI MY LOVELY READERS!!
THANK U FOR READING THIS STORY AND I HOPE YOU LIKE IT.
:)))
Love y'all
Thank u
KAMU SEDANG MEMBACA
Roses
RomanceIni cerita tentang Nasya Adrien Inness , cewe ceria yang sedikit bandel di sekolahnya, yang tidak perduli dengan hal hal yang menurutnya ga penting di sekitarnya dan hidup dengan ngelakuin hal sesukanya. Tapi siapa sangka? Cewe se-ceria Nasya pun pu...