5. Dia Lagi

83 16 0
                                    

Kamu layaknya hujan di musim kemarau, hadirmu menghapus segala kisah tentang kemarau itu.

Mengalahkan beribu cerita hanya dengan sekali kedatanganmu.

-Nona Novel-


Sudah seminggu sejak aku bertemu dengan lelaki super aneh itu. Dia menghilang seakan tidak pernah ada.
Aku tidak mengharapkan untuk bertemu kembali dengannya setelah kejadian memalukan kemarin. Sungguh.

Tapi seperti kata orang, pertemuan mengesankan akan sulit dilupakan.

Begitulah kira-kira yang aku rasakan.

Lagi pula dia tidak sepenting itu untuk harus terus kupikirkan.
Sekali saja. Hanya sekali. Ada bagian dari diriku yang menunggu kabarnya.

Bagaimana kabarnya?”

“Apa kepalanya masih saja sakit?”

“Apa dia masih mengingatku?”

Tidak salah kan?

Hari ini hari Senin.
Kegiatan belajar mengajar sudah berjalan kondusif seperti biasanya.

Bel berbunyi memberi tanda untuk istirahat sejenak dari tulisan-tulisan dengan angka yang memusingkan itu. Berbeda dengan siswa lain yang mayoritasnya akan menuju kantin, mengisi perut yang sedari tadi meminta jatah atau sekedar bercengkerama.
Aku memilih menuju perpustakaan. Bukan untuk belajar, tetapi untuk melanjutkan bacaanku yang terputus malam tadi karna kepergok mama, belum tidur saat jam sudah menunjukkan hampir pukul 2 subuh. 

Aku berjalan santai memasuki perpustakaan yang kuyakini hanya ada penjaganya saja yang tersisa.

“Silahkan masuk.” Dia tidak menoleh padaku, tetap sibuk dengan layar yang menyala di depannya.

Dia seperti hafal atau memang sudah hafal dengan kedatanganku.

Aku langsung berjalan ke arah pojok perpustakaan yang memang sudah menjadi tempat favorit di kehidupan SMA-ku ini yang seakan sudah kutandai bahwa tempat itu mutlak milikku tidak boleh diganggu gugat.

Tapi, saat tempat itu terlihat, aku berhenti.

Ada seseorang yang menempati tempat itu. Wajahnya tidak terlihat karna menyelinap dibalik kedua tangannya.
Kurasa dia sedang tidur.
Selama ini tidak ada yang pernah duduk di situ selain aku.
Berani sekali dia.
Dijadikan tempatnya tidur pula.
Sungguh perbuatan tercela!

Akan kulempar beberapa buku yang berada di sekitarku ini ke arahnya.
Lalu aku akan meneriakkan keras-keras ditelinganya bahwa itu adalah tempatku.
Namun tentu saja itu hanya rencana. Bukan.
Maksudku hanya keinginan tanpa niat.
Singkatnya, hanya omong belaka.
Aku tidak seberani itu.

Mungkin hari ini akan kubiarkan saja, aku akan mencari tempat lain.
Namun baru satu langkah aku berjalan. Dia memanggilku. Kurang tepat sebenarnya dikatakan memanggilku karna dia hanya berkata "hey!"
Aku menoleh padanya dan dia juga melihat ke arahku.
Jadi, bisa kuasumsikan dia memang memanggilku.

3 detik pertama, aku memandangnya.

3 detik kedua, aku sadar wajahnya tidak asing.

Nona NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang